Part 34

2.4K 266 29
                                    

Krak!

Tubuh Felya terjatuh, buah apel yang tadi ia genggam juga terlepas dari tangannya. Saat tubuh Felya bersentuhan dengan tanah, Felya meringis, sakit sekali tubuhnya. Rasanya, tulangnya tadi juga patah di bagian kaki.

Kala Felya akan berusaha berdiri, Felya terjatuh kembali. Kakinya yang patah tak mampu menahan bobot tubuhnya, "astaga, untuk makan saja harus sesusah ini," gumam Felya. Matanya berkaca-kaca. Jujur, perutnya masih lapar. Satu apel tak membuat dirinya kenyang. Felya menengadahkan kepalanya agar air matanya tak terjatuh, lalu ia mengitari pandangannya pada hutan dan mencari buah apel yang terjatuh tadi.

Ketemu. Apel yang tadi jatuh berada sekitar 6 meter darinya. Namun, Felya kembali berpikir Apel itu mempunyai jarak yang bisa dikatakan dekat, tapi kakinya yang tak bisa berjalan tak memungkinkan ia mengambil apel. "Apa aku harus dengan merangkak?" Felya mengangguk, hanya itu cara satu-satunya agar ia bisa makan.

Dengan tubuh lemahnya, Felya merangkak tubuhnya. Hingga, saat jarak antara dirinya dan apel sudah dekat Felya mengulurkan tangannya untuk mengambil, tinggal sedikit lagi menyentuh apel namun sebuah tangan kekar terlebih dahulu mengambilnya.

Felya menggeram kesal, dengan cepat ia menengadahkan kepalanya dan menemukan seorang pria yang berada didepannya. Felya tersenyum miris, pria yang berada didepannya bukan yang ia harapkan. Felya berharap Lucas akan datang dan meminta maaf, namun semua itu hanya khayalannya semata.

"Mengapa kau melamun?" Tanya seorang pria yang ada di depannya. Ternyata, pria itu sudah berjongkok dan posisi tubuh Felya dan pria itu sama dan begitu dekat.

Felya memundurkan kepalanya. Ia tak nyaman berada berdekatan dengan seorang pria asing. Felya mengernyit bingung, ia seperti pernah melihat pria yang ada di depannya ini. Terutama tatapan mata itu, Felya seperti mengenalinya dan Felya lupa kapan ia pernah bertemu dengan pria itu.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Pria tertawa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Felya. Ia menatap Felya remeh, seolah pertanyaan Felya adalah salah. "Ini hutan, dan tempat ini tak ada yang memilikinya. Jadi, aku berhak datang kesini kapan saja." Felya menatap kesal pada pria itu, ia lupa sekarang berada dimana. Felya kira, tak ada yang mengetahui tempat ini dan hanya Felya dan Lucas saja yang mengetahuinya. "Seharusnya aku yang bertanya, mengapa seorang wanita datang ke hutan pada malam hari."

Felya membuang muka. Tak mungkin ia menjawab akan mencari makanan, bisa saja pria itu meremehkannya dan Felya tak suka itu. "Bukan urusanmu."

"Tentu saja itu urusanku. Aku melihatmu merangkak dan wajahmu juga ada lebam, ada apa denganmu?" Pria itu menarik wajah Felya dan memegang kedua pipi Felya, jarinya yang panjang mengelus lebam yang belum hilang.

Felya dapat melihat tatapan pria itu sangat lembut. Namun juga ada siratan marah dalam mata itu. Felya dapat melihat semuanya, kelembutan yang mendominasi dan kemarahan serta kekhawatiran yang tersimpan. Felya cukup terpana, ada seorang yang peduli dengan keadaannya saat ini.

"Tidak, ini aku hanya terjatuh dari pohon saja. Dan ya, kaki aku patah begitu juga dengan wajahku yang lebam." Pria itu mengangguk, ia pura-pura tak peduli. Namun, dalam jiwa nya sebuah iblis telah bangkit karena kemarahan.

"Apakah kau lapar?" tanya pria itu saat Felya terus menatap buah apel yang ia pegang. Ia terkekeh pelan, melihat Felya menatap lapar seperti anak kecil.

Dengan ragu, Felya mengangguk dan kini ia menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rasa malu. Yang benar saja, seorang Felya kelaparan ditengah hutan, mungkin jika pria itu mengenali Felya maka ia akan merasa sangat amat malu.

"Namaku, Aland." Felya mengangkat kepalanya dan menatap tangan Aland yang mengulurkan, tanda pengenalan. Felya ragu apakah ia harus memberi tahu namanya. Selama ini ia tak mempunyai banyak teman, Felya sudah trauma jika harus berteman lagi.

IMMORTAL QING #1FANTASI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang