Part 40

2.7K 286 75
                                    

47,6 K🎉🎉🎉

Update : Selasa dan Sabtu.

Rose tak letih-letih nya meloncat dari satu pohon ke pohon lain. Saat ini, ia sudah berada di atap, sebentar lagi ia sudah sampai di kamarnya. Rose sudah mengantuk, ia ingin tidur dan cepat-cepat berganti sift. Rose turun menuju balkon kamarnya. Dapat dilihat, jendela kamarnya terbuka dengan gorden yang berterbangan.

"Apa aku tadi lupa menutupnya ya?" tanya Rose, ia sangat bingung melihat kamarnya yang tampak gelap dan juga angin yang berhembus kencang pada gorden jendelanya. Rose mengangkat bahunya, ia tak peduli. Mungkin saja tadi ia lupa menutupinya dan mematikan lampu. Rose memang begitu, suka lupa.

Satu lompatan terakhir, Rose sudah mendarat di balkon kamarnya. Dibuka pintu penghubung antar kamarnya dengan dunia luar, Rose dapat merasakan sesuatu yang aneh. Ada sebuah aura yang menekannya, ia sudah merinding sendiri. Dengan cepat, Rose mencari tempat tombol lampu, ia ingin menghidupkan lampu agar pikiran buruknya cepat menghilang.

"Sudah selesai bermainnya, sayang?" Rose dikagetkan dengan suara itu. Rose seperti mengenalinya, otaknya berusaha berpikir siapa yang menyapanya dimalam hari. Rose yakin orang itu duduk di sofa kamar miliknya, karena suara itu berasal dari sana.

"Mengapa tak menjawab ku?" Rose mencari dimana tombol untuk menghidupkan lampu, entahlah ia merasa sangat khawatir dan takut dengan orang itu. Rose kini sudah seperti maling yang tertangkap basah.

Rose terus berjalan sambil mengusap.tembok, dan ketemu. Dengan cepat, Rose menekan tombol lampu dan keadaan kamar sudah terang. Rose mengangakan mulutnya kala melihat kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. Sangat berantakan, beberapa guci indah sudah pecah dan furniture kesayangan Felya juga sudah berjatuhan ke lantai.

Rose membalikkan tubuhnya, ia yakin bahwa seorang yang menghancurkan kamarnya adalah orang yang tadi menyapanya. "Lu-Lucas," ucap gagap Rose. Ia sangat-sangat terkejut mengetahui keberadaan Lucas. Masalahnya, sedari tadi ia tak mencium aroma khas Lucas jadi ia tak kepikiran sama sekali bahwa yang membuat kamarnya rusak tak lain adalah Lucas, Mate-nya.

"Mengapa dengan wajahmu, kau terlihat pucat." Lucas berbicara begitu lembut dan dalam, Rose yakin bahwa kini Lucas sedang menahan marah. Ia merutuk dalam hati, Rose tak menyangka bahwa Lucas mencarinya. Ia kira Lucas pergi lagi seperti kemarin dan tak mencari bahkan mengkhawatirkannya.

"Lucas, ada apa kau kemari?" Rose berusaha keras menahan rasa takutnya kini. Ia tak ingin dilihat lemah, ia adalah Rose Wolf yang tangguh, itulah kalimat yang terus diucapkan Rose dalam benaknya. Hanya untuk memotivasi dirinya agar ia tak takut lagi.

"Sangat tak baik Felya, pertanyaan dibalas dengan pertanyaan?" ucap Lucas. Ia memincingkan matanya melihat Felya yang sedikit berbeda malam ini. Dari cara berpakaian dan berdiri, kecurigaannya semakin mendalam kala melihat warna bola mata Felya yang berbeda, bewarna biru. Setahunya Felya memilki warna bola mata yang berbeda, emas dan biru.

"Aku tadi hanya ingin mencari angin segar saja." Rose merutuk dalam hati. Alasan yang ia berikan terlalu biasa. Ya, mau bagaimana lagi hanya kalimat itu saja yang memasuki otak Rose. Keadaan yang nencekam ini membuat otaknya tak berjalan secepatnya mencari jawaban yang tepat.

Lucas menaikan alisnya. Ia tersenyum kecil sangat kecil, bahkan anak kecil saja tahu bahwa Felya tengah berbohong. "Angin segar dimalam hari? Yang ada kau kena angin duduk," ucapnya dengan kekehan kecil yang menyeramkan. "Kau siapa?"

Rose bertambah bingung, jelas ia adalah Rose, apakah Lucas tak mengenalinya? Tentu saja, karena maniknya berbeda dan juga jika ia sedang berubah menjadi Wolf terkadang warna matanya biru keemasan, jadi perbedaannya cukup jauh. "Aku, ya aku. Rose, Wolf Felya."

IMMORTAL QING #1FANTASI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang