DUA PULUH ENAM

9 0 0
                                    

Pagi ini setelah bersiap dan memasak sarapan untuk Alfi aku segera menuju rumah sakit karena akan ada proses konseling dipagi hari. Sebenarnya lelaki itu tidak ada meminta padaku untuk dibikinkan sarapan, namun karena aku tahu ia pasti kelelahan sehabis operasi tadi malam dan tidak sempat untuk sarapan akhirnya aku memutuskan untuk membuatkanya bekal.

Malam tadi ia menelfonku dan memberi tahu bahwa ia harus kerumah sakit seusai mengantarku pulang karena ada beberapa pasien darurat akibat kecelakaan beruntun yang harus ditangani. Dan sampai saat ini lelaki itu belum ada memberiku kabar, yang tandanya operasi yang ia lakukan berlangsung lama.

Setelah sampai dirumah sakit aku segera menuju ruangannya, dan aku melihat laki laki itu dengan baju biru khas operasinya tertidur di sofa. Bahkan penutup kepala yang ia kenakan untuk operasi belum dilepas. Sudah lama aku tidak melihat laki laki itu mengenakan pakaian seperti ini, karena menurutku kadar ketamapananya bertambah banyak ketika memakai baju operasi tersebut. Aku segera mengambil selimut yang ada dilemari kemudian menyelimutinya, melepaskan penutup kepalanya dan melihat noda noda darah di bajunya membuatku tersenyum melihatnya.

"Sudah berapa banyak pasien yang kamu selamatkan hari ini, sayang?" tanyaku dengan pelan sambil mengelus rambut dan membersihkan bercak darah di beberapa bagian wajahnya. Beberapa waktu kemudian, ia menjawab pertanyaanku sambil memejamkan matanya.

"Ada tiga." aku jelas kaget mendengar jawabanya, aku kira dia sedang tertidur. Bagaimana bisa ia menjawab pertanyaanku.

"Kok kaget?"

"Dikirain tidur."

"Emang beneran tidur tadi."

"Kebangun gara gara aku ?"

"Its okay, lagian aku pengen liat kamu." ucapnya dengan suara khas bangun tidur yang entah kenapa terdengar sangat nyaman ditelingaku. Lelaki itu bangun kemudian memelukku yang berada disampingnya.

"Kamu ngapain disini, katanya ada klien pagi?" tanyanya sambil memejamkan mata, masih dengan posisi berada dalam pelukanku.

"Aku bikinin sarapan, jangan lupa dimakan ya."

"Iya."

"Jangan telat makan, terus makanya jangan buru buru."

"Iya sayang."

"Yaudah aku kebawah dulu." ketika aku ingin berdiri ia malah menahanku dengan mengeratkan pelukanya.

"Jam berapa emang konselingnya?"

"20 menit lagi."

"Kalau gitu kamu disini dulu aja, aku mau tidur bentar." aku hanya bisa tersenyum sambil mengiyakan karena mendengar permintaanya untuk tidur dalam pelukanku. Jadi yang aku lakukan hanya mengelus punggunya dan rambutnya yang sudah acak acakan itu. Ia benar benar tertidur pulas dalam pelukanku, hal ini terbukti dari bagaimana ia menenggelamkan wajahnya di bahuku.

Tak menyangka bahwa aku akan melangkah sejauh ini bersamanya, karena kalau boleh jujur pada awal pertemuan aneh tanpa rencana beberapa bulan lalu itu sama sekali tak terlintas dipikiranku bahwa akan seperti ini akhirnya. Lelaki aneh yang waktu itu melamarku padahal belum tau namaku, lelaki aneh yang selalu memberiku kejutan dan memberiku ketenangan disaat belum pernah ada yang bisa melakukan itu sebelumnya. Dia adalah satu satunya orang yang menjanjikan keabadian padaku.

Beberapa tahun lalu ketika aku merasakan kehilangan yang menyakitkan, aku berfikir apakah nantinya aku bisa jatuh cinta lagi. Apakah aku akan bisa menaruh kepercayaan terhadap orang lain, dan masih banyak hal hal yang aku takutkan akan terjadi. Sebenarnya banyak lelaki yang mendekatiku, tapi tak pernah ada yang seperti lelaki tersayang yang sedang dalam pelukanku ini. Belum ada yang mengatakan padaku bahwa ia tak akan membiarkan hal hal yang aku takutkan terjadi, hanya Alfi.

t e m uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang