Jari lentiknya memainkan sebuah keyboard. Terus menekan dari satu abjad ke abjad yang lainnya. Ketikan yang dilakukannya menimbulkan sebuah suara unik yang menemaninya di ruang kerja yang sepi dan temaram. Dengan ditemani sinar bulan dengan secangkir cairan merah pekat yang dapat mengobati rasa emosi berlebihannya.
Senyum kecil terbit dari bibirnya. Rasa puas sudah tercetak jelas pada siratan wajahnya. Dia mengambil cangkirnya, meneguk cairan kental bewarna merah tersebut. Meresapi bagaimana cairan itu membanjiri kerongkongannya juga merasakan sesuatu yang berbeda. Rasa senangnya saat ini membuat aura yang dipancarkan sangat baik. Matanya menatap pada sebuah foto yang terpampang pada layar komputer miliknya. Wajah itu sudah tampak tak asing baginya. Wajah yang tadi siang ditemukannya sedang berlatih pedang. Kali ini, raut wanita itu berbeda seperti tadi. Foto yang ditunjukannya adalah pada saat dia tersenyum, menunjukan gigi kelinci.
Tangannya terangkat, menyentuh layar komputer. Membayangkan, bahwa foto yang ditunjukan ini adalah kenyataan. Dia ada di depannya dengan senyum tulus yang menunjukan gigi kelinci. Lalu, dia membuka halaman selanjutnya pada komputer. Ditunjukan sebuah biodata lengkap dengan riwayat hidupnya. Mata tajam layak elangnya, sangat fokus membaca setiap kalimat dalam tulisan tersebut. Ada geraman kecil yang terdengar, mengetahui ada sebuah kejadian buruk pada wanita itu.
"Felya Antonio." Mulutnya bergumam menyebut sebuah nama. Nama wanita yang ia temui tadi. Wanita itu adalah Mate nya, Lucas sangat yakin akan hal tersebut. Lucas menyimpan data Felya, beserta kumpulan fotonya. Foto dia saat remaja sangat sedikit, bisa dihitung oleh jari. Sehingga, Lucas banyak mengoleksi foto Felya saat masih kecil.
•••••
Matahari mulai terbit. Muncul dari balik awan dengan cahaya bewarna Oren. Cahaya itu memasuki celah jendela pada ruang kerja Lucas. Dia tak tidur, matanya tak terasa lelah sedikitpun, begitu juga dengan tubuhnya. Fokus utamanya masih sama, yaitu pada sebuah layar komputer. Dia mencari sangat banyak informasi tentang Felya. Felya ini adalah wanita yang mendapat gelar bangsawan. Hanya saja, tak ada yang mengetahui bahwa pada keluarga Antonio memiliki anak kembar. Setiap informasi yang Lucas cari pasti hanya membahas anak kembar Antonio saja, hampir tak ada tentang Felya.
Beruntung, Lucas memiliki jaringan yang banyak. Dia bisa mencari dengan mudah biodata Felya dengan teknologi canggih yang sudah dikembangkan dia.
Pintu ruangannya diketuk, mengganggu konsentrasi Lucas. Dia menghela nafasnya, memberikan interupsi pada sang pengetuk. Kenop pintu memutar dan pintu terbuka, menampilkan seorang pria yang membawa sebuah tablet. Manik biru miliknya langsung bertemu dengan manik hitam milik Lucas. Dia langsung menundukkan wajahnya. "ada apa Alpha memanggil saya?" ucapnya.
Lucas memberikan dokumen yang sudah dia print kepada Alex. Pria itu menerimanya dan membaca sebentar. Terlihat raut terkejut ya g sangat tercetak jelas saat membaca dokumen itu. Dengan cepat, ia menyelesaikan seluruh kalimat yang ada dalam dokumen tersebut dan memberikannya kembali pada Lucas.
"Saya ingin. Perayaan yang akan dilaksanakan besok lusa harus bisa menghadirkan Felya." Alex mengangguk. Dia menghidupkan tablet yang dibawanya. Membuka jadwal pekerjaan Lucas beberapa hari ini.
"Alpha. Hari ini ada acara amal yang mengharuskan Alpha datang." Alex mengirimkan data penting tentang acara amal pada komputer Lucas.
