39

349 31 3
                                    

Pagi harinya barulah Siyeon pulang ke rumah setelah menginap di rumah Jeno. Siyeon tersenyum tipis pada Jeno lalu pergi memasuki rumahnya.

Pemandangan mamahnya yang tertidur dalam keadaan duduk di sofa menyambut Siyeon. Dengan langkah pelan, Siyeon menghampiri mamahnya.

"Mah. Bangun." Ucap Siyeon.

Mamah bangun dan langsung memeluk Siyeon dengan erat. Siyeon dengan tatapan datar hanya diam. Bahkan saat sang mama melepas pelukannya dan mengusap wajah Siyeon lembut.

"Maafin mamah ya nak." Ucap Mamah.

Siyeon tersenyum. Hanya sedikit, bahkan orang lain tidak akan sadar kalau Siyeon tersenyum.

"Maafin Siyeon ya mah. Siyeon mau egois." Balas Siyeon dengan wajah datar. Kelewat datar malah.

Mamah tentu terkejut. Tangannya perlahan lepas dari wajah cantik Siyeon. Siyeon pun memilih pergi setelah melihat wajah kaget sang mamah.

"Bukankah kau tau apa hubungan mamah dengan Soobin?" Tanya Mamah yang masih tidak percaya dengan ucapan putrinya itu.

Siyeon menoleh. Masih dengan wajah datar andalannya.

"Hubungan mamah itu urusan mamah. Dan hubungan Siyeon itu urusan Siyeon. Maaf mah. Tapi Siyeon sudah terlanjur kecewa." Jawab Siyeon.

Siyeon kembali menghentikan langkahnya dan berucap,

"Lebih baik mamah berhenti menyuruh pemilik rumah sakit untuk meringankan biaya perawatan kakak. Sebelum papah sadar semuanya."

Sebenarnya Siyeon sedang menutupi kesedihannya mati-matian. Siyeon tidak mau dianggap menyedihkan. Bahkan oleh mamahnya sendiri. Siyeon yang merupakan anak saja merasa sangat kecewa. Apalagi sang papah jika tahu kenyataan ini nanti.

Siyeon harus bilang atau harus bungkam?

🎶🎶🎶

"JENO!" Panggil Heejin.

Jeno yang sedang memainkan ponsel sambil berjalan di area lapangan pun menoleh. Heejin dengan tas ransel dan rambut yang di kucir dua berlari menghampiri Jeno.

Mereka tidak berangkat bersama hari ini karena Jeno harus mengantar Siyeon pulang dulu tadi.

"Woo pelan-pelan." Tutur Jeno sembari menangkap badan Heejin yang hampir jatuh karena tidak bisa mengerem laju larinya.

Heejin tersenyum sampau giginya keliatan. Jeno jadi gemas bukan main. Terlebih gaya rambut Heejin hari ini mengingatkan Jeno pada MOS semasa SMP dulu.

"Kenapa kesini hm? Jarakmu tadi lebih dekat ke kelas."

Heejin menggeleng.

"Masih ada sepuluh menit sebelum bel. Kita jalan-jalan dulu." Ucap Heejin.

"Kantin dulu Hee. Aku mau beli susu." Balas Jeno.

"Kau belum sarapan ya?" Tebak Heejin.

Sejak SMP Jeno memang punya kebiasaan akan beli susu di kantin jika belum sempat sarapan.

Keduanya berjalan beriringan menuju kantin. Jeno kerap kali menggoda Heejin dengan memainkan rambut Heejin.

Bagi para penduduk sekolah memang sudah biasa melihat Jeno dan Heejin. Berbeda dengan adik kelas yang merupakan murid baru. Masih belum terbiasa.

School Love Story √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang