Aku terbangun ketika merasakan tangis Atika disamping ranjangku. Aku tidak mengingat apapun selain kejadian aku terjatuh tak sadarkan diri dalam pelukan Alfi yang terus menangis.
Sekarang tubuhku terasa sedikit sakit akibat luka tembakan yang mengenaiku, semuanya baru terasa sekarang setelah aku tersadar setelah tertidur dalam jangka waktu yang lumayan lama.
"Kamu kenapa nangis, Atika?" tanyaku pelan, tangis perempuan itu semakin kencang ketika melihatku sudah sadarkan diri.
"Saya takut ibu kenapa napa. Abisnya ibu tidur lama banget, saya kan khawatir."
"Selama itu ya?"
"Tiga hari, selama itu juga saya gak tenang bu." jawab Atika dengan sesenggukan.
"Saya baik baik aja kok, udah gak usah nangis."
"Susah bu, saya liat semuanya didepan mata saya sendiri waktu ibu lari nolongin dokter Alfi. Takutnya masih kerasa sampe sekarang."
"Kerjaan selama saya gak ada gimana?" itu adalah hal pertama yang ingin aku pastikan, bagaimana semua kerjaan yang tertinggal karena kejadian ini.
"Semua di handle sama dokter Irhan. Dia udah tiga hari juga gak tidur bu." aku menghela nafas lega, memiliki Irhan sebagai rekan kerja memang menyenangkan. Aku tidak perlu khawatir karena dia adalah orang yang bisa diandalkan sejak beberapa tahun lalu.
"Yang operasi saya siapa?"
"Dokter Alfi. Dia juga yang selalu jagain ibu setiap malam."
Berarti semua suara yang aku dengar akhir akhir ini bukanlah mimpi, melainkan sebuah kenyataan. Karena selama tertidur aku merasakan tanganku selalu digenggam setiap malam, ternyata dia. Alfi selalu berada disampingku.
"Na, pasti sakit banget ya?"
"Kapan sih kamu berhenti bikin aku khawatir."
"Na bangun dong, lama banget tidurnya."
"Aku kangen."
"Banget."
"Alfi kangen malaikatnya."
"Cepet bangun ya, sayang."
"Aku gak bisa fokus kerja kalau kamu belum sadar, Na."
"Aku habis operasi, habis ini masih ada operasi lagi. Aku sempetin kesini. Aku kerja dulu ya, sayang."
"Harus bangun setelah ini."
"I love you."
Setelah memastikan pada Atika bahwa aku baik baik saja dan perempuan itu tak perlu menangis, aku memutuskan untuk mengelilingi rumah sakit yang pasti selalu ramai. Biasanya ini yang selalu aku lakukan ketika sedang penat, yaitu melihat keramaian. Hanya saja kali ini situasinya berbeda.
Aku berkeliling mengenakan pakaian yang semua pasien pakai disini, dengan tiang infus yang kubawa. Beperapa tenaga medis yang kujumpai di pertengahan jalan kerap menanyakan bagaimana kondisiku, senang rasanya karena ternyata masih banyak yang perduli. Langkahku terhenti didepan ruangan Irhan ketika lelaki itu keluar dan menatapku kaget.
"Kamu ngapain jalan jalan, Al."
"Kamu udah makan belum?" tanyaku yang sama sekali tidak menjawab pertanyaanya itu.
"Alaena.." aku segera menyela ucapanya sebelum ia mengeluarkan semua ceramahnya untukku karena marah melihatku yang seharusnya berbaring diatas ranjang justru malah berjalan keliling rumah sakit yang terbilang cukup besar ini, sendirian pula.

KAMU SEDANG MEMBACA
t e m u
RomancePertemuan paling membingungkan yang terjadi dalam cerita kehidupan Alaena. Ia dilamar oleh seorang laki laki paling aneh yang pernah ia temui di bumi, bernama Alfi. Cincin itu pas sekali dijari manisnya, ia terikat dengan laki laki yang tak perna...