Setelah membaca pesan yang masuk dari Alfi, aku segera berlari menuju ruanganya dengan sangat kencang. Untung sekarang aku sedang tidak menggunakan heels seperti biasa, akhir akhir ini aku lebih memilih untuk menggunakan sepatu putih pemberian Alfi yang lebih nyaman digunakan sehari hari. Aku juga ingat perkataanya tempo hari padaku.
"Tau gak aku kesel sama apa aja didunia ini selain Irhan?"
"Apa?"
"Heels kamu."
"Kok heels aku, emangnya kenapa?"
"Kamu gak tau aja, aku bener bener bisa bolak balik ruangan kamu cuman buat mastiin kamu baik baik aja pake heels itu."
Setelah perkataanya beberapa waktu lalu, aku benar benar terus memakai sepatu yang lebih nyaman seperti pemberianya, karena aku tidak ingin membiarkan laki laki itu khawatir dan terus mencariku untuk sekedar memastikan apakah aku baik baik saja atau tidak.
Sejujurnya saat ini ditengah koridor aku berlari diatas rasa bersalah karena tidak memberi tahu Alfi bahwa aku sedang bersama Irhan, karena aku benar benar lupa. Terlebih dia menungguku selama dua jam didalam ruangan, saat ia menunggu, asistenku sedang beristirahat sehingga tak dapat memberi tahu Alfi soal keberadaanku. Ketika tiba diruanganya, tempat itu kosong dan tidak ada siapa siapa, yang ku temui hanya Riska pada saat berpapasan di koridor rumah sakit dan akupun memutuskan untuk bertanya pada perempuan itu.
"Alfi operasi diruangan berapa?"
"Room 28 lantai 9. Kenapa sih?" ia bingung melihatku bertanya dengan nafas terengah engah karena habis berlari, terlebih sekarang sudah malam dan aku masih berada dirumah sakit.
"Masih lama?"
"Sekitar dua jam lagi palingan."
Lalu aku memutuskan untuk kembali menunggu diruanganya, aku merasa seperti sedang membohongi laki laki itu. Karena mungkin Irhan adalah salah satu laki laki yang sering membuatnya cemburu karena lebih sering menghabiskan waktu bersamaku. Itu bisa menjadi salah satu alasanku merasa bersalah saat ini.
Sekarang pukul tiga malam, dan aku sudah tidak bisa menahan rasa ngantuk yang ada sehingga memutuskan untuk tidur disofa yang juga sering laki laki itu gunakan. Ruangan ini membuatku bisa tidur dengan nyaman, mungkin karena ada wangi khas yang membuatku kembali mengingat semua moment membahagiakan yang diberikan oleh sang pemilik wangi tersebut padaku selama ini.
***
"Kok disini sih, Na?" tanyanya ketika kedua mataku terbuka, lelaki itu dari tadi membelai pelan rambutku selama tertidur. Bahkan kecupanya didahiku yang membuatku sadar bahwa ia sudah selesai operasi.
"Kamu udah selesai dari tadi?"
"Iya, aku ketemu Riska katanya kamu nyari aku. Ada apa?" mendengar pertanyaan yang lembut itu membuatku segera memeluknya dengan erat. Alfi sempat bingung, namun ia kembali memelukku.
"Tadi kamu nungguin aku, Fi?"
"Iya."
"Gak cari diruangan praktek?"
"Udah tapi kosong."
"Aku diruangan Irhan, terus lupa ngabarin kamu."
"Terus kok nangis?" tanyanya yang bingung melihat ku dalam keadaan menangis.
"Harusnya aku cek handphone supaya kamu gak nungguin aku lama lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
t e m u
RomansaPertemuan paling membingungkan yang terjadi dalam cerita kehidupan Alaena. Ia dilamar oleh seorang laki laki paling aneh yang pernah ia temui di bumi, bernama Alfi. Cincin itu pas sekali dijari manisnya, ia terikat dengan laki laki yang tak perna...