ENAM

24 2 1
                                    

Alfi, pov.

"Gue mau kita bahagia, Na"

"Kita?" tanyanya memastikan.

"Iya, kita" aku meyakinkan.

"1!!" aku melepaskan lampion disamping wanita yang dipertemukan semesta padaku lewat rencana paling tidak terduga yang pernah ada.

Semoga aku hanya memperkenalkan tawa dan kebahagiaan padamu, Na.

Satu dari banyak permohonan dalam hatiku untuk wanita istimewa kesukaan Rara. Peri cantikku itu tadi sempat membisikkan sesuatu pada saat Alaena fokus melihat boneka pemberiaanku. Ia berkata bahwa Alaena seperti malaikat.

"Om, tante Alaena itu dari langit ya?" tanyanya polos didepan toko gulali beberapa waktu yang lalu.

"Kok Rara tanya gitu? Emangnya tante Alaena kenapa?"

"Soalnya tante Alaena mirip malaikat yang ada di film kesukaan aku om" aku tertawa mendengar ucapanya.

Hari ini adalah hari yang membahagiakan, bahkan rasa lelah baru terasa ketika aku tiba dirumah setelah mengantar Rara yang sudah dalam keadaan tertidur kemudian mengantar Alaena. Setibanya dirumah aku memutuskan untuk mengambil bingkai foto dan meletakkan hasil photobox kedalam bingkai tersebut kemudian meletakkanya diatas meja belajarku.

"Selamat datang dikeluarga Nararya, tante Alaena" aku selalu tersenyum jika mengingat kalimat itu. Rara adalah anak yang sulit akrab dengan orang lain terlebih jika ia belum mengenalnya oleh sebab itu aku heran bagaimana bisa mereka menjadi sangat akrab, bahkan tadi ia mau Alaena yang mengangkatnya sampai kekamar.

                                             ****
Kring!!!!

"Halo ada apa?" tanyaku terbangun panik mendengar nada dering telfonku.

"Ada pasien gawat darurat dok"

"Saya kesana sekarang, jelaskan keadaan pasien" aku segera mengambil kunci mobilku menuju rumah sakit yang tidak jauh dari rumah. Belum sadar sepenuhnya dari tidur lelapku, bahkan aku tidak tau pasti kini pukul berapa yang pasti hari sudah sore, tidur panjang di hari Minggu bagi seorang dokter ternyata memang mitos saja. Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini karena yang terpenting adalah bagaimana menyelamatkan nyawa pasien, terlepas dari apapun keadaanku.

Aku memarkirkan mobilku sembarangan dan untungnya bertepatan dengan tibanya ambulance. Setelah mendengarkan laporan dari perawat tentang kondisi pasien yang terbilang cukup parah hingga henti jantung aku menaiki ranjang pasien memberikan CPR sebagai pertolongan pertama sembari para petugas mendorong ranjang menuju ruangan IGD, ia adalah seorang wanita hamil yang ditemukan tak sadarkan diri dirumah dalam keadaan tertusuk pisau.

"Berikan ephinefrin pada pasien, siapkan alat defribillator. Sekarang!" perintahku masih dengan posisi yang sama menekan dada pasien diatas ranjang yang tubuhnya sudah berlumuran darah.

"SAYA BILANG SAYA SUAMINYA! SAYA MAU KETEMU ISTRI SAYA. KAMU GAK PUNYA HAK UNTUK NGELARANG SAYA!" aku mendengar keramaian yang berasal dari keributan luar ruangan, meskipun penasaran akan apa yang terjadi namun aku tetap fokus mengembalikan keadaan pasien.

t e m uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang