Setelah makan siang bersama Irhan kami memutuskan kembali kekantor karena harus menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung, kami berpisah di lobby karena Irhan harus mengecek pasien dan menjadwalkan terapi. Sedangkan aku harus membantu Atika menganalisis hasil wawancara, pekerjaan ini membuat waktu berlalu begitu cepat tak terasa hari sudah sore dan aku hanya fokus pada pekerjaanku. Aku beranjak keluar ruangan karena ingin menyegarkan perasaan, dipersimpangan jalan aku bertemu Irhan.
"Hai." sapaku padanya yang sepertinya sedikit tergesa gesa.
"Halo, Al."
"Mau kemana kamu?" tanyaku melihat ia tidak memakai snelli nya seperti biasa.
"Aku harus kerumah sakit Epione untuk ngambil beberapa data pasien aku yang rujukan dari sana."
"Aku temenin yah, kebetulan aku kenal beberapa dokter disana." tawarku dan ia mengangguk antusias, ia belum lama berada disini sehingga aku harus membantunya.
"Boleh, tapi jalanan lagi macet banget jam segini. Aku takut kelamaan ninggalin pasien."
"Pake motor aja, Farhan kekantor naik motor. Kamu tunggu disini aku minjem motor dia dulu." ucapku kemudian menghampiri Farhan dan meminjam kendaraanya, lalu aku dan Irhan menuju parkiran motor. Aku sudah meminjam helm bogo milik Atika, Irhan memasangkanya dikepalaku. Setelah menaiki motor vespa matic itu motor melaju kencang ditengah tengah padatnya lalu lintas kota Jakarta, rasanya bahagia sekali sebab aku sudah lama tidak merasakan sejuknya angin malam menerpa wajahku secara langsung.
"Waaaaa, ternyata seseru ini yah naik motor di Jakarta sore sore." teriaku sambil merentangkan kedua tanganku, Irhan hanya tertawa melihat kelakuanku.
"Pegangan, aku mau ngebut." aku menuruti perintahnya dan memeluknya erat dari belakang, ternyata laki laki ini pengendara yang hebat.
"Ini kali pertama aku bawa motor setelah beberapa tahun gak bawa." sebenarnya aku panik mendengar pernyataanya barusan, tapi melihat betapa mahirnya dia dalam melalui kemacetan membuatku tidak perlu risau.
"Sebenernya tadi aku pengen nawarin biar aku aja yang bawa motornya. Abis aku takut, tapi ternyata kamu masih jago yah." Irhan memang handal dalam mengendarai motor, dulu sewaktu kami masih menjadi mahasiswa magang, dia selalu mengantarku kemanapun menggunakan motornya. Aku kembali tertawa jika mengenang masa masa itu.
Tak butuh waktu yang lama kami sampai di rumah sakit Epione, aku sudah menghubungi salah satu psikiater yang bekerja di tempat ini dan ia menyuruhku untuk menunggu di loby utama. Sambil menunggu aku melihat kerumunan pasien yang duduk dibawah panggung. Rumah sakit Epione terkenal dengan konser musik amal sebagai hiburan para pasien, melihat sedikit kekacauan membuatku bingung. Tak lama setelah itu laki laki tinggi dengan snelli menghampiri kami.
"Maaf jadi nunggu lama yah, Alaena." ucap dokter bernama Andra itu, sambil memberikan berkas yang kami minta.
"Kalau ada apa apa bisa hubungin gue aja soal pasien ini. Pas denger kabar rumah sakit Ujerin udah ada Psikiaternya departemen kita mau party sangking senengnya." cerita Andra pada kami.
"Kenapa gitu jadi mau party?" tanyaku
"Karena kita gak bakal hectic lagi nerima banyak pasien khusunya rujukan dari tempat kerja lo." aku dan Irhan tertawa mendengar penjelasannya.
"Andra, kalau boleh tau semua pasien itu kenapa ribut ribut?" akhirnya aku memutuskan bertanya untuk menjawab rasa penasaranku.
"Jadi hari ini jadwal konser amal kaya biasa, cuman guest star nya mendadak ngebatalin. Dan sekarang kita semua lagi bingung mau cari pengganti, soalnya mendadak banget." aku mengangguk pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
t e m u
RomancePertemuan paling membingungkan yang terjadi dalam cerita kehidupan Alaena. Ia dilamar oleh seorang laki laki paling aneh yang pernah ia temui di bumi, bernama Alfi. Cincin itu pas sekali dijari manisnya, ia terikat dengan laki laki yang tak perna...