Lucas membacanya sebentar. Lalu mengangguk mengerti. Ia hanya perlu mendatangi acara amal saja, untuk korban yang mendapatkan dampak negatif atas peperangan kemarin.•••••
Siang ini, suasana sangatlah panas. Banyak orang yang tak ingin melakukan pekerjaan diluar ruangan. Begitu juga dengan dia, wanita yang masih bergeming nikmat pada ranjang empuknya. Dia tak tidur, dia sedang membaca buku dengan fokusnya. Menggunakan kaca mata yang tebal, membuat dia tampak imut."Mengapa bisa kaum Werewolf yang menguasai dunia ini?" ucapan dalam bentuk pertanyaan itu meluncur dari mulutnya. Sedari tadi, ia mencari halaman yang tepat membahas tentang pertanyaan dia sedari tadi. Tak dia temukan, semua yang di bacanya tak ada yang masuk akal.
Dia menutup bukunya. Sudah sangat lelah untuk belajar. Dia ingin istirahat dahulu. Saat ia akan menutup matanya, sebuah suara mengganggunya. Dia meringis pelan, suara itu berasal dari perutnya yang ingin mendapatkan asupan makanan. Sepertinya buah yang dimakannya tadi tak dapat membuatny kenyang. Dia beranjak dari tidurnya, membuka pintu kamar lalu keluar.
Tujuan utamanya saat ini adalah ruang makan. Agar cepat sampai, dia memasuki sebuah ruangan kecil yang dibungkus oleh besi, Lift. Dia menelan angka satu, terasa Lift yang turun. Pintu terbuka, kakinya langsung melangkah menuju ruang makan. Sangat sepi sekali, karena ini masih siang dan keluarganya sangat jarang makan siang bersama, alasan kesubukkan bekerja adalah salah satunya.
"Nona Felya, ingin makan apa?" Seorang Omega berdiri di depan Felya.
"Aku hanya ingin roti tawar dengan selai strawberry." Omga itu mengangguk. Dia pergi dan memasuki ruang dapur, mengambil makanan yang diminta oleh Felya.
Sedangkan Felya, kakinya melangkah menuju kursi makan. Duduk di sana dan hanya melamun saja. Pikirannya tiba-tiba teringat dengan kejadian hari kemarin. Dimana ia bertemu dengan seorang yang tak dikenalinya sama sekali. Namun, saat Felya bertanya dengan Rose-- Wolf dari Felya, dia mengatakan bahwa pria itu adalah Mate nya. Ada rasa tak percaya dengan ucapan Rose, dengan segala bukti yang diucapkan oleh Rose, Felya baru mempercayainya.
Omega tadi datang. Menaruh makanan yang Felya pesan juga segelas air putih. Karena selai yang sudah tersaji di atas roti, Felya langsung memakannya dengan lahap. Tak dipedulikannya dengan selai yang menempel pada wajahnya, pikirannya kini hanya ingin ia kenyang saja.
Perutnya sudah kenyang saat ini. Roti pada piring kini sudah habis. Begitu juga dengan gelas yang kosong. Felya mengelus perutnya, kali ini suasana hatinya sudah baik.
"Nona Felya."
Felya menengokan kepalanya ke kanan. Melihat David-- Beta dari ayahnya yang kini berada di dekatnya. Dia mengangkat sebelah alisnya. Sangat aneh melihat David yang tak mengikuti kegiatan pekerjaan ayahnya. "Ada apa?""Alpha, memerintahkan saya untuk memberitahukan Nona untuk bersiap-siap. Malam ini, Nona akan menghadiri sebuah pesta."
Felya mengerutkan dahinya. "Bukan'kah aku tak diperbolehkan untuk ke pesta? Bagaimana bisa ayah menyuruhku untuk datang."
"Saya juga tak tahu, Nona. Qing hanya mengatakan, bahwa malam ini Felya harus bersiap-siap. Nanti, Nona serta sekeluarga akan mendatangi pesta." Felya menghembuskan nafasnya secara kasar. Jari tangannya ia jentikan, menyuruh David pergi.
Suasana hatinya yang tadi baik, kini kembali menjadi buruk. Felya sangat malas menghadiri pesta tersebut. Hanya saja, ini sudah perintah langsung dari ayahnya dan ia tak bisa berbuat banyak dan hanya diperbolehkan untuk menurut saja.
TBC.
Sabtu, 26 September 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMORTAL QING #1FANTASI (END)
Kurt AdamJUDUL AWAL Alpha's Dunia yang diciptakan oleh para Dewa dan Dewi, kini dikuasi oleh Dewi Bulan. Dengan dipilihnya seorang mahluk yang dianggap sempurna, dia kini mengatur kehidupan dunia itu Dunia Immortal, namanya. Dunia yang memiliki mahluk hidup...