Seperti yang sudah disampaikan oleh Atika selaku asisten magang di departemen kesehatan jiwa bahwa pekerjaanku akan dimulai pukul 9 pagi dan aku tiba satu jam sebelumnya sebab ada beberapa hal yang perlu dipastikan dan disiapkan untuk kelancaran prosesnya. Konseling kelompok biasanya dilakukan dengan durasi kurang lebih 2 jam per sesi dan hari ini aku akan mendampingi proses konseling sebanyak 3 sesi berurutan yang artinya aku akan menghabiskan waktu sekitar 6 jam berinteraksi dengan klien.
Semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan, semua klien merasa senang dengan interaksi mereka yang baik terhadap setiap anggota kelompok. Rasanya membahagiakan sekali bisa melihat mereka antusias bertukar pikiran juga pendapat meskipun tidak dapat dipungkiri pada pertengahan sesi kerap ada beberapa individu yang kurang aktif dan terlibat namun semuanya berakhir dengan hasil sesuai rencana awal.
Kegiatan konseling kelompok berakhir pukul 3 sore, dengan mengucapkan terima kasih kepada beberapa klien karena sudah bahagia dan menyempatkan datang, tak lupa memberikan himbauan untuk hati hati dijalan.
"Terima kasih atas kerja samanya hari ini, habis ini jangan lupa untuk catat hasil konseling 3 sesi tadi, kemudian setelah rampung per sesi langsung kasih ke ruangan saya biar saya yang analisis hasil wawancaranya. Atika beberapa klien yang harus dirujuk ke Psikiater, bagaimana?" tanyaku
"Semua sudah dirujuk ke rumah sakit lain dan diberikan informasi bahwa untuk sementara ini posisi psikiater dirumah sakit kita masih kosong" jelasnya sopan
"Oke, untuk sementara ini kalau ada klien yang memang diharuskan untuk rujuk ke psikiater terpaksa kita rujuk ke rumah sakit lain. Sembari menunggu kesediaan posisi psikiater yang kosong" ia mengangguk. Kemudian sebelum melanjutkan pekerjaan, kami memutuskan untuk makan siang dikantin rumah sakit karena sangat melelahkan bekerja dalam keadaan perut kosong.
Biar aku jelaskan sedikit, di Rumah Sakit Ujerin khusunya pda departemen kesehatan jiwa posisi yang seharusnya adalah seorang Psikiater dan seorang Psikolog, meskipun kedengaranya dua profesi diatas serupa namun sebenarnya berbeda. Beberapa tindakan yang diberikan kepada klien hanya bisa dilakukan oleh Psikiater dan Psikolog sepertiku tidak memiliki wewenang untuk melakukanya seperti memberikan resep obat dan tindakan medis.
Sederhananya perbedaan ini terletak pada pendekatan yang digunakan, biasanya psikolog sepertiku akan menggunakan pendekatan konseling pada klien. Jika psikiater pendekatan yang mereka gunakan untuk menangani pasien adalah dengan obat.
Kebetulan dirumah sakit ini posisi tersebut masih kosong, oleh sebab itu jika ada klien yang memang mengharuskan untuk ditangani Psikiater akan selalu kami rujuk ke rumah sakit lain dengan prosedur dan berbagai persiapan lainya yang terkadang membuat kami kelelahan.
DARURAT RUANGAN 1140 DEPKES JIWA!!
DARURAT RUANGAN 1140 DEPKES JIWA!!
DARURAT RUANGAN 1140 DEPKES JIWA!!Aku segera berlari sesuai perintah yang diumumkan di panggilan darurat menuju ruangan yang dimaksud, seingatku itu adalah ruangan dimana Rafly berada. Sepertinya beberapa kepribadian lainya muncul lagi, berhubung rumah sakit ini besar sekali sehingga memakan waktu untuk sampai diruangan tersebut. Harus menempuh perjalanan menggunakan lift yang pasti sekarang sedang penuh oleh pasien, jadi mau tidak mau aku harus menggunakan tangga darurat. Untung hanya butuh 3 kali naik tangga saja dari tempatku berada, dipertengahan jalan aku bertemu dengan Alfi yang juga sedang berlari sepertiku. Mungkin kita akan menuju ruangan yang sama, sebab Rafly bukan hanya seorang klienku melainkan ia juga merupakan pasien Alfi.
"Maaf dokter, tadi pada saat kami ingin melepas jahitan, pasien mengamuk karena katanya dia bukan Rafly" jelas seorang dokter residen kepada Alfi setibanya kami diruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
t e m u
RomancePertemuan paling membingungkan yang terjadi dalam cerita kehidupan Alaena. Ia dilamar oleh seorang laki laki paling aneh yang pernah ia temui di bumi, bernama Alfi. Cincin itu pas sekali dijari manisnya, ia terikat dengan laki laki yang tak perna...