EMPAT PULUH

14 0 0
                                    

Alfi pov.

"Jadi maksud kamu, ayah dari anak ini dia? Kamu bilang sama aku kalau laki laki itu udah meninggal, Eva." kataku tak menyangka ketika melihat seorang laki laki mengatakan bahwa ia adalah ayah dari kandungan Eva.

"Maaf, Alfi. Aku maunya kamu, aku gak nyangka dia bakal rusak rencana pernikahan kita."

"Kamu gila, Va. Kamu tau betapa banyak orang yang tersakiti karena kebohongan kamu ini? Pernikahan kita batal, kamu harus nikah sama lelaki yang seharusnya dan dia mau bertanggung jawab. Aku gak mau ketemu kamu lagi." teriakku padanya yang sedang menangis, bagaimana tidak.

Aku mengorbankan banyak hal karena semua kebohongan itu, keluargaku yang benar benar shock atas pernyataan bahwa aku akan menikah. Bahkan Alaena, seseorang yang sudah kuhancurkan hatinya itu juga menjadi korban karena kejadian ini. Aku segera berlari menuju rumah sakit untuk menemuinya, aku harus menghampiri wanitaku dan menjelaskan padanya bahwa ini semua kesalahan.

Aku tidak pernah pura pura selama bersamanya, selama ini semua memori indah dan perasaanku padanya adalah sebuah kenyataan. Katakan aku jahat karena telah menyakiti seseorang paling berharga dalam hidupku, tapi aku melakukan semua ini karena ada alasannya.

Beberapa waktu yang lalu ditengah moment pertemuan Alaena dengan Rayhan, bukan hanya pertemuan tadi. Tapi semua kejadian tentang itu, aku selalu berada disana. Termasuk melihat semua perhatian yang diberikan Alaena pada lelaki yang pernah menyakitinya. Dengan diam aku sudah bergabung bersama Alaena menjelajahi setiap moment itu, semua kejadian yang membantuku untuk mengerti alasan kenapa beberapa tahun lalu lelaki itu memilih untuk meninggalkan wanitaku.

Saat itu aku merasa tak ada yang lebih hancur selain diriku sendiri, aku merasa bahwa Alaena akan kembali pada tokoh yang seharusnya. Terlihat dari perilaku perempuan itu yang seperti tenang atas kembalinya Rayhan. Saat itu juga aku mengira ini saatnya untuk berhenti, tatapan mata Rayhan benar benar membuktikan bahwa perasaan itu masih selalu sama sejak awal mengenal Alaena. Perempuan yang kuserahkan seluruh hidupku padanya itu juga selalu menangis dan menggenggam tangan Rayhan dengan rasa bersalah.

Mendengar perkataan perempuan itu pada Rayhan sewaktu lelaki itu tidur, dimana Alaena meminta maaf karena pernah meninggalkan, bagiku itu seperti sebuah tembakan mematikan yang memerintahkan ku untuk segera berhenti. Aku sadar akan kenyataan bahwa sebenarnya mereka tidak pernah berakhir, hanya saja mereka dipisahkan sementara oleh sang punya semesta. Oleh sebab itu pikiranku berkata untuk membiarkan mereka kembali melanjutkan perasaan yang pernah terpisah.

Bagian kelirunya adalah karena aku hanya melihat tatapan mata Rayhan, tapi tidak dengan Alaena. Karena selama aku memandangi mereka dari jauh posisi perempuan itu selalu membelakangiku, sehingga aku tak tau pasti bagaimana perasaanya yang sebenarnya.

Ingin sekali memastikan padanya tentang semua ini, menanyakan padanya perihal yang ia rasakan. Membiarkan ia memilih untuk melanjutkan cerita yang pernah berhenti, atau terus bersamaku. Karena bagaimanapun juga aku tidak pernah ingin kehilangan dia, aku selalu ingin denganya. Aku pernah bilang, jika tanpa dia aku sama saja membunuh diriku sendiri, namun semua rencana itu terhalang ketika aku dipertemukan oleh wanita yang pernah mematahkan hatiku beberapa tahun lalu dengan memilih meninggalkanku.

Ia menangis dan berkata bahwa ia telah disakiti dan dirusak oleh seorang laki laki tak bertanggung jawab, tangisan yang terdengar sangat tulus saat itu membuatku tak bisa berfikir apa apa selain memeluknya. Namun semua terasa mengejutkan ketika ternyata Alaena melihat semua kejadian ini. Dan setelah itu kalian tau kan Alfi telah memilih jalan paling bodoh yang disuguhkan semesta dengan menyakiti seseorang yang sudah ia deklarasikan pada bumi beserta isinya untuk ia bawa di akhir cerita. Kebahagiaan kekal itu kubunuh perlahan.

t e m uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang