SMA Garuda terlihat sangat ramai padahal ini hari minggu. Yap mereka semua menyiapkan untuk kegiatan besok. Tak terkecuali dengan murid XI IPS 2, sekarang tim basket sedang menyusun strategi untuk pertandingan besok. Karena lawannya adalah kelas Kenan yang notabenenya ketua basket.
"Bil tambah power lagi nyanyinya," ucap seorang yang mengkoordinator kelas itu siapa lagi kalau bukan Adit. Bila mengacungkan dua jempolnya.
"Gimana persiapan tim basket?" tanya Adit berkeliