"Kecewa itu satu tingkat diatas marah, jadi jangan heran jika kecewa bisa menjadi alasan untuk meninggalkan. Orang marah masih bisa memaafkan, tapi dia yang kecewa mungkin bisa memaafkan tapi tidak untuk melupakan"
_o0o_
Ketika hari mulai malam, akhirnya Zara memutuskan untuk pulang. Angkasa masih dengan keadaan yang sama, tetap terpejam tanpa menanggapi celotehnya. Zara sedih melihat Angkasa terbaring lemah seperti itu, sebenarnya Zara berat untuk meninggalkannya sendiri, apalagi belum ada tanda-tanda keluarganya Angkasa disana.
"Kenapa sih lo maksa gue pulang?" tanya Zara kesal
Zara dan Abidzar masih berada di dalam mobil, jalanan sedang macet dan Zara terpaksa harus semakin lama berada satu ruang dengan Abidzar.
"Kemana tuh manisnya ucapan lo, perasaan di sekolah lo udah panggil gue Kakak?" ucap Abidzar acuh
Zara berdecak kesal, bukan itu jawaban yang dia minta. Abidzar memang lelaki paling menyebalkan yang ada di dunia ini.
"Khilaf" jawab Zara seenaknya
Abidzar terkekeh pelan, hal itu membuat Zara semakin mendelik kesal.
"Lo tau? Teman gue sekarat disana dan lo seenaknya paksa gue untuk ikut lo pulang. Lo benar-benar ga pantes jadi Kakak. Gaada baik-baiknya" ucap Zara ketus
"Jadi lo udah anggap gue Kakak?" tanya Abidzar sambil tersenyum, tapi matanya masih fokus menatap jalan
"Otak lo bego atau gimana? Ga ngerti bahasa manusia ya?" ucap Zara kesal
Abidzar kembali terkekeh pelan, dia memilih diam dan mendengarkan setiap umpatan yang dikeluarkan oleh gadis di sebelahnya. Berjam-jam terjebak macet dan berjam-jam disamping Abidzar yang menyebalkan, akhirnya Zara tertidur.
"Lo adik yang manis kalo lo ga bawel" ucap Abidzar sambil mengusap puncak kepala Zara
Abidzar kembali menatap ke depan dan melajukan mobilnya, hingga akhirnya dia berhasil sampai di depan rumah Zara dengan selamat. Zara mengerjapkan matanya, dia menatap sekelilingnya dan langsung turun dari mobil tanpa menunggu Abidzar.
"Zara, kenapa pulang malem? Udah terlalu sering loh ini" tegur Papah Arga ketika Zara baru membuka pintu utama
Zara mendengus kesal, dia mendekat ke Ayahnya dan bersiap untuk berbicara, tapi suara di belakangnya berhasil membuat dia berhenti untuk bicara saat ini.
"Dia sama Abidzar" ucapnya
Mata Zara terus menatap Abidzar yang bergerak mendekati mereka. Abidzar meraih tangan Ayahnya dan menciumnya, hal yang tentu tidak luput dari perhatian Zara. Bagi Zara itu hanya suatu bentuk caper atau cari perhatian.
"Maaf Ayah, tadi kena macet di jalan" ucap Abidzar
Zara menyergit bingung, dia menatap tidak suka pada Abidzar.
"Ngapain lo panggil Papa gue pake Ayah, lo bukan anaknya" ucap Zara ketus
"Zara" tegur Papah Arga
"Gapapa Yah, dia cuma butuh waktu buat sadar kalo Abidzar adalah kandidat Kakak paling baik untuk dia" ucap Abidzar
Abidzar tersenyum manis pada Zara, tangannya terulur untuk menyentuh puncak kepala Zara, tapi Zara tentu saja langsung menepisnya.
"Sabar ya, sebentar lagi lo juga bisa panggil nyokap gue Bunda" ucap Abidzar
KAMU SEDANG MEMBACA
LAZARA
Teen FictionDitolak oleh orang yang kau cintai dan memiliki keluarga yang hancur berantakan, bukanlah keinginan siapapun di dunia ini. Alzara Rainza, gadis cantik dengan takdir yang rumit. Harus bertahan ditengah rasa sakit akibat penolakan dan rasa tercabik da...