Part 26

2.8K 264 14
                                    

Tak seperti hari biasanya Felya menggunakan gaun panjang dan terkesan tertutup. Hari ini, Felya menggunakan baju kaos hitam ketat dan juga celana levis, ia menyimpan satu senapan disalah satu kantung yang diletakan dipinggang nya. Felya juga memakai jaket tebal yang bisa melindungi tubuhnya dari peluru. Surai hitam biar ia urai karena Felya lebih menyukainya.

Setelah bangun dari tidurnya tadi, Felya masih merasakan dirinya takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah bangun dari tidurnya tadi, Felya masih merasakan dirinya takut. Takut tak bisa tahan dengan kekejaman Lucas. Masih diingat bagaimana proses pembunuhan Siska yang terkesan sadis, meski ia tak bohong bahwa kemarin bukanlah kali pertama ia melihat pembunuhan secara langsung didepan matanya. Tetapi, kemarin adalah pertama kalinya, ia melihat seseorang disiksa dengan begitu menyakitkan. Apalagi Siska adalah seorang wanita, Felya dapat merasakan kesakitan itu, karena Felya masih punya hati.

Karena kejadian itu, Felya bersungguh-sungguh akan berlatih fisik lagi. Beruntung tadi Enzy mengantarkan sarapan ke kamarnya, jadi tak perlu Felya melakukan kontak mata dengan Lucas.

Felya tak perlu izin untuk melakukan pelatihan fisik. Lagian juga ia takkan keluar kamar atau istana. Tidak, ia tak berlatih dikamar ini. Tetapi, tempat yang sudah Lucas sediakan untuknya adalah pintu bagaikan portal yang menuju ke danau. Felya sudah lama tak ke sana, terakhir pada saat pertama kali bertemu dengan Lucas dan itu terjadi sebulan lalu.

Setelah semua telah siap, Felya membuka pintu portal. Seperti terakhir kali ia membukanya, pemandangan alam yang asri menyambut kedatangan Felya. Burung berkicau membuat tempat itu tak sunyi. Felya menghembuskan nafas lega melihat danau belum tercemar sedikitpun, masih bening sehingga tanah bisa dilihat.

Felya banyak-banyak menghirup udara segar. Ia yakin oksigen di sisi masih sangat bersih, tak tercemar sedikitpun. Wajar saja, hutan ini tak pernah dilalui oleh mobil yang bisa membawa asap mengandung Karbon Monoksida.

Setelah tubuhnya mulai sedikit rileks, Felya mulai melakukan pemanasan dahulu, yang membantu memperlancar aliran darah ke otot serta mengurangi risiko cedera.

"Huh, beruntung tubuhku tak kaku," ucap Felya. Tubuhnya masih bisa berolahraga dalam waktu lama dan tak cepat lelah. Tetapi jika menggunakan gaun, Felya bisa menguras tenaga dua kali lipat.

Felya mengeluarkan Pedangnya. Pedang yang memang miliknya, ia tak tahu mengapa pedang ini berada di kamarnya, padahal jelas-jelas dahulu Felya meninggalkannya di Istana Antonio. Bukti pedang ini miliknya adalah adanya ukiran inisial nama FA, Felya Antonio.

Felya sendiri sangat menyukai pedang ini. Pedang yang diberikan kakeknya ketika ia berusia 6 tahun. Ya, Felya mengenal tentang bela diri sejak belia. Tetapi, ketika ada sebuah kejadian besar yang mengguncang mental Felya, pelatihannya terlebih dahulu di berhentikan, hingga kondisi mental Felya membaik.

Untuk sementara Felya menatap pedang tajam itu. Pantulan dirinya tercermin di pedang, ia menyunggingkan senyumnya. Felya senang, kala dirinya terlihat seperti ini, seperti wanita yang begitu bebas.

IMMORTAL QING #1FANTASI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang