Part 39

94 10 8
                                    

Setelah kecelakaan yang menimpa Agatha tadi malam, Galen tetap sekolah seperti biasa. Saat membuka pintu utama cowok itu mengambilnya, setelah membaca tulisan itu Galen membuangnya. Dia berangkat bersama Keisya lagi, cowok itu tak bisa menurunkan egonya sedikit pun.

Di lain sisi Agatha akan memulai operasi pukul delapan. Sekarang keluarga Agatha bersama dengan Bila dan Aksara, menunggu di depan ruangan dengan cemas.

Sesampinya di kelas, semua orang terlihat khawatir. Galen menghampiri Adit di kursinya. "Kenapa?" tanya Galen.

"Lo nggak tau? Agatha hari ini operasi!" jawab cowok itu terkejut. Padahal selama ini, Galen lah yang dekat dengan Agatha.

"Operasi kenapa?" tanya Galen dengan tatapan intimidasi.

"Gila parah! Agatha tadi malam kecelakaan!" jawab Adit geram.

"Bukannya luka kecil saja?"

"Samperin dia Len sekarang!" titah Adit pada cowok itu. Cowok itu teringat dengan tulisan Agam tadi pagi. Galen segera melangkahkan kakinya keluar, namun lengannya ditahan oleh Keisya.

"Lepas!!" ucap Galen dingin.

"Nggak mau by."

"LEPAS!!!" bentak Galen membuat nyali Keisya citu. Cewek itu langsung melepaskan cekalannya.

Cowok itu berlari di sepanjang koridor menuju parkiran. Dia segera memakai helm dan meninggalkan sekolah.

"Mau kemana kamu Galen!" teriakan pak Budi sudah tak dia hiraukan.

Cowok itu mengendarai motor dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pikirannya berkecamuk, dia merutuki kebodohannya yang tak mau mendengarkan Agam tadi malam. Karena tidak fokus, hampir saja dia menabrak pejalan kaki. Untungnya Galen bisa mengendalikan. Dia tak menghentikan motornya, cowok itu terus melaju tapa mengurangi kecepatannya sedikit pun.

Sesampainya di rumah sakit, Galen langsung bertanya ruangan Agatha kepada suster. "Sus! Ruangan cewek bernama Agtha Eiren Leovandara dimana ya?"

"Masih di ruang UGD mas." jawab sister itu sambil menunjukkan arahnya.

"Terima kasih sus." Galen berlari menuju ruangan itu. Saat sampai di sana dia juga melihat mama, papanya.

Satu jam yang lalu, Ratna dan Danu memang dipanggil untuk meluruskan sesuatu.

"Galen!" panggil Ratna. Cowok itu berbalik badan hendak pergi, namun di hadapannya sudah ada Aksara.

"Setidaknya lo dengerin penjelasan mama lo, baru lo boleh ambil keputusan." ujar Aksara, mata cowok itu sudah seperti panda. Karena dari semalam dia tidak tidur.

"Apalagi yang perlu dijelasin," ujar Galen dingin.

"Lo dengerin dulu makannya!"

"Gue beri waktu lima menit." Aksara memanggil Ratna untuk mendekat.

"Mama sayang sama Galen. Maafin mama waktu itu tidak bisa memberitahumu." Ratna memegang tangan Galen.

"Langsung aja."

"Mama punya penyakit organ dalam yang serius, dan itu dokter mama." pandangan Ratna terarah ke Geovani.

Deg. Betapa terkejutnya Galen, selama ini Galen membenci mamanya. Kenyataan itu mampu membuat cowol itu terkupul. Galen membalik badannya dan memeluk Ratna. Cowok itu menangis dipelukan Ratna, di saat itu. Agatha di pindahkan ke ruang operasi.

"Bentar ma." Galen mengusap air matanya, kemudian menghampiri Agatha yang terbaring. "Bertahanlah," ucap cowok itu mengelus surai Agatha pelan. Semua yang ada di sana menunggu dengan hati gundah.

Beberapa jam menungu namun dokter yang menangani tak kunjung keluar. Hingga beberapa saat kemudian para suster keluar masuk dari ruang operasi. Jantung mereka semua, semaik dibuat deg-degan. Tak henti-hentinya Luna merapal doa. Galen duduk di kursi, tangannya tertaut dan kepalanya dia tumpangkan ke tangan itu.

"Gimana dok hasilnya?" tanya Geovani.

"Pukul sepuluh lebih lima belas, hari Kamis, tiga puluh Oktober dua ribu dua puluh pasien telah meninanggal."

Kabar itu seperti sambaran petir di siang bolong bagi keluarga Agatha dan trman-temannya. Bila masih tidak menyangka sahabat baiknya itu meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Padahal kemarin malam mereka masih bercanda ria.

"ARGHH!!" Galen menendang angin, untuk melampiaskan kesediahnnya. Kemudian Glen terduduk di lantai air matanya mengalir begitu deras.

Suasana di depan ruangan itu benar-benar terasa kelam. Mereka semua sudah kehilangan salah satu sosok yang mereka sayangi. Danu dan Ratna juga merasakan kesedihan yang dialami keluarga Agatha.

Pemakaman Agatha dilakukan pukul dua belas nanti. Hari ini benar-benar hari terkelam bagi Galen. Bahkan cowok itu tak sempat untuk meminta maaf pada Agatha. Anak sebelas IPS 2 mengantar Agatha sampai ke peristirahatan terakhirnya.

Selesei pemakaman itu Agam memberikan sebuah surat kepada Galen. "Ini Len gue temuin di atas meja belajar Agatha."

"Thanks," ucap Galen menerima surat itu. "Gue boleh ke kamar Agatha?" tanya Galen. Mendapat anggukaan dari Agam.

Galen menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar Agatha. Sesmapainya di sana dia memandangi foto-foto milik Agatha. Tak terasa air matanya jatuh kembali. Dia duduk di kasur milik Agatha lalh membuka surat itu.

Dear Galen,

Gue nggak tau mau ngomong apa, gue di sini cuma mau minta maaf. Gue nggak tahu apa kesalahan gue hingga bikin lo kayak Gini. Kalau lo baca surat ini balas pesan gue Len. Terima kasih atas waktu lo buat gue.

From Agatha.

"Maafin gue Tha, maaf." tangis Galen tak terbendung lagi. Cowok itu benar-benar menyesal.

Itulah perjalanan yang dilalui seorang Agatha Eiren Leovandra. Sekarang dia sudah tenang di alamnya. Waktunya untuk Galen membuka lembaran baru, tanpa meninggalkan kenangannya bersama Agatha. Keluarga Agatha juga meninggalkan Indonesia.

***

Jum'at, 8 Januari 2021
06:42

GALEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang