31

326 38 16
                                    

"Iya mah, ini Siyeon sudah sampai. Papah yang antar. Iya. Iya." Siyeon memasuki kamar inap kakaknya sambil menelfon mamahnya.

Seperti biasa, dia akan langsung mengambil air dari kamar mandi menggunakan baskom lalu memebersihkan tubuh kakaknya. Sudah 5 bulan kakaknya koma, dan Siyeon sudah terampil merawatnya. Tentu saja dengan tata cara yang sudah diajarkan perawat padanya.

Setelah membersihkan, Siyeon menggantikan baju Sihyeon. Baru setelah itu, Siyeon mulai mengajak Sihyeon bicara agar melatih motorik Sihyeom tetap hidup.

"Kak, cepatlah sadar. Aku kesepian. Mamah baru akan pulang satu minggu lagi. Papah baru pulang kemarin malam dan hari ini pergi lagi. Sebelum pergi papah mengantarku kesini. Jangan omeli aku dulu kak. Aku sudah ajak papah mampir, tapi papah menolak. Dia bilang harus segera sampai bandara." Siyeon bangun dari duduknya.

"Jeno tidak bisa ikut karena ada urusan dengan Heejin." Siyeon terus berbicara sambil mengemasi pakaian kotor Sihyeon.

"Dan maaf ya kak, kemarin aku tidak bisa menemuimu. Hari ini aku akan disini sampai nanti malam. Jadi kalau mau sadar, sekarang saja. Aku ingin saat kakak sadar, aku lah yang pertama kali kakak lihat. Lagi pula aku malas di rumah. Lama-lama rumah kita seperti rumah kosong. Aku malas sendirian terus. Cepat sadar ya kak."

Pintu kamar diketuk dan masuklah seorang pria dengan setelan jas lengkap. Siyeon tersenyum ramah menyambut pria itu.

"Hai kak Hangyul." Sapa Siyeon.

"Hai. Bukankah hari minggu itu giliranku menjaga Sihyeon?" Tanya Hangyul.

"Kurasa tidak untuk minggu ini." Jawab Siyeon.

Hangyul mendekat ke arah Sihyeon dan mengelus kening Sihyeon.

"Kau sudah membersihkannya?" Tanya Hangyul.

"Sudah. Sudah ganti baju juga. Sudah wangi. Kalau kak Hangyul mau menciumnya, silahkan." Goda Siyeon.

Hangyul tertawa pelan dan mengusak rambut Siyeon gemas.

"Terima kasih ya." Ujar Hangyul.

"Harusnya aku yang berterima kasih karena kak Hangyul mau menunggu kak Sihyeon." Tukas Siyeon.

Hangyul tersenyum tipis.

"Kesini sendiri? Mana Jeno?" Tanya Hangyul.

Siyeon tertawa hambar lalu menggeleng.

"Ada urusan. Kalau begitu, aku pamit ke kantin rumah sakit dulu ya kak. Kak Hangyul mau titip sesuatu?" Tawar Siyeon.

"Tidak, aku sudah makan tadi sebelum kemari. Tapi apa bajuku di tas Sihyeon masih disitu?" Tanya Hangyul.

"Masih. Kak Hangyul mau mandi?" Tanya Siyeon.

"Iya, aku baru saja dari bandara."

"Dan langsung kemari?"

"Iya."

Siyeon menatap Hangyul sambil tersenyum. Dalam hati dia berterima kasih pada tuhan telah memberikan seorang pria yang begitu tulus mencintai kakaknya seperti ini.

"Yasudah, aku pergi dulu." Siyeon keluar dari kamar itu.

Pandangannya langsung terarah pada pria yang sudah seminggu ini membuat pikirannya uring-uringan. Si anak pemilik Snowlake Hospital. Choi Soobin.

Siyeon mengikuti Soobin dari belakang dengan tenang. Berusaha tidak mengundang perhatian pria itu. Siyeon terus mengikutinya sampai Soobin berbelok ke bangsal anak.

Siyeon memilih untuk mengintip lewat jendela. Dan alisnya terangkat melihat Soobin menggendong bayi yang mungkin bisa Siyeon simpulkan berumur sekitar 2 bulan. Masih sangat kecil. Tapi Soobin menggendongnya dengan mudah dan tenang. Seakan menandakan pria itu sudah terbiasa.

School Love Story √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang