LaRa 16 -Pasrah-

11.3K 574 9
                                    

"Aku tidak bisa untuk terus egois ketika melihatmu terluka"

_o0o_

Hari ini Zara harus bangun pagi, senin adalah hari yang menuntut Zara untuk bisa berangkat lebih pagi dengan atribut sekolah yang lengkap, jangan lupakan pelajaran yang memusingkan otak di hari senin. Hari ini jadwal pelajarannya adalah Matematika, Fisika, Kimia, B.inggris, dan ditutup dengan pelajaran B.Indonesia. sungguh luarbiasa menguras otaknya.

"Dasi dimana ya?" gumam Zara

Zara terus mengacak-acak lemarinya, hingga matanya tertuju pada benda yang sedikit terlihat dari belakang lemari. Dia mendekat ke belakang lemari dan menghela napas kasar. Dasi yang dia cari tergeletak cantik disana, entah bagaimana caranya dasi itu bisa berada disana. Zara mengambilnya dan menggunakannya.

Zara menggunakan sepatu dengan terburu-buru, dia segera pergi keluar rumah dan masuk ke dalam mobil yang di dalamnya sudah ada Mang Ido sebagai supir.

"Mang ngebut ya, Zara udah hampir telat" ucap Zara cemas

"Iya Non" ucap Mang Ido

Sesampainya di sekolah, Zara segera turun dan berlari menuju kelasnya. Dia menyimpan tasnya, mengambil topi, dan berlari ke lapangan yang sudah ramai. Zara berbaris di posisi belakang, upacara dimulai.

Terik matahari yang menyinari bumi hari ini terasa sangat panas, berkali-kali Zara mengusap keringat yang keluar dari dahinya. Seseorang di barisan sebelah meminta bertukar tempat dengan temannya yang ada di samping Zara, orang itu menutupi sinar matahari dengan tubuhnya yang tinggi. Zara menengokan kepalanya dan menatap orang itu.

"Lo kepanasan kan?" ucap orang itu

"Lah lo ngapain ada disini?" Zara bertanya balik dengan pelan

"...."

"Oy denger ga?" ucap Zara kesal

"...."

"Dih sok budeg banget, heh lo---"

"HORMATTTT GRAK" teriak pemimpin Upacara yang berada di barisan paling depan, lagu Indonesia Raya mulai dinyanyikan.

Zara segera mengangkat tangannya sambil menatap orang disampingnya yang terlihat seperti meringis kesakitan.

"Angkasa lo ngapain sih ikut upacara? Tangan lo masih di perban gitu juga, apalagi kaki lo tuh masih pincang gitu, pasti masih sakit kan" ucap Zara berbisik

Orang itu adalah Angkasa, lelaki menyebalkan yang sejak tadi mengabaikan ucapan Zara.

"Jangan berisik cebol" ucap Angkasa

Zara memberengut kesal, dia kembali menatap ke depan dan fokus pada upacara yang sedang berlangsung.

.

.

.

"Jadi lo udah boleh pulang dari Rumah Sakit terus langsung sekolah?" tanya Zara

"Ya gitu" jawab Angkasa seenaknya

Zara diam dan menatap lapangan dibawahnya, waktu istirahat 30 menit setelah upacara Zara manfaatkan untuk mengobrol dengan Angkasa. Matanya tertuju pada seseorang yang sedang memantul-mantulkan bola basket dengan asal.

Orang itu adalah Langit, seseorang yang menjadi pemilik hatinya. Jika melihat Langit, dia jadi ingat bagaimana saat saat dulu ketika dia gencar mengejar Langit.

LAZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang