Selama berada dirumah sakit, aku hanya berdiam diri dalam kamar. Ini karena Alfi sama sekali tidak membolehkanku untuk berjalan sendirian selain dalam kamarku. Irhan tidak pernah absen untuk menjenguk, bahkan lucunya Alfi dan Irhan sudah membagi waktu untuk bergantian berjaga tanpa sepengetahuanku. Beberapa teman yang bekerja disini juga tidak pernah absen berdatangan, sehingga tidak perlu takut kesepian lagi.
Alfi benar benar mengurusku dengan baik selama disini, meskipun aku pernah memberitahunya untuk tidak perlu berlebihan sampai harus bolak balik melihatku disela sela waktunya yang sibuk. Tapi tetap saja, ia sering sekali berlari keruanganku dengan baju khas operasinya hanya untuk sekedar memastikan bahwa aku baik baik saja, tak lupa mencium keningku sebelum melakukan operasi selanjutnya.
Beberapa hari disini membuatku lebih dekat dan menghabiskan banyak waktu bersama Alfi. Aku tidak tau bahwa ia memiliki sisi romantis dan penyayang seperti ini, ketika aku ingin makan dia selalu menyuapiku dan memastikan bahwa makananku benar benar habis tak bersisa. Mengupaskan buah buahan pemberian temanku, atau sekedar berpelukan sambil melihat derasnya hujan yang membasahi bumi lewat kaca kamarku.
"Kamu tau kenapa aku gak suka hujan?" yang ditanya menggelengkan kepalanya dan terus memelukku dari belakang. Sesekali ia mencium pipiku.
"Karena, turunya hujan menghambat aktivitas sebagian orang. Aku gak suka ngeliat para pedagang dipinggir jalan harus lari larian melindungi barang mereka supaya gak kena hujan. Karena hujan juga jalanan jadi licin dan bahaya buat pengendara motor. Hujan bisa buat sakit, hujan juga bisa membawa kesedihan dengan mengembalikan semua memori yang seharusnya dilupakan."
"Tapi kamu tau gak, Alfi? Ada yang aneh. Dan itu terjadi ketika kamu datang dikehidupan aku.
"Apa yang aneh?"
"Pandanganku soal hujan."
"Kenapa soal itu?"
"Berubah. Pandanganku soal itu berubah. Aku mikir kalau sebenernya hujan tidak pernah ingin dirinya turun, siapa yang ingin terjatuh seperti rintikan mereka yang membasahi bumi. Tapi mereka punya alasan yang lebih luas dan berarti, ada beberapa hal yang memang sudah ditakdirkan untuk dihinggapi hujan."
"Na."
"Iya?"
"Aku suka kamu, terlebih cara pandang kamu soal hujan."
"Hujan buat kita semakin dekat, Fi."
"Aku akan selalu disamping kamu gak perduli hujan, panas atau bahkan situasi apapun itu. Aku selalu sama kamu."
***
Malam ini Alfi berjanji akan menemaniku karena ia tak ada kesibukan. Pekerjaanya sudah rampung, dan benar saja. Ia datang dengan pakaian casual nya, tidak seperti beberapa hari kemarin. Selalu datang dengan baju khas operasinya yang kadang dipenuhi bercak darah.
Tadi sebelum kesini aku minta dibawakan beberapa cemilan, meskipun jenis cemilan tetap Alfi yang memilih karena harus tetap berada dalam pantauanya. Sekarang yang membuatku senang adalah melihatnya dengan dua kantong besar ditangan membuatku tersenyum antusias.
"Kamu ngapain sih nyuruh aku beli cemilan?"
"Misi rahasianya Alaena."
"Kamu mau apa lagi, Na?"
"List nomor 28. Nonton bareng Alaena."
KAMU SEDANG MEMBACA
t e m u
RomantizmPertemuan paling membingungkan yang terjadi dalam cerita kehidupan Alaena. Ia dilamar oleh seorang laki laki paling aneh yang pernah ia temui di bumi, bernama Alfi. Cincin itu pas sekali dijari manisnya, ia terikat dengan laki laki yang tak perna...