SEMBILAN

22 1 1
                                    

Setibanya kami di apartementku, kami langsung memulai membuat kue ulang tahun untuk Rara. Alfi dan gadis kecil itu memutuskan untuk membantuku, jadi mereka mulai bergerak sesuai perintah yang kuberikan. Tak lupa aku memperbaiki ikatan rambut berantakan karena Alfi yang membuatnya. Mulai dari mencampurkan bahan bahan adonan, aku sembari mengingat ingat pesan yang mama berikan sewaktu aku membantunya membuat kue ulang tahun tak lupa menjadikan video tutorial di youtube sebagai acuan agar hasilnya memuaskan. Pada saat menunggu kue yang dipanggang dalam oven aku mengerjakan hal lain yaitu membuat whipped cream.

Tring!!!

"Di aduk terus ya Fi, gue angkat bolunya bentar" perintahku kemudian mengangkat bolu tersebut diatas meja, ternyata kecerobohan membuatku tak sengaja memegang tempat bolu yang masih panas.

"Aw!" ucapkku refleks, Alfi berlari menghampiriku kemudian menuntuku menuju wastafel dengan jariku dalam genggamanya dan segera mencuci luka bakar akibat kelalaianku sendiri.

"Berapa kali gue bilang hati hati, Alaena" tegurnya tanpa menatapku yang hanya fokus membasahi tanganku.

"Luka bakar kaya gini harus cepet cepet dibasahin supaya bisa ngeredain rasa panasnya. Habis itu olesin salep supaya gak berbekas, lo bisa pake salah satu salep yang gue kasih kemaren." perintahnya kemudian mengoleskan salep ditanganku.

"Kenapa harus dijelasin, kan ada lo yang ngobatin" tanyaku menatapnya.

"Jaga jaga kalau kecerobohan lo ini terjadi lagi dan gue gak ada disamping lo." ia menatapku lama, wajahku terasa panas akibat tatapannya.

"Kalau bisa jangan ada kejadian kaya gini lagi, gue gamau lo luka, Na." aku yakin karena perkataanya barusan berhasil membuat wajahku memerah, ia tersenyum lagi.

"Gue boleh nanya gak, Fi?" tanyaku tiba tiba

"Nanya apa, Alaena?"

"Pasien lo apa gak pingsan tiap lo senyum kaya gitu?" kemudian ia tertawa mendengar pertanyaan polosku barusan.

"Gue senyum kaya gini kalo sama lo doang kok" kemudian pembicaraan itu berakhir karena Rara mendatangi kami dalam keadaan wajah penuh whipped cream dan wajah itu berhasil membuat kami tertawa.

"Kok bisa kaya gini mukanya, Ra?" tanyaku menghampirinya.

"Tadi aku jatoh, maaf ya tante" ucapnya

"Iya sayang gapapa" jawabku

"Ra kamu liat muka kamu deh, lucu banget hahaha" ledek Alfi yang membuat Rara kesal dan segera mengoleskan whipped cream kewajah Alfi setelah itu mereka berlarian saling mencoret wajah satu sama lain. Untung saja aku membuat whipped cream dalam skala yang banyak karena kelebihan bahan, jadi tidak perlu khawatir akan kehabisan. Sementara mereka kejar kejaran aku fokus menyelesaikan kue yang hampir selesai itu, namun tiba tiba Alfi memelukku dari belakang kemudian mengoleskan whipped cream dihidungku. Aku segera berbalik menghadapnya.

"Gak adil kalo kita berdua jelek terus lo masih cantik." ucapnya dan untuk kesekian kali hari ini wajah kami benar benar dekat. Hembusan nafasnya terasa diwajahku. Sepertinya lelaki dihadapanku ini mulai terbiasa dengan keadaan sedekat ini bersamaku.

"Muka lo lebih lucu dari mukanya Rara, Alfi." aku tertawa lebar melihat beberapa bagian wajahnya yang terkena whipped cream ia tetap bertahan diposisi yang sama menahan pingganku yang bersender dapur.

t e m uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang