Malam minggu seperti ini biasanya, Agatha menghabiskan waktunya di kamar. Lampu agak redup serta laptop berada di depannya. Dia tidak mengerjakan tugas sekolah, melainkan menonton drama korea kesukaannya. Mungkin setiap malam dia menonton drakor, singkatan dari drama korea. Jika tidak ada tugas sekolah yang harus dikerjakannya.
Saat dia fokus melihat drakor, Agatha tidak sadar jika Luna mengetuk pintu kamarnya. Luna langsung membuka pintu karena Agatha tak kunjung membukakan pintu.
Cklek
Suara pintu terbuka, Agatha langsung menutup laptopnya. Karena adegan dalam drama yang agak vulgar.
"Ngapain kamu!? Hayo kamu menonton film porno ya!" tuding Luna pada Agatha. Gadis itu gelagapan menjawab pertanyaan bundanya.
"Nggak Bun, Agatha tadi ngerjain tugas," ucap Agatha kikuk. "Bunda kenapa masuk gak ketuk pintu dulu?" lanjutnya.
"Udah di ketuk berapa kali tapi kamunya nggak keluar-keluar." jawaban Luna membuat Agatha terkekeh.
"Hehehe, maaf bun Agatha terlalu fokus ngerjain tugas." bohong Agatha kepada bundanya.
"Ya sudah, tolong baliin garam di warung sebelah." suruh Luna kepada anak gadisnya ini.
"Iya bun bentar Agatha ganti baju dulu."
Agatha segera mengganti baju pendeknya menjadi lengan panjang. Sedangkan Luna keluar dari kamar Agatha. Setelah selesai berganti baju, Agatha menghampiri bundanya di dapur.
"Mana bun uangnya?" Agatha menyodorkan tangannya.
"Ini, kembaliannya buat kamu aja." Luna memberikan uang seribuan dan dua ribuan.
"Ini mah nggak ada kembaliannya bun," ucap Agatha kecewa melihat uang itu.
"Ya sudah sana belikan saja kapan-kapan bunda kasih deh." Agatha keluar rumah, berjalan kaki menuju toko.
Jam menujukan pukul delapan, lingkungan rumah Agatha sangat sepi. Mungkin hanya dua atau tiga orang saja yang terlihat oleh Agatha. Warung yang jual juga tidak terlalu jauh dari rumah Agatha. Lima menit saja sudah sampai di warung dengan berjalan kaki. Cewek itu tidak memiliki sepeda, jadi dia berjalan kaki.
Sesampainya di warung itu Agatha mencari garam seperti yang ibunya suruh. Dia berkeliling warung itu, sampai akhirnya menemukan apa yang dicari. Dia mengambil barang di rak itu dan membayarnya.
"Ini berapa bang?" tanya Agatha sambil menunjukkan garam yang ada di tangannya.
"Tiga ribu neng," jawab abang penjual itu. Agatha memberikan uangnya kemudian dia pergi dari warung itu.
Jalanan semakin sepi, tidak ada satu pun orang yang berada di luar rumah. Lingkungan yang di tinggali Agatha memang seperti ini, baru menginjak jam delapan saja tetapi sudah sangat sepi.
Srek
Agatha menengok ke belakang tidak ada satu orang pun yang dilihatnya. Dia semakin mempercepat langkahnya. Tiba-tiba lampu mati di seluruh lingkungan itu. Agatha yang notabenenya takut gelap bukan takut gapi trauma gelap, langsung berjongkok dekat tiang listrik. Agatha menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Seseorang dari arah belakang Agatha menghampirinya. Agatha semakin ketakutan, dia memiliki trauma terhadap gelap. Tidur pun lampu harus nyala, minimal lampu kuning.
"Hey ada apa?" cowok itu menepuk pundak sebelah kanan Agatha.
Agatha hanya menggelengkan kepala matanya terpejam. Tanganya pun masih menutupi wajah mungil itu. Dia sangat takut untuk membuka mata hitam miliknya. Cowok itu mencoba melepas tangan Agatha dari wajah sang gadis itu.
"Tidak ada apa-apa," ucap cowok itu menenangkan Agatha.
Perlahan Agatha menyingkirkan tangannya dari wajah, dan mendongakkan kepala. Betapa terkejutnya cowok yang diketahui bernama Kenan itu. Kenan segera merubah mimik wajahnya menjadi netral kembali. Cowok itu sebenarnya keluar untuk membeli lilin di warung yang sama dengan Agatha tadi.
Kenan merupakan kakak kelas Agatha yang selama ini selalu memperhatikan gerak-gerik Agatha bukan tanpa alasan dia memperhatikan Agatha. Tetapi Agatha tidak mengenali bahwa itu adalah kakak kelasnya, karena saking banyaknya murid. Sekalipun famous Agatha jarang mengenalinya. Palingan cuma tahu orangnya, atau tau namanya saja.
"Kenapa lo di sini?" tanya Kenan kepada Agatha penasaran.
"Gue takut gelap, tadi gue disuruh bunda beli garam," jawab Agatha dengan suara bergetar.
"Ya sudah ayo gue antar." ajak Kenan. Agatha menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kenan membantu cewek itu berdiri, dia merasakan bahwa badan Agatha gemetar.
Mereka berdua berjalan beriringan. Karena jalanan gelap, Kenan berinisiatif menyalakan senter yang ada di handphonenya. Rumah mereka ternyata tidak terlalu jauh, Kenan baru menyadari bahwa cewek itu adalah tetangganya. Semakin mudah untuk menjalankan rencananya.
"Kenapa lo takut gelap?" tanya Kenan. Agatha menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Cewek itu masih terlalu syok.
Sesampainya di depan rumah Agatha, Luna sudah berada di depan pintu. Dia paham betul jika anaknya itu takut gelap. Papa Agatha biasanya akan pulang malam, karena harus mengurus pasiennya.
"Assalamualaikum, tan ini tadi Agatha saya lihat dia duduk disana." tunjuk Kenan.
"Waalaikumsalam. Terima kasih ya nak, Agatha sudah diantar." Agatha berpindah ke samping bundanya.
"Iya tan sama-sama," ucap Kenan tersenyum manis. Membuat siapa pun yang melihat senyumnya meleleh.
"Ayo masuk dulu." ajak Luna kepada Kenan.
"Tidak usah tan, saya pulang saja." tolak Kenan dengan halus, agar tak menyakiti perasaan Luna.
"Sebentar saja mampir," ajakan Luna kembali ditolak Kenan.
"Tidak usan tan, mama tadi nyuruh buat beli lilin," Kenan tersenyum menatap luna.
"Rumah kamu dimana? Nanti kapan-kapan tante mampir." tanya Luna pada Kenan.
"Disitu tan, rumah cat merah." tunjuk Kenan pada rumahnya yang tak terlalu jauh dari rumah Agatha.
"Kamu anaknya Sari ya? Namanya siapa itu lupa tante. " Luna terkejut ternyata Kenan anak dari teman arisannya.
"Iya tan, nama saya Kenan." Cowok berbaju hitam itu memperkenalkan diri. "Ya sudah tan saya pamit dulu kapan-kapan saya mampir ke sini." lanjut Kenan.
"Iya sudah, terima kasih ya."
"Iya tan." Kenan menyalimi tangan Luna dan meninggalkan rumah itu.
Garam yang Agatha beli sudah tidak tahu kemana lagi. Luna memaklumi anaknya itu, mereka berdua masuk ke dalam rumah. Luna menyalakan genset yang dimiliknya sejak dulu. Dia sudah membeli itu sejak traumanya Agatha, dan tak pernah membeli lagi karena awet sampai sekarang.
***
TBC
maaf baru update soalnya kerjaan banyak banget huhuhu :(
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN
Teen Fiction(Revisi) Bagaimana jika dua manusia yang tak pernah akur terikat oleh perjanjian? Sangat mengesalkan bukan. Itulah yang dialami Agatha. Kesialan itu datang saat dirinya benar-benar membutuhkan bantuan. Galen cowok yang selama ini menjafi rival Agat...