Siang ini merupakan siang yang hectic, aku lupa bahwa hari ini adalah hari pertama psikiater baru akan bekerja. Aku ditugaskan untuk memberikan perkenalan dan membantu dalam proses adaptasi. Sialnya aku malah terlambat bangun, jika bukan karena Alfi yang menelfonku sebanyak 12 kali mungkin hari ini aku tidak akan bekerja karena ketiduran. Membaca pesan singkat dari Atika yang mengatakan bahwa psikiaternya sudah menunggu membuatku semakin panik, aku bahkan tidak punya waktu untuk berdandan seperti biasanya. Diperjalanan aku hanya mengenakan lipstick yang selalu aku bawa didalam tasku bahkan sepatu heels belum terpasang dengan rapih.
"Jangan buru buru, Na." ucap Alfi memperingatkan setibanya kami di parkiran rumah sakit.
"Gue takut dimarahin banget, Fi. Gimana kalo psikiaternya ternyata udah tua terus galak" keluhku yang hampir terjatuh karena tidak bisa menahan keseimbangan ditambah heels ku yang belum terpasang sempurna. Untung Alfi segera menahanku, jika tidak hari ini mungkin akan jadi hari kesialan bagi Alaena karena harus terjatuh konyol didepan Alfi.
"Kan gue bilang juga apa, pelan pelan." tambahnya berjongkok dihadapan sambil memasangkan sepatu heels dikakiku.
"Lo ngerti cara pasang heels juga ternyata. Jangan bilang karena kebiasaan pakein Rara, dia gak pake heels loh ya." ia tertawa mendengar perkataanku setelah itu kami masuk kedalam rumah sakit. Pada saat lift terbuka aku segera menghampiri kedua asistenku dimana mereka berada dibelakang psikiater yang sudah menunggu, Alfi mengelus rambutku pelan dan melarangku untuk panik bahkan tanpa perlu aku jelaskan laki laki itu mengerti apa yang aku rasakan.
"Maaf saya terlambat" sewaktu pria itu berbalik badan aku terkejut melihatnya, sebab dia adalah Irhan. Sahabatku sewaktu menjadi asisten magang di rumah sakit sebelumnya beberapa tahun lalu.
"Irhan!" tanpa basi basi aku segera berlari memeluknya dan ia membalas pelukanku dengan erat. Kami sama sama antusias akan pertemuan ini, sebab telah terpisah oleh jarak yang terlampau jauh dalam rentan waktu yang lama membuat kami kerap merasa rindu satu sama lain.
"Hua, kangen" tambahku yang masih berada dalam pelukanya.
"Makin cantik aja, Al." dia memang memanggilku Al, kami sudah lama tidak bertemu karena ia melanjutkan studi nya diluar negeri.
"Rambutnya udah gak kaya orang korea lagi sekarang" heranku sambil mengacak pelan rambutnya yang tidak seperti dulu lagi, waktu itu dia adalah lelaki paling tampan di rumah sakit sebelumnya. Ia juga sering dijuluki oppa korea oleh beberapa perawat bahkan pasien pun terkadang memanggilnya begitu.
"Style kaya gini aja kadang masih dikira orang korea" kemudian kami berdua tertawa, aku tahu betapa risihnya Irhan jika dibilang seperti orang korea.
"Kok gak bilang udah balik? Kan bisa aku jemput"
"Semuanya serba tiba tiba, bahkan mama papa aku kaget pas tau aku langsung dapet tawaran pekerjaan" jelasnya padaku. Aku sampai lupa memperkenalkan dia pada kedua asistenku, bahkan aku tidak sadar bahwa Alfi sedari tadi terdiam ditempatnya menatap kami.
"Alfi kenalin ini Irhan, dia psikiater baru di rumah sakit Ujerin" aku memperkenalkan Irhan pada Alfi.
"Irhan ini Alfi, dia dokter sp.." belum sempat aku menjelaskan Irhan memotong pembicaraanku.
"Alfi, dokter bedah umum terkenal di Jakarta. Senang bisa bertemu" kata Irhan kemudian mereka berjabat tangan
"Senang juga bisa bertemu" akhirnya Alfi membuka suara.
"Kamu kenal, Han?" aku bertanya karena bingung mengapa Irhan bisa mengenal Alfi.
"Siapa yang gak kenal, dia dokter bedah umum paling populer di Jakarta." aku mengangguk pelan mendengar jawabanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
t e m u
RomantikPertemuan paling membingungkan yang terjadi dalam cerita kehidupan Alaena. Ia dilamar oleh seorang laki laki paling aneh yang pernah ia temui di bumi, bernama Alfi. Cincin itu pas sekali dijari manisnya, ia terikat dengan laki laki yang tak perna...