Part 6

103 13 14
                                    

Agatha kini mencari keberadaan sang ketua basket. Yap siapa lagi kalau bukan Kenan. Dia mengelilingi SMA Garuda untuk mencari Kenan. Saat berada di dekat ruang musik, Agatha mendengarkan melodi-melodi yang menyentuh hati.

Die menengok ke kanan dan ke kiri memastikan kalau tidak ada seorang pun yang melihatnya. Dia takut jika ada yang melihatnya, bisa menjadi salah paham. Karena Agatha bukan anggota band SMA garuda.

"Hallo ada orang?" Agatha membuka pintu melihat ke sekitar, mencari orang yang memainkan piano.

"Halo?" Agatha mencoba memanggil kembali orang yang memainkan piano. Namun tidak ada yang menyahuti Agatha. Ruangan yang cukup gelap membuat sulit untuk melihat.

Agatha mulai masuk dan menutup pintu yang telah usang dimakan waktu itu. Agatha melangkah kan kaki dia melihat seseorang yang tengah memainkan piano di pojok ruangan. Dia mencoba memicingkan matanya agar terlihat lebih jelas.

Agatha melihat siluet seseorang laki-laki yang beberapa hari ini hadir di hidupnya. Kenan, cowok berambut cokelat itu tengah memainkan piano denga jari lentiknya. Kenan tidak hanya mahir memainkan bola basket, tetapi cowok itu juga mahir memainkan melodo-melodi yang indah. Agatha terpaku melihat betapa indahnya ciptaan tuhan itu.

'Gila ganteng banget kak Kenan ditambah baik lagi' batin Agatha, dia benar-benar dibuat jatuh cinta oleh Kenan.

Alunan melodi hampir berhenti, tetapi Agatha tak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Hingga Kenan menyelesaikan melodinya, Agatha tetap di situ. Setelah di hampiri Kenan barulah Agatha sadar.

"Kenapa Tha di sini?" tanya Kenan menyadarkan Agatha dari lamunanya.

"Nggak kak." Agatha menggelengkan-gelengkan kepalanya. Jantungnya berdetak sangat kencang seperti dia habis lari marathon sepuluh kilo meter.

"Nunggu gue ya?" Kenan tersenyum sangat manis, salah satu pesona yang dimiliki Kenan adalah senyumanya.

"I...iya k...kak." Agatha menjawab terbata-bata.

'Duh jantung gue kenapa sih' pipi Agatha memerah, dia juga merasa kepanasan. Padahal ruangan itu terdapat AC dan saat ini nyala.

"Mau diajarin main piano?" tawar Kenan kepada Agatha. Cowok itu sedang melancarkan aksinya untuk membuat Agatha jatuh cinta.

"Boleh kak." cewek yang memakai jam tangan berwarna hitam itu mengiyakan tawaran Kenan.

Agatha disuruh duduk di kursi depan piano. Kursi yang tadi diduduki Kenan. Sedangkan Kenan berada tepat di sampingnya. Posisi mereka sangat berdekatan. Pipi Agatha memanas melihat kakak kelasnya dari dekat begini.

"Gue ajarin dasarnya dulu aja ya. Yang pertama lo harus meletakan jari dengan benar." Kenan memegang tangan Agatha dan mengatur agar rileks saat menekan tuts piano.

Kenan bicara panjang lebar, namun Agatha melamun melihat wajah Kenan. Kenan yang menyadari bahwa Agatha tidak fokus, lantas melambaikan tangannya di depan wajah Agatha. Agatha terkaget, dia lengsung mengalihkan pandangannya ke piano.

'Kena lo' batin kenan.

Kenan memegang tangan Agatha mengarahkan agar Agatha menekan tuts-tuts piano. Ruangan yang hening diiringi alunan melodi. Mereka berdua terhanyut suasana. Oh tiadk-tidak bukan mereka berdua namun hanya Agatha yang terhanyut melodi. Setelah lagu selesai mereka berdua bertatapan sangat dalam.

Ctak

Bunyi pintu yang dikunci menyadarkan mereka berdua. Mereka segera menghampiri pintu, mencoba membuka. Namun,  nihil pintu tidak bisa dibuka. Mereka menggedor-nggedor pintu, tetap saja tidak ada yang mendengar. Karena sekarang sudah sore, tidak ada yang masih di sekolah. Kecuali satpam sama tukang kebun.

"Gimana ini kak?" tanya Agatha panik, bagaimana jika mereka tidak bisa keluar.

"Bentar-bentar gue pikir dulu." Kenan mencoba cari cara agar mereka berdua bisa keluar dari sini.

Mereka berdua melihat ke arah jendela yang ada di sekitar itu. "Ini nggak bisa jendelanya di bukak." Agatha menghampiri, lalu berusaha membuka jendela yang ada di situ.

"Nunggu aja Tha." Akhirnya mereka menunggu agar ada orang yang membukakannya.

"Eh, bentar kak coba kakak telpone temenya," ujar Agatha kepada Kenan. Kenan mengeluarkan handphone dari sakunya. Dia menyalakannya tetapi yidak bisa, karena baterainya habis. Memang dia sengaja beralasan, karena niat busuk Kenan.

"Kenapa kak?" tanya Agatha setelah melihat Kenan yang tak kunjung nyala.

"Baterainya habis, coba punya lo aja." Kenan menyuruh Agatha agar cewek itu meminta bantuan dari luar.

Agatha mencari-cari handphonnya, mulai dari saku sampai kedalam tas, "Handphone aku tidak ada kak!" ujarnya panik. Dia mencoba mencari sekali lagi, tetapi hasilnya tetap nihil.

"Coba lo ingat-ingat." Agatha mengingat kembali di mana dia menaruh ponselnya.

"Ponsel gue ketinggalan di kelas kak, tadi gue taruh di loker." ucap Agatha pasrah dengan keadaan mereka.

Jam menujukan pukul lima sore. Tiba-tiba lampu di ruangan itu padam. "AAAAAA!!!" teriakan Agatha menggema di ruangan itu.

Agatha memeluk Kenan yang berada di sampingnya. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Kenan. Dia mengelus-elus rambut Agatha dan menenangkannya.

"Tidak ada apa-apa gue di sini." ucap Kenan memeluk tubuh Agatha. Dalam gelap Kenan tersenyum miring.

Agatha sudah tidak memperdulikan apa pun, dia sangat ketakutan. Memang kalau sudah jam segini tidak ada ekstra lagi di sekolah. Maka dari itu biasanya pintu-pintu sudah dikunci, dan lampu dimatikan.

Keringat dingin keluar dari tubuh Agatha. Cewek itu berdiri dengan kaki yang gemetar. Mereka teriak-teriak pun juga tidak ada gunanya. Kenan memiliki ide di mencoba mencari lilin. Kenan mengetahui jika di ruang musik itu ada lilinya, untuk jaga-jaga jika mati lampu saat latihan.

Ruang musik SMA Garuda sangatlah gelap, maka dari itu di setiap ada latihan pasti menyalakan lampu. Ruangan itu gelap karena berada di paling pojok belakang.

***

Di sisi lain seorang wanita paruh baya  duduk di teras menunggu ke hadiran buah hatinya yang tak kunjung pulang. Biasanya jam segini sudah makan bersamanya. Suaminya juga tidak ada lagi di rumah karena harus menangani pasien. Yap benar! Itu adalah Luna, yang sedang menunggu kehadiran Agatha.

Ayah Agatha kadang memang pulang lebih telat karena harus kerja lembur atau ada pasien dadakan. Biasanya di tunjuk untuk menangani pasien yang sudah parah. Ayah Agatha merupakan dokter spesialis organ dalam.

Luna sesekali melihat jam di handphone yang di genggamnya. Dia sudah menelpon Agatha berkali-kali, namun cewek itu tak menganggkatnya. Akhirnya Luna menelpon Bila, sahabat Agatha.

"Assalamualaikum," ucap Luna khawatir. Biasanya jika pulang telat pasti Agatha meminta ijin terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam," jawab seseorang di sebrang telepon

"Tante mu tanya Bil."

"Iya tan." nada bicara Bila terlihat heran, karena tidak biasanya Luna telpon.

"Agatha sekarang bersamamu Bil?" tanya Luna berdiri sambil mondar-mandir.

"Bukanya sudah pulang tan?" Bukannya menjawab, Bila malah balik bertanya pada Luna.

***
TBC

Gimana nih?

Penasaran gak gimana lanjutan Agatha dan Kenan yang terjebak?

Kapal Kenan-Agatha mulai berlayar nih.

Sabar dulu yak penghuni kapal Galen Agatha.

Selamat membaca :)

GALEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang