Awalnya Heejin hanya berniat keluar untuk membeli cemilan di minimarket dekat rumahnya. Tapi belum sampai Heejin masuk ke minimarket, gadis itu melihat seorang pria yang pernah menjadi pemilik hatinya walau sebentar.
Heejin langsung berlari masuk, takut kalau pemuda itu memergokinya. Heejin memilih snack dengan tangan gemetar. Entahlah kenapa gadis itu jadi gemetar seperti ini.
Heejin juga merapalkan doa agar pemuda di depan minimarket tadi tidak menghampirinya. Jangan. Heejin masih malu mengingat dulu dia menyatakan perasaannya pada pria itu.
Kalau saja saat ini dia bersama Ryujin dan Siyeon, pasti kedua orang itu akan menertawainya. Bagaimana tidak, wajah Heejin sudah semerah kepiting rebus.
Heejin sudah berusaha selama mungkin berada di minimarket. Padahal gadis itu hanya membeli 3 bungkus snack, 2 botol minuman dan 4 bungkus es krim. Tapi ada sekitar setengah jam gafis itu disana. Dengan harapan, saat keluar pemuda itu sudah pergi dari teras minimarket.
Heejin antri dengan nafas lega saat mengintip ke luar kalau pria itu sudah pergi.
"Totalnya lima puluh empat ribu." Ucap penjaga kasir.
Heejin mengeluarkan dompet nya, tapi dari arah belakang seseorang menyodorkan uang serta minuman soda ke arah penjaga kasir.
"Gabungkan saja denganku." Tutur orang itu.
Heejin diam. Suara berat itu. Suara husky itu. Heejin ingat betul. Suara yang dulu dengan tegas menolak pernyataan cintanya.
"T-tidak. Aku bayar sendiri. Ini." Heejin menyerahkan uang pas lalu pergi membawa belanjaannya.
Heejin terus mendumal dijalan, masih tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu. Heejin membuka satu bungkus es krim nya dan memakannya di jalan.
"JEON HEEJINN!!" Panggil seseorang dari belakang Heejin.
Heejin otomatis menoleh dan terkejut melihat Jeno sedang bersepeda menuju arahnya bersama Jaemin.
"Sejak kapan mereka sedekat itu?" Gumam Heejin.
Keduanya berhenti tepat di sebelah Heejin. Heejin menaikkan kedua alisnya bingung.
"Apa?" Tanya Heejin.
"Bersepeda yuk." Ajak Jeno.
"Aku tidak punya sepeda Jen." Balas Heejin.
"Sini." Jeno menepuk bagian depan sepedanya.
Heejin tertawa. Lalu mengangguk.
"Antar aku pulang dulu." Ucap Heejin.
Jeno mengangguk. Heejin duduk di depan Jeno. Dan Jeno mulai mengayuh sepeda nya. Diikuti Jaemin di belakangnya.
Setelah sampai di rumah, Heejin berlari masuk dan menaruk belanjaannya ke dalam kulkas. Lalu kembali berlari keluar.
Heejin kembali duduk di tempatnya semula. Dan ketiganya mulai berkeliling menyusuri tempat tinggal mereka.
"Jen, ayo ajak Siyeon." Tutur Heejin.
"Jaem, ajak Siyeon?" Tanya Jeno.
Jaemin mengangguk. Dan mereka bertiga pergi ke rumah Siyeon. Dan tepat sekali Siyeon sedang di luar rumah mengambil cucian.
"Siyeon ayo bersepeda." Ajak Heejin.
"Aku tidak punya sepeda." Jawab Siyeon.
"Bonceng aku saja Yeon. Ayo." Ajak Jaemin.
Siyeon berfikir sejenak, lalu mengangguk. Setelah menaruh cucian nya, Siyeon naik ke sepeda Jaemin.
Mereka berempat dengan sesekali bercanda menyusuri jalan bersama. Orang-orang banyak yang melihat mereka dengan tatapan iri.
"Jeno, istirahat di minimarket depan." Teriak Jaemin.
Jeno membuat jarinya berbentuk ok pada Jaemin. Lalu dia berbelok ke minimarket.
Heejin dan Siyeon segera turun setelah Jaemin dan Jeno berhenti.
"Wah, pantatku rasanya seperti mati rasa." Keluh Heejin.
Siyeon mengangguk lalu dengan tatapan jahil menepuk pantat Heejin dengan sangat keras. Tak ayal hal itu membuat Heejin berteriak.
"Sakit bajingan!"
Siyeon tertawa terbahak. Jeno dan Jaemin hanya menggelengkan kepala lalu keduanya masuk ke minimarket untuk membeli minum.
"Duduk Hee, nanti pantatmu keram." Goda Siyeon lalu duduk di kursi milik minimarket.
"Yang benar saja." Gumam Heejin dan ikut duduk di sebelah Siyeon.
"Hee, kemarin Ryujin menangis waktu menelfonku." Siyeon berucap menatap Heejin lirih mengingat isak tangis Ryujin yang terkenal periang.
"Oh ya? Kenap—"
Ucapan Heejin terpotong karena dua orang pria tidak di kenal duduk dengan tiba-tiba di depan mereka. Dikursi yang seharusnya ditempati oleh Jaemin dan Jeno.
Kedua pria itu memakai topi juga masker. Hanya mata yang terlihat. Dan Heejin mengenali salah satu dari mereka saat matanya bertemu dengan pria itu.
"KAU?" Teriak Heejin dan Siyeon bersamaan.
Heejin dan Siyeon langsung saling bertatapan.
"Ayo kita ke Jaemin dan Jeno." Bisik Siyeon.
Heejin mengangguk, saat mereka hendak berdiri. Tangan keduanya di cekal.
"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya pria yang menarik tangan Siyeon.
"Dan kau tetap disini." Tutur pria yang menarik tangan Heejin.
Heejin menoleh ke arah minimarket. Jeno dan Jaemin sedang mengantri. Tinggal dua orang lagi, Heejin harus mengulur waktu.
Tangan Heejin yang bebas pun menarik tangan Siyeon. Siyeon dan Heejin saling berpegangan tangan satu sama lain.
"Lepas. Kalian tidak sopan." Cerca Siyeon.
"Kami sopanpun kalian tidak akan mau bicara pada kami." Balas pria yang menarik tangan Siyeon.
"Kak, tolong. Lepas. Kami bisa teriak kalau kami mau." Melas Heejin.
Pria yang dipanggil kak oleh Heejin itu menggeleng pelan.
"Aku tau kau tidak akan mau." Balas pria itu.
"Oke." Ucap Siyeon tiba-tiba.
Ketiganya menoleh ke arah Siyeon.
"Kita bicara. Tapi lepaskan tanganku. Dan Heejin. Ayo." Ujar Siyeon final.
"Baiklah."
Keduanya melepas tangan Heejin juga Siyeon bersamaan dengan keluarnya Jaemin dan Jeno dari minimarket.
Siyeon tersenyum miring lalu menarik Heejin. Mereka berlari menghampiri Jaemin dan Jeno.
Kedua pemuda yang tidak tau apa-apa itu menatap Siyeon dan Heejin bingung.
"Ayo pergi dari sini. Cepat. Ayo Jen. Ayo Jaem." Ucap Heejin sambil menarik tangan Jeno.
"Kita minum dulu." Tolak Jeno.
"Nanti saja di tempat lain. Ayo." Balas Siyeon sambil menarik Jaemin yang saling bertatapan dengan Jeno.
"Yasudah ayo." Jeno dan Jaemin akhirnya menurut.
Mereka menaiki sepeda dan pergi dari sana. Sebelum pergi, Siyeon dan Heejin menyempatkan untuk meledek kedua pria yang menatap keduanya datar karena telah dibohongi.
Heejin dan Siyeon tertawa terbahak. Membuat Jeno dan Jaemin tambah bingung.
Heejin sedikit menyandarkan kepalanya di dada Jeno. Dan tangannya di tumpukan pada tangan Jeno.
"Dia kembali dari luar negri Jen. Kak Taehyung sudah pulang." Tutur Heejin pelan.
Jeno refleks mengerem sepedanya.
"Kita pulang." Ujar Jeno dingin.
.
.
.
.
.
.Lama ya up nya. Maaf yaaaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Love Story √√
FanfictionBook 1 Ini kisah cinta anak sma. Masih naif. Masih egois mengakui rasa Jeno-heejin # 1 - Jaejin