TIGA PULUH SEMBILAN

13 0 0
                                    

Setelah kembali dari ruangan direktur, aku membersihkan semua barang. Khususnya mengemas barang barang yang ada diruangan pribadiku, ada beberapa saat terlintas di memori seperti sebuah kepingan gambar dimana tempat ini pernah menjadi saksi. Alfi yang selalu melihatku ketiduran didepan komputer karena kelelahan bekerja, ditempat ini juga ia sering menungguku jika ingin bertemu. Sepatu putih milikku juga ia berikan disini, oleh sebab itu beberapa hari terakhir semenjak tibanya undangan pernikahan Alfi dalam ruanganku membuatku sangat sulit untuk berada sendirian dalam ruangan ini.

Kenangan bersamanya terulang sempurna tanpa celah, aku tak pernah mengatakan bahwa kenangan yang ia berikan adalah sebuah kenangan menyakitkan. Karena nyatanya semua moment bersamanya adalah hal paling terindah yang pernah ada dalam hidup seorang Alaena. Namun yang sulit untuk kuterima bukanlah semua kenangan itu, melainkan kenyataan bahwa ternyata kebahagiaan yang ia berikan hanyalah sebuah kebohongan.

Banyak yang bilang bahwa sebenarnya mimpi indah itu adalah hal yang menyenangkan. Ketika dalam mimpi setiap orang bisa berfantasi atau melihat hal hal baik. Tapi menurutku mimpi indah itu adalah mimpi buruk yang sebenarnya, karena berada dalam mimpi jutaan pengharapan hadir. Ketika terbangun semua hal hal baik berubah menjadi kesedihan karena kita harus dihadapkan pada kenyataan bahwa hal hal baik yang menyenangkan itu hanya ada dalam mimpi, tidak di kehidupan asli.

Tadi sebelum keruangan direkur untuk menyerahkan surat pengunduran diri aku sudah berkeliling rumah sakit, karena akan berpisah jadi ingin berpamitan pada setiap hal yang menjadi saksi berlangsungnya cerita Alaena disini. Didepan ruangan seorang laki laki terbaik yang memberikan sandiwara terindah, memori sewaktu anak kecil berlari ketakutan meninggalkan ruanganya juga teringat seketika dan membuatku tertawa. Setiap detik yang berlalu pada saat itu tergambar dengan resolusi terbaik dalam memoriku, mewakili anak kecil itu untuk mencubit hidung mancung miliknya.

Sepertinya sejak saat itu tanpa sadar aku mulai membiarkan ia masuk ke dalam sebuah ruang yang dihatiku yang hampir mati, sejujurnya tak ada jawaban pasti sejak kapan aku mencintainya. Intinya sejak pertama kali ia memperkenalkan namanya padaku, luka yang tadinya hampir abadi tiba tiba menemukan obatnya.

Karena tak ingin berlama lama terjebak dalam semua kenangan yang semakin lama membuatku terikat dan tak akan beranjak, aku segera menyelesaikan kegiatan mengemasku. Tak begitu banyak barang sehingga waktu yang dibutuhkan tidaklah lama. Irhan tiba tiba masuk dengan nafas terengah engah, sepertinya ia habis berlari.

"Kenapa aku denger kabar soal kamu mau berhenti kerja?"

Ternyata kabar itu sudah beredar dengan cepat, bahkan tak butuh hitungan jam. Pantas saja dia berlarian keruanganku untuk memastikan hal ini, fakta yang pasti mengejutkan untuk beberapa orang. Bahkan termasuk diriku sendiri, tak menyangka akhirnya aku akan meninggalkan rumah sakit yang selalu menjadi impianku sewaktu kuliah.

"Alaena, jawab aku. Bener kabar kamu mengundurkan diri?"

"Ikut aku."

Aku segera menarik tanganya meninggalkan ruangan pribadiku, menuju salah satu vending machine dan membelikan ia kopi kemasan yang selalu ia minum jika sedang bekerja. Meskipun menatapku dengan kesal dan bingung tapi aku tetap menyuruhnya untuk duduk dikursi sembari menungguku.

"Selama kita disini aku belum pernah traktir kamu, maaf karena terlambat."

"Al, aku ketemu kamu bukan buat ditraktir kopi."

"Iya aku tau, kalau gitu minum dulu baru aku cerita." yang diperintahkan menurut, segera meminum kopi yang kuberikan. Dari caranya meneguk minuman itu terbukti bahwa ternyata ia kehausan karena telah berlari menuju ruanganku.

"Soal kabar itu, semuanya bener. Aku berhenti kerja disini, maaf karena baru kasih tau kamu." Irhan adalah seorang laki laki yang sangat mengerti jika aku sedang butuh sedikit ruang untuk bercerita. Jadi yang ia lakukan hanya diam dan terus mendengarkan dengan fokus.

t e m uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang