chapter 12 LAYU

927 63 2
                                    

Biasakan vote sebelum baca
Happy reading

.
.
.

"Biar kakak saja yang mengantarmu ke sana" ucap Yusuf lembut pada adiknya

"Kak Yusuf sedang sibuk. Biar kak Raihan saja yang mengantarku" tolaknya halus

"Ima, kau menyembunyikan banyak hal dari kakak. Mulai dari kota yang kau tuju, sampai sekarang menolak kakak mengantarmu"

"Bukan seperti itu kak"

"Sudahlah. Aku mau pergi saja" Yusuf melangkah menjauhi keluarganya, hendak keluar rumah

"Kak Yusuf" panggil Fatimah dengan nada ingin menangis. Fatimah segera mengejar langkah kakaknya yang berjalan kearah mobilnya

"Kak Yusuf" Fatimah berhasil meraih tangan kakaknya. "Kakak marah?" Tanya Fatimah, setetes air matanya akhirnya jatuh kepipinya

"Tidak. Kakak hanya akan kekantor. Ada apa, kenapa kau menangis?" Tanya Yusuf pura-pura polos

"Ih kak Yusuf mengerjaiku?" Fatimah memukul dada Yusuf berkali-kali karena Yusuf memang hanya mengerjainya

Tanpa adiknya menjawab pun ia sudah tau semuanya. Seperti, kota yang dituju adiknya, alasan adiknya memilih kekota itu, alasan adiknya pergi, dan mengapa adiknya tidak ingin ia yang mengantar. Yusuf mengetahuinya tapi ia lebih memilih untuk pura-pura tidak tau

"Jaga dirimu selama disana, jangan menyusahkan oma dan opa, dengar nasehat mereka dan ingat selalu untuk menghubungi ayah dan bunda karena mereka pasti sangat mengkhawatirkanmu" nasehat Yusuf panjang sebelum mengusap kepala adiknya yang tertutup jilbab

"Iya kak. Ima pasti akan sangat merindukan kakak" Fatimah memeluk erat tubuh kakaknya dan Yusuf membalas pelukan adiknya. "Kakak jangan terus-terusan memikirkan kak Laila, karena nanti kakak lupa pikirin Ima" Fatimah cemberut

"Emang kapan kakak mikirin Laila?"

"Setelah kakak Laila pergi lima bulan yang lalu dan saat ini juga" ucap Fatimah membuat Yusuf tersenyum

"Sok tau kamumah" ucap Yusuf dengan mencubit gemas hidung adiknya

"Tidak kok. Ima kan memang tau. Lagi pula waktu itu kakak sampai sakit karena mikirin kak Laila"

"Kamu jalan sana, dari pada ngomongnya makin ngawur dan akhirnya ketinggalan pesawat"

"Ish ngaku aja. Tidak usah pake alihin pembicaraan" ejek Fatimah membuat Yusuf tersenyum

"Terserah kamu saja. Yang penting kamu bahagia" Yusuf kembali mencubit pelan hidung adiknya

"Tuhkan ngaku" senyum kemenangan terbit dibibir Fatimah

Yusuf hanya menggelengkan kepalanya pelan sebelum berjalan mendekati kedua orangtuanya

"Yusuf kekantor dulu ya yah, bunda" pamit Yusuf menyalimi punggung tangan kedua orangtuanya

"Hati-hati bawa mobilnya. Jangan ngebut" peringat bunda Suci, Yusuf mengangguk mengiyakan

Kembali Yusuf melangkah kearah mobilnya, kemudian masuk kedalam sana dan mulai mengemudikan mobilnya keluar dari halaman luas rumah kedua orangtuanya

.
"Assalamu'alaikum, Jay"

"Wa'alaikumussalam" jawab Jailani berdiri dari duduknya lalu bersalaman dengan Yusuf. "Kupikir kau tidak jadi datang. Hampir berlumut aku nungguin kamu"

"Maaf untuk itu" ucap Yusuf tulus

"Baiklah kumaafkan. Untung kau sahabatku" ucap Jailani

"Mana salinan berkasnya" minta Yusuf. Jailani dengan cepat memberikannya

LAYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang