"Aku ingin mengejar kembali apa yang telah aku tinggalkan"
_o0o_
Langit terlihat mendung sore ini, bahkan awan sudah berwarna gelap sejak tadi. Zara masih berdiri di halte bis, dia menunggu jemputannya datang. Hari ini dia memiliki janji dengan Ayahnya, mereka akan pergi ke suatu tempat.
TIN.. TIN..
Zara menatap mobil hitam di depannya tanpa minat, dengan pelan Zara membuka pintu mobil. Benar dugaannya, ayahnya tidak sendirian. Ada Arum dan Abidzar disana.
"Masuk Ra" ucap Papah Arga
Zara masuk ke dalam dan duduk di samping Abidzar. Dia menatap keluar jendela dan segera berpura-pura tuli dengan semua yang mereka bicarakan.
"Hey" bisik Abidzar
Zara menggeser duduknya untuk semakin menjauhi Abidzar. Dia merapatkan dirinya ke sisi mobil.
"Apa kabar lo? Gue denger beberapa hari yang lalu, lo ngurung diri di kamar" ucap Abidzar pelan
"Bukan urusan lo" ucap Zara sinis
"Gue pikir punya adik kaya lo ga buruk juga. Lo lucu ternyata" ucap Abidzar
Zara menghadapkan tubuhnya ke arah Abidzar.
"Gue pikir punya Kakak kaya lo cukup buruk. Lo nyebelin ternyata" ucap Zara keras
"Ih gemes" ucap Abidzar
"Ga jelas"
Abidzar tertawa keras, begitupun Arum yang duduk di depan ikut tersenyum lebar melihat interaksi Abidzar dan Zara. Zara terdiam dalam kesendirian, dia seolah melihat keluarga bahagia di depannya. Tentu tanpa kehadiran dirinya.
Beberapa menit kemudian, mobil itu berhenti di depan sebuah restoran mewah yang sangat kental dengan aksen khas sunda.
"Ayo turun" ucap Papa Arga
Zara turun dan mengikuti mereka dengan langkah pelan, sejujurnya dia sangat malas untuk ikut acara seperti ini bersama mereka, tapi apa boleh buat. Nasi sudah berubah menjadi bubur.
Mereka duduk di salah satu meja yang tersedia dan mulai memesan makanan. Semua terlihat bahagia dan sibuk saling mengobrol, sedangkan Zara hanya mampu diam dan menahan segala emosi yang menumpuk di hatinya.
"Ra, besok Tante mau beli baju kebaya buat menikah sama Papah kamu, kamu mau kan nemenin Tante ke butik?" tanya Arum dengan senyum di wajahnya
Zara seolah tuli, dia tetap fokus pada makanannya dan tidak menanggapi Arum sedikit pun.
"Ra, jawab kalo di tanya!" ucap Papa Arga tegas
Zara memutar bola mata kesal, dia meletakan sendok dan garfunya dengan sedikit keras. Dengan hitungan detik, dia sudah meninggalkan meja itu dan pergi ke arah toilet.
'Kenapa sih gue harus lahir dengan takdir serumit ini, kalo aja gue bisa milih. Gue akan milih untuk ga lahir ke dunia'
.
.
.
Senja, indah tapi tidak bertahan lama. Sama seperti kehadiraan seseorang yang terasa sangat indah tapi tidak pernah selalu ada untuk bertahan.
Langit mulai berubah menjadi gelap, pertanda bahwa hari ini akan segera usai. Zara melangkahkan kakinya menelusuri jalanan di kompleks perumahan. Tempat ini masih belum terlalu dia kenal. Jalannya terlihat sangat sepi, hanya terlihat cahaya dari beberapa lampu yang menerangi jalan.
Saat ini, Zara tau bahwa dia sedang sendirian. Semua orang pergi dari sisinya, Ayahnya, Ibunya, Mira, bahkan Angkasa. Zara tidak tau apa dan siapa yang akan selalu ada untuk dirinya. Mungkin hingga habis umurnya nanti, dia akan selalu merasakan hal itu. Kesepian dalam sunyinya kesendirian.
"Sa, ternyata waktu berlalu sangat lama tanpa ada lo di samping gue. Gue bingung Sa, terkadang gue ingin ikut sama lo, tapi gue harus bisa sukses dulu seperti kata lo" ucap Zara lirih
Zara menatap jalanan di depannya dan di ujung sana ada taman. Dia pergi menuju tempat itu.
"Ekhem"
Zara tersentak kaget, dia membalikan tubuhnya dan terpaku melihat seseorang yang berdiri satu meter di hadapannya.
"Lo ngapain sendiri disini?"
Zara menarik napas dalam dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang masih saja menggila. Bisa ditebak bahwa seseorang di hadapannya tidak lain adalah seorang Langit Derivan.
"Ha-ekhem, ha-harusnya gue yang nanya. Lo kok bisa disini?" tanya Zara gugup
Langit berdecak kesal dan mendudukan dirinya di kursi taman. Dia menatap Zara jengah.
"Lo lupa, gue tinggal disini" ucap Langit
Zara terdiam untuk sesaat, dia benar-benar lupa akan hal itu.
"Gue lupa" ringis Zara
Langit menatap Zara dengan dalam, Zara dapat merasakan tatapan itu. Entah apa maksud dari tatapan Langit padanya, tapi Zara merasa bahwa itu adalah tatapan yang seolah menunjukan bahwa Zara pantas mati saat itu juga.
"Lo masih suka sama gue?" tanya Langit
"Hah gimana?" ucap Zara kaget
"Gaada pengulangan" ucap Langit cuek
Zara menunduk untuk sesaat. Dia menggigit bibir bawahnya, dia gugup setengah mati.
"Langit kenapa nanya itu?" tanya Zara
"Emang ga boleh?" tanya Langit balik
Zara menghela napas pelan, dia memilih duduk di samping Langit.
"Dulu, Zara ga canggung kalo deket Langit, bahkan Zara suka setiap di deket Langit. Dulu, rasanya sepi banget kalo ga ketemu Langit sehari aja, pasti Zara akan cari Langit. Tapi sekarang, Zara seolah terbiasa tanpa Langit dan justru ga biasa tanpa Angkasa. Mungkin, Zara masih suka sama Langit. Tapi kan Zara udah janji buat menjauh dan lepasin Langit" ucap Zara panjang lebar
Hening, suasana diantara mereka berdua menjadi sepi. Hanya angin yang bersuara dan menerbangkan rambut panjang Zara.
Zara bingung terhadap apa yang terjadi pada Langit, dia berubah.
'Apa mungkin jika aku berpikir bahwa dia sudah jatuh cinta padaku?' batin Zara
Zara menatap Langit, wajah itu terlihat menunduk. Dia terlihat murung. Zara mengulurkan tangannya dan mengangkat pelan dagu Langit, membuatnya mendongak.
"Langit keliatan lemah kalo nunduk, Zara ga suka" ucap Zara lirih
"Kenapa lo selalu peduli sama gue?" tanya Langit dengan sorot mata yang sulit di jelaskan
Zara mengalihkan pandangannya ke arah lain, wajah Langit terasa terlalu dekat saat ini. Dia takut khilaf dan langsung menyerang Langit.
"Alasannya masih sama, karena Zara cinta sama Langit" ucap Zara lirih
Langit menarik bahu Zara dan membuat mereka berhadapan. Zara menatap mata Langit, mata yang sangat dia sukai sejak dulu.
"Kalo lo cinta sama gue, buktiin dan berhenti menjauh" ucap Langit
"Maksudnya?" tanya Zara bingung
Langit melepaskan tangannya dan beranjak dari posisinya. Dia pergi tanpa sepatah katapun lagi, meninggalkan Zara dengan sejuta pertanyaan di kepalanya.
'Apa dia ingin kembali ku kejar?' batin Zara
.
.
.
.
.
Bersambung...
Vote dan komennya jangan lupa ya, terimakasih sudah menunggu ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
LAZARA
Fiksi RemajaDitolak oleh orang yang kau cintai dan memiliki keluarga yang hancur berantakan, bukanlah keinginan siapapun di dunia ini. Alzara Rainza, gadis cantik dengan takdir yang rumit. Harus bertahan ditengah rasa sakit akibat penolakan dan rasa tercabik da...