Setelah kejadian yang tidak mengenakan kemarin, Agatha tidak masuk sekolah karena sakit. Tiba-tiba subuh tadi suhu tubuhnya naik menjadi 39 derajad. Luna sudah membuat surat yang diantarkan oleh Geovani. Agatha juga sudah mengabari sahabat baiknya bahwa hari ini di tidak bisa mengikuti pelajaran.
Geovani juga mengetahui kejadian yang menimpa Agatha kemarin. Karena Luna mengabarinya saat sampai di rumah. Untung ayah Agatha seorang dokter. Jadi dia dirawat oleh Luna dan papanya sendiri.
Di lain sisi seorang cowok berdiri di dekat motor, memakai helm dan sedikit merapikan bajunya. Tidak bisa dibilang rapi, tetapi cukup untuk seorang bandel seperti Galen. Dia sudah siap menuju sekolah, hari ini di juga tidak menjemput Agatha.
"Bi saya berangkat dulu!" teriak Galen pamit ke pada bi Sumi.
"Iya den!" sahut bi Sumi dari arah dapur.
Galen mengeluarkan motornya, mengendarai dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dia menyalip mobil maupun motor yang ada di depannya. Motor itu bergerak sangat lincah seperti mengejar mangsa. Karena kecepatan yang sangat tinggi Galen tiba di sekolah tak sampai lima belas menit. Padahal rumahnya cukup jauh dari SMA Garuda.
Di depan gerbang dia sudah di sambut guru yang menertibkan para murid seperti Galen. Banyak murid-murid yang terciduk. Ada yang tidak mengenakan sabuk, ada yang tidak mengenakan dasi atau baju yang dikeluarkan. Gunting juga sudah siap jika ada murid laki-laki yang rambutnya panjang.
"Berhenti!" titah seorang guru pada murid itu. Tanpa merasa takut cowok itu menatap guru di depannya.
"Kamu lagi! Kamu lagi! Kapan kapoknya Galen Adhlino Revandra?!!!" benar, murid itu adalah Galen. Cowok yang duduk di motornya dengan tenang itu tak menggubris perkataan Pak Nurul.
"Sekarang turun dan masukan seragam ke dalam celana!" tanpa menjawab Galen memasukkan baju dengan malas.
Setelah memasukkan seragamnya Galen menuju parkiran. Baju yang tadi dia masukkan kini dikeluarkan lagi. Sudah biasa dia seperti itu, tak heran jika guru-guru frustasi menghadapi kelakuan Galen. Tetapi nilai yang bagus bisa membantu Galen dari setiap permasalahan.
Cowok itu berjalan menuju kelas, satu tangannya berada di saku celana. Membuat setiap pandangan kaum hawa tertuju kepadanya. Sesampainya di kelas pandangan Galen tertuju kepada kursi di samping Bila.
Bila yang sadar akan tatapan mata Galen, tersenyum menggoda cowok itu. Tetapi tidak di pedulikan oleh Galen.
"Assalamualaikum." seseorang mengetuk pintu kelas, membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke pintu. Kecuali satu orang, siapa lagi kalau bukan Galen.
"Waalaikumsalam kak, cari siapa?" tanya salah seorang siswi di kelas itu.
"Agatha ada?" diam-diam Galen menguping pembicaraan mereka.
"Nggak ada kak."
"Kenapa nggak ada?" tanya Kenan, kakak kelas yang menanyakan Agatha tadi adalah Kenan.
"Sakit kak. Tadi gue ditelpon sama Agatha," jelas Bila menyahuti pertanyaan Kenan.
"Oh ya udah makasih infonya." cowok bermata hazel itupun pergi dari sana.
Galen yang mendengar itu terkejut, tetapi dia pura-pura tidur. Dalam hati dia bertanya-tanya Agatha sakit apa. Pulang sekolah Galen berencana menjenguk Agatha. Entah apa yang merasuki Galen, sehingga tiba-tiba ingin menjenguk Agatha. Padahal biasanya dia cuek saat ada yang sakit.
"Hei bro." Aksara menghampiri Galen, cowok itu melirik ke arah Bila.
"Paan gue lagi gak mood," ucap Galen jutek menanggapi sahabatnya itu.
"Kaya cewek PMS lo. Ntar pulang sekolah kuy lah ngegame," ajak Akasara sembari dia merangkulan tangannya ke pundak Galen.
"Nanti gue ada perlu." tolak Galen melepaskan rangkulan Aksara dengan kasar.
"Alah sok-sok an lo." Galen tak lagi menanggapi Aksara, dia lebih memilih untuk tidur.
***
Kini matahari sudah berada tepat di atas kepala. Pelajaran berjalan seperti biasa, beberapa jam lagi bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid terlihat lesu, apalagi nanti jam terakhir adalah ekonomi.
Galen sudah tidak mempedulikan pelajaran di kelas. Dia memikirkan apa yang akan di bawa ke rumah Agatha. Tidak biasanya cowok itu begitu peduli. Kalau Aksara tahu Galen mau jenguk Agatha, pasti Galen jadi bulan-bulanan Aksara.
Jam pelajaran ekonomi terasa begitu lama, jarum seakan-akan tak bergerak sedikit pun. Padahal bel pulang kurang lima belas menit lagi.
Kring kring
Akhirnya bel yang dinanti-nanti semua murid berbunyi. Semua murid membereskan peralatannya dan memasukkan ke dalam tas. Berdoa terlebih dahulu setelah itu mereka diperbolehkan meninggalkan kelas. Lorong-lorong sangat penuh dengan siswa maupun siswi yang akan pulang.
Galen segera meninggalkan kelas, berjalan dengan santai. Dia meninggalkan sekolah itu dan menuju ke sebuah toko buah untuk dibawa ke rumah Agatha. Cowok berambut hitam pekat yang kini berdiri di depan toko buah itu sedang menunggu buah di bungkus oleh si penjual.
"Ini buahnya." abang penjual itu menyodorkan buah yang dibeli Galen.
"Berapa mang?" tanya Galen membuka dompet cokelat miliknya.
"Lima pulih ribu." Galen memberi uang yang pas kepada penjual itu.
Setelah dia membeli buah, Galen melanjutkan menuju rumah Agatha. Sesampainya di sana Galen melihat sebuah motor laki-laki yang terpakir di halaman rumah Agatha. Mungkin saja itu motor milik ayah Agatha pikir Galen.
"Assalamualaikum." Galen mengucap salam sambil mengetuk pintu bercat putih itu.
"Waalaikumsalam." seorang wanita paruh baya yang dia duga mamanya Agatha keluar menemui Galen. Dan ternyata benar dugaan Galen wanita itu adalah Luna
"Eh nak Galen sini masuk cari Agatha ya?" Luna mempersilahkan Galen masuk dan menujukan kamar Agatha.
"Sini nak masuk." Galen menuruti perkataan Luna.
Galen masuk sambil menunduk merapikan bajunya. Saat mendongak dia mendapati Agatha tengah mengobrol dengan seorang cowok yang familiar yaitu Kenan. Sedangkan Luna ke dapur membuat minum untuk mereka berdua. Galen menaruh buah di atas meja dekat Agatha, cowok itu duduk di sofa yang ada di kamar itu.
'Sok.sibuk banget.' batin Galen.
Agatha dan Kenan mengobrol sangat asik seakan-akan hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu. Karena jenuh Galen memilih pulang terlebih dahulu. Tak berselang lama Kenan juga pamit pulang.
***
Hari ini i'm comeback, gimana-gimana?
Sesuai janji aku bakal update kamis dan senin.
Selamat membaca:)
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN
Teen Fiction(Revisi) Bagaimana jika dua manusia yang tak pernah akur terikat oleh perjanjian? Sangat mengesalkan bukan. Itulah yang dialami Agatha. Kesialan itu datang saat dirinya benar-benar membutuhkan bantuan. Galen cowok yang selama ini menjafi rival Agat...