"Tolong genggam tanganku disaat aku sudah merasa lelah untuk berdiri"
_o0o_
Zara memilih terus bungkam selama perjalanan, dia hanya menatap jalan melalui jendela disampingnya. Keadaan ini begitu tiba-tiba baginya. Sekarang, Papahnya -Arga- membawa dia ke sebuah kompleks Perumahan.
"Turun Ra" ucap Papah Arga.
Zara turun dari mobil itu dan menatap rumah berlantai dua yang ada di hadapannya, rumah yang cukup indah dengan taman kecil di bagian depannya. Terlihat sangat nyaman.
"Ikut Papah"
Zara berjalan pelan mengikuti Papahnya. Berontakpun rasanya sudah percuma. Semua sedah terlanjur terjadi.
"Ini kamar kamu, istirahatlah" ucapnya lagi.
Zara memasuki kamar itu, kamar yang di desain dengan sangat baik. Namun, tetap saja Zara merasa kurang nyaman karena ini tetaplah bukan kamarnya.
"Tidur, udah malam" ucap Papahnya.
Zara melihat Papahnya yang mulai pergi menjauh, matanya terus menatap punggung tegap yang dulu selalu menjadi sandarannya itu. Ada rasa sesak yang tidak bisa dia gambarkan.
"Papah gamau jelasin apapun ke Zara?" tanyanya lirih.
"Belum saatnya kamu tahu, Papah cuma harap kamu mengerti" jawab Papah Arga.
Zara masuk ke kamar itu dan duduk diatas kasur. Merenungkan semua kejadian hari ini.
.
.
.
Hari minggu, seharian ini Zara berdiam diri di kamarnya. Hanya menatap keluar melalui jendela dan melamun menatap pepohonan yang menjulang di depannya. Dadanya semakin terasa sesak, terlalu sakit jika harus membayangkan perpisahan kedua orangtuanya. Tidak pernah sedikitpun dalam hidupnya, dia membayangkan akan menjadi salah satu dari anak broken home akibat percerain yang terjadi diantara orangtuanya.
"Ra, Papah kerja dulu. Kamu jangan lupa makan. Ada Teh Anggi yang udah masak, jangan keluar rumah tanpa izin Papah" ucap Papah Arga di luar pintu kamar Zara.
'Jangan keluar rumah katanya? Aku bukan tahanan yang harus dikurung!' –batin Zara
Zara memilih diam dan tidak menanggapinya. Tidak lama kemudian Zara melihat mobil Papahnya yang keluar dari halaman rumah ini.
Setelah Papahnya pergi, Zara segera keluar kamar dan menuruni tangga.
"Non mau kemana?" tanya Seseorang.
Zara menghentikan langkahnya dan menatap orang itu, siapa dia?
"Saya Anggi Non, pembatu disini. Non bisa panggil saya Teh Anggi" ucapnya dengan senyum.
"Oh" jawab Zara singkat.
"Non mau kemana?" tanyanya lagi.
"Keluar" ucapnya.
"Tapi kata Tuan, kalo Non mau keluar harus ada izin dari beliau" ucap The Anggi.
"Dia gak bisa mengatur segalanya, gue tetap mau keluar" jawab Zara.
The Anggi menghela napas dengan pelan.
"Kalo gitu saya temenin ya, takutnya Non nyasar" ucapnya.
Zara mengangguk dan tersenyum kecil pada Teh Anggi. Mereka berdua berjalan mengelilingi kompleks Perumahan ini. Zara baru tahu bahwa perumahan ini benar-benar indah, disetiap jalan ada tumbuhan dan bunga-bunga yang sengaja ditanam, dan di ujung Perumahan ini ada sebuah Taman bunga yang terlihat cukup nyaman untuk dikunjungi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LAZARA
Novela JuvenilDitolak oleh orang yang kau cintai dan memiliki keluarga yang hancur berantakan, bukanlah keinginan siapapun di dunia ini. Alzara Rainza, gadis cantik dengan takdir yang rumit. Harus bertahan ditengah rasa sakit akibat penolakan dan rasa tercabik da...