SEPULUH

18 2 0
                                    

Aku terbangun dari tidurku yang panjang bahkan sekarang sudah menunjukkan pukul 10 siang. Hari ini jadwal praktiku hanya satu sesi dan itu dilaksanakan malam hari jadi aku masih memiliki banyak waktu luang. Diatas nakas dari tempatku tidur aku melihat beberapa hasil foto polaroid yang diabadikan oleh Alfi kemarin, aku tersenyum melihat foto itu, dimana aku membawa kue dan lilin kemudian Rara yang memelukku dari belakang sembari mencium pipiku sebagai ucapan terima kasih karena menemani di hari specialnya.

"Kok gue bisa ada disini yah?" tanyaku pada diri sendiri kebingungan. Karena seingatku terakhir kali aku tertidur diatas bahu Alfi.

"Pasti Alfi yang mindahin gue kesini, astaga astaga astaga" aku menepuk kepalaku pelan. Bagaimana bisa aku menghadapi kenyataan laki laki itu yang membawa ku kekamar, pasti ia sudah melihat bagaimana ekspresiku ketika tidur. Aku segera mencari handphoneku, untuk melihat apa kah ada pesan darinya dan ternyata benar sesuai dugaanku.

Alfi send a message ; Sebelum lo nanya ke gue kenapa gue gak bangunin lo. Kali ini Rara yang ngelarang buat bangunin bukan gue, beneran. Gue yang gendong lo dari balkon kekamar gausah khawatir gue udah sering gendong pasien darurat. Cuman kemaren beda aja rasanya soalnya yang gue gendong lo, bukan pasien. Udah ah gue udah dipanggil buat operasi, sampai ketemu di rumah sakit Alaena.

Aku tertawa membaca pesanya, ternyata pesan yang diberikan padaku sangat panjang. Aku kira dia akan protes kelelahan karena telah menggendongku kemudian meminta permintaan yang berlebihan sebagai gantinya seperti lelaki yang sering aku baca di novel atau aku temukan ketika nonton drama korea. Namun kali ini berbeda, karena dia adalah laki laki paling aneh di bumi.

Aku keluar kamar kemudian membereskan alat alat masak yang kugunakan kemarin, membersihkan dapur yang kotor akibat bermain whipped cream. Bahkan ketika membayangkan ucapan ucapan manis dari Alfi yang berhasil membuat wajahku memerah, aku bisa kembali tersenyum malu sekaligus senang.

Biasanya sebelum kembali kerja aku menghabiskan waktu luang untuk belajar sebagai bahan persiapan untuk konseling nanti, setelah semuanya siap aku menuju rumah sakit. Hari ini aku menggunakan celana kain hitam dengan blazer berwarna hitam bercorak dan tanktop putih sebagai dalamanya. Rambut panjang coklat milikku kubiarkan tergerai seperti biasanya. Tak lupa sepatu hak tinggi yang selalu aku gunakan ketika aku sedang bekerja. Klien hari ini merupakan pertemuan terakhir yang mana akan membahas evaluasi sesi sebelumnya, sehingga tidak membutuhkan waktu yang begitu lama.

"Ibu ada kabar baik" ucap Atika menghampiriku seusai pertemuan dengan klien tadi berakhir.

"Kabar apa?"

"Mulai besok akan ada Psikiater di departemen kita"

"Oh iya? Akhirnya" aku bertos dengan Atika. Ini jelas adalah hal yang baik, karena dengan terisinya posisi itu akan meringankan pekerjaanku. Tak perlu repot repot merujuk pasien kerumah sakit lain dan masih banyak hal baik yang akan datang, aku benar benar tak sabar menanti hari esok.

"Untuk hari ini semuanya sudah beres, kamu bisa pulang. Kerjaanya dilanjut besok aja yah, kasian kamu lembur terus" perintahku, kemudian sebelum pulang aku menempuh perjalanan paling jauh menuju parkiran rumah sakit, sebenarnya moment luang ini biasa kupakai untuk melihat aktifitas masing masing orang dari jauh.

Alfi send a message ; Ngapain disitu?

Aku memutarkan pandanganku mencari keberadaan sang pengirim pesan yang sepertinya tahu sekarang aku sedang melakukan kegiatan apa.

Alfi send a message ; Pasti lagi ngeliatin keramaian kan?

Alaena ; Kok tau sih

t e m uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang