Part 52

2.1K 248 36
                                    

Kalau ada typo, tandai ya, biar langsung di revisi.
72,6 K🎉🎉

🍭

🍭

🍭

Felya terbangun dengan nafas yang terengah-engah, keringat dingin terus membanjiri pelipisnya. Musim dingin yang memiliki suhu rendah tak sedikitpun membuat Felya merasa sejuk. Ia mengambil satu gelas air yang berisi air mineral, diteguk nya hingga habis.

"Ada apa dengan aku? Astaga, bahkan aku sudah hampir melupakan tragedi itu." Felya membenarkan rambutnya yang tampak berantakan, ia merasa mimpi itu adalah sebuah kunci yang harus ia ingat.

Felya tak terlalu mengingat secara jelas tragedi lampau, ia hanya memiliki sebuah gambaran yang terpecah dalam memorinya. Ia tahu bahwa keluarga nya telah membuat ia melupakan kejadian itu, namun tetap saja Felya masih ingat meski tak jelas. Semua cara telah ia lakukan, bahkan keluarga-nya telah menghadirkan Healer terhebat, tetap saja hasilnya sama, Felya tak bisa melupakannya.

Rasa cemas itu pasti ada, kala pertumbuhan Felya dari remaja hingga dewasa. Cemas akan kehadiran pria itu yang tak diinginkannya untuk berada dilingkungan kehidupannya. Sehingga, rasa cemas itu terkadang meningkat di waktu tertentu, waktu dimana ia sedang depresi. Beberapa akhir ini, tepatnya semenjak ia tinggal di Istana ini semuanya masih belum berubah. Ia masih teringat tragedi itu mesti sudah ada Mate disampingnya, ia yang terlalu pendiam membuat rasa frustasi meningkat akibat ia tak dapat membagi keresahannya.

Felya menekuk kakinya, hingga lututnya sudah berada dekat dengan wajah mulusnya. Ia menyembunyikan wajahnya, punggungnya tampak bergetar dan isak'kan kecil mulai terdengar.

Ia tak peduli dengan tubuhnya yang terasa lengket dan panas, ia ingin menangis saat ini.

Orangtuanya tak tahu bahwa ia sering merasakan ini, merasa di titik terendah dan tak ada yang menemaninya saat ia membutuhkan. Memang mulanya, keluarga Antonio mengira bahwa Felya sudah melupakan semua tragedi itu dan tak menjadi beban lagi. Felya hanya memakai topeng di hadapan keluarganya, bahwa ia adalah wanita yang kuat, sehingga keyakinan keluarga-nya semakin besar bahwa Felya sudah sembuh dari depresinya. Felya hanya tak ingin menyusahkan keluarganya lebih banyak lagi karena depresinya.

"Aku lelah dengan bayangan masa lalu. Apa yang harus aku lakukan tuhan? Aku tak bisa seperti ini terus. Aku ingin menyerah jika aku tak melupakan orang yang ada disekitar ku sangat menyayangiku." Felya berdoa dalam hati. Ia berharap bahwa doa-nya didengar oleh tuhan, dan menghilangkan semua beban yang mengganggunya.

Felya ingin kehidupan baru.

Kehidupan yang membuatnya menjadi gadis yang paling bahagia. Kehidupan yang bisa membuatnya tersenyum tiap harinya, ia tak peduli jika di kehidupan itu ia hidup miskin, yang terpenting bahagia.

Hingga Felya dapat merasakan sebuah tangan yang hangat menyentuh punggungnya. Felya memberhentikan tangisannya dan dengan cepat menghapus air mata dengan masih dalam kepala yang menunduk. Setelah itu, ia merilekskan tubuhnya agar tak terlihat habis menangis.

Felya mengangkat kepalanya, ia melihat Lucas yang kini menatapnya dengan penuh ketajaman layaknya pisau. Sebelumnya, ia memang sudah mengetahui siapa yang menyentuh pundaknya. Jadi kini ia tak perlu terkejut.

"Mengapa kau menangis?" tanya Lucas.

Felya masih diam dengan raut yang sama, ia percaya bahwa wajah sembabnya kini tak dapat membuat ia mengelak dari pertanyaan yang diajukan oleh Lucas. Felya menghembuskan nafasnya kasar, setelah itu ia tersenyum selembut mungkin agar alasan nantinya dapat membuat Lucas percaya padanya. "Aku merasa sedih atas kejadian tadi siang saja. Hanya itu, aku hancur ketika melihat mayat mereka yang tampak mengenaskan," ucap Felya tanpa menatap manik elang Lucas.

IMMORTAL QING #1FANTASI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang