TIGA PULUH TIGA

12 0 0
                                    

Aku terbangun dalam balutan selimut dan secarik kertas disampingku, keberadaan Alfi tak terlihat. Padahal yang terakhir kuingat sebelum tertidur adalah kami berpelukan dan bertukar cerita seperti biasa seusai memakai masker. Sekarang jam menunjukkan pukul tiga malam, ternyata aku benar benar terlelap. Mungkin karena selama dirumah sakit aku tidak pernah tidur nyenyak karena tamu yang berkunjung juga berdatangan silih berganti.

Aku ada pasien darurat gak bisa ditinggalin, gak enak juga bangunin kamu soalnya tidur kamu lagi nyenyak banget. Sampai ketemu besok di kantor sayang, i love you. -tunangan kamu.

Setelah membaca surat itu aku membasuh wajahku yang penuh masker dan sudah sangat kering, karena sudah tertidur lama rasanya untuk memaksa diriku kembali tidur merupakan hal yang sulit. Jadi aku memutuskan untuk belajar, besok beberapa klien yang sudah di reschedule oleh Atika selama aku sakit akan berdatangan. Jadi selain stamina yang kuat aku juga harus memiliki persiapan matang.

Aku menghabiskan waktu untuk belajar sampai matahari terbit, setelah mandi dan bersiap sebelum berangkat kerja, aku berjalan menuju dapur untuk meminum obatku. Namun setibanya disana aku melihat nampan berisi obat dan gelas kosong yang sudah ditempeli catatan kecil berwarna kuning.

Pagi sebelum kerja jangan lupa minum obat, tengok ke kiri kamu.

Mengikuti perintah yang ada, disana ada sekotak sereal dan susu cair yang mana catatan kecil sama sudah menempel disalah satu sisinya.

Sempetin sarapan dulu, terus kalau udah sarapan dan minum obat kamu bisa langsung ke rak sepatu kamu.

Aku hanya bisa tersenyum melihat beberapa perintahnya itu, setelah sarapan aku mengambil tas yang memang sudah kusiapkan. Hari ini aku menggunakan setelan blazer berwarna hitam dengan stripes berwarna putih dan tanktop putih sebagai dalaman. Tatanan rambut seperti biasa yang kubiarkan terurai tak lupa dengan sentuhan blow dibawahnya, aku segera menuju rak sepatu. Sepatu putih pemberianya juga sudah tertempel catatan yang sama.

Pake sepatu aja, gak usah pake heels dulu. Aku gak mau kamu kenapa napa. Alfi tidak terima penolakan.

Aku memasang sepatu putih yang sangat nyaman kupakai beberapa hari terakhir selama bekerja, lagi pula sementara ini menggunakan sepatu memang bagus untuk proses kesembuhanku. Jika kalian penasaran dengan keadaanku sekarang, aku sudah baik baik saja. Lukaku juga sudah kering, minum obatpun hanya perlu satu kali. Karena Alfi selalu mengurusku dengan baik, makanya dia sudah memperbolehkan ku untuk kembali bekerja.

Lagi lagi ketika aku ingin membuka pintu sebelum meninggalkan apartementku aku melihat catatan dari Alfi untuk kesekian kalinya. Kali ini ia menempel fotoku bersamanya menggunakan masker pada pintuku.

Kamu simpen yah, i love you. Dibawah aku udah panggilin taksi online langganan aku, kamu belum boleh nyetir sendirian.

Dan sekarang aku berada dalam taksi online yang sudah dipesan Alfi tanpa sepengetahuanku. Dia memang benar benar penuh kejutan, bahkan perhatianya selalu bisa aku rasakan meskipun kehadiranya sedang tidak bersamaku.

Baru berpisah dalam hitungan jam denganya saja sudah membuatku rindu dan tak sabar untuk segera bertemu. Apa ini yang sering diucapkan Farhan salah satu asisten ku, bucin. Tak apa lah jika hal ini kurasakan pada tunanganku sendiri.

***

Menyelesaikan semua sesi dengan klienku hari ini ternyata benar benar menghabiskan banyak waktu dan sangat melelahkan. Aku baru bisa keluar dari ruangan sekitar pukul empat sore, tapi rasanya senang bisa kembali mendengarkan permasalahan dan melihat kemajuan beberapa klienku.

t e m uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang