1

1.8K 101 7
                                    

Bersahabat dengan berandalan yang paling ditakuti di sekolah tidak lah mudah.

Dan hal itu harus Heejin rasakan selama 3 tahun kedepan. Heejin bersahabat dengan Jeno sejak kelas 1 SMP. Dan mereka pun memutuskan untuk memilih SMA yang sama.

Tapi, entah apa yang terjadi pada Jeno selama liburan kelulusan. Selama 1 bulan penuh dia tidak menghubungi Heejin.

Dan pertemuan mereka pun baru terjadi saat MOS. Dan Heejin di buat tercengang karena Jeno dengan percaya diri datang jam 9, sedangkan sekolah masuk jam 7.

Dan yang lebih membuat Heejin bingung adalah, Jeno benar-benar berubah. Jeno saat SMP merupakan murid teladan. Tapi setelah liburan, dia berubah menjadi brutal.

Bahkan di hari pertama MOS saja dia sudah berani memukul anggota OSIS yang menghukum Heejin. Padahal itu murni kesalahan Heejin.

Dan semenjak hari itu, Jeno yang baik benar-benar berubah. Heejin ingin sekali menjauhinya. Tapi, dia tidak ingin menjadikan Jeno musuhnya. Dan lagipula, dia juga tidak bisa jika harus menjauhi Jeno.

1 bulan tanpa kabar dari Jeno saja dia sudah seperti di tinggal mati. Kadang menangis saat akan tidur karna mengingat Jeno, bahkan kadang bisa seperti orang linglung di depan rumah Jeno.

Dan lagi-lagi saru pertanyaan yang muncul di benak Heejin. Apa yang terjadi pada Jeno saat liburan. Dan setiap kali Jeno terlibat masalah, Heejin adalah orang pertama yang akan dia hubungi.

Seperti sekarang, Heejin sibuk mengobati luka di wajah Jeno. Jeno berkelahi dengan guru magang. Dan alasannya hanya satu. Jeon Heejin.

Jeno kerap kali melihat sang guru magang menggoda Heejin. Dan ternyata guru magang itu menyukai Heejin.

Sebenarnya, kalau di pikir-pikir. Semua masalah yang di sebabkan oleh Jeno itu hanya untuk melindungi Heejin.

"Apa harus setiap kali menyelesaikan masalah itu dengan berkelahi? Aku lelah mengobatimu terus. Ini baru semester 2 di kelas 10. Tapi kau sudah banyak membuat masalah. Jika kau seperti ini terus Lee, aku tidak mau mengobatimu lagi." Heejin memarahi Jeno sembari menempelkan kapas dengan cairan alkohol pada sudut bibir, pipi, dan kening Jeno.

Jeno hanya tersenyum. Melihat itu, Heejin berhenti sejenak. Lalu menjauhkan wajahnya dan menatap Jeno bingung.

"Kenapa tersenyum? Aku sedang marah tau." Bentak Heejin lagi. Kemudian melanjutkan mengobati Jeno.

"Kau sudah 27 kali mengatakan itu Heejin, apa tidak ada kata-kata lain?" Tutur Jeno dengan kekehan ringan.

"Dan setelah menghitung itu, kau masih tidak sadar? Itu artinya kau sudah berkelahi lebih dari 27 kali bajingan. Kau tidak lelah?" Ujar Heejin mulai emosi. Dia bahkan dengan sengaja menekan luka Jeno membuat sang empu kesakitan.

"Aahh. Sakit Heejin." Teriak Jeno.

Heejin tambah menekannya.

"Sudah tau sakit, kenapa masih berkelahi? Buang-buang tenaga, senang sekali mengotori tangan." Heejin memang cerewet terhadap Jeno.

"Sudah 19 kali kau mengatakan itu."

Tangan Heejin berhenti mengobati Jeno. Matanya menatap mata Jeno nanar.

"Kalau begitu, sudah berapa kali aku mengatakan supaya kau kembali menjadi Lee Jeno yang dulu? Apa kau menghitung itu juga?" Tanya Heejin.

Jeno diam. Heejin mengepalkan tangannya. Meremas kapas yang terdapat bekas darah Jeno dengan kuat.

"Jadi kau melupakan untuk menghitung itu. 127 Jeno. 127. 127 kali aku mengatakan itu." Heejin berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Namun Jeno mencegahnya.

School Love Story √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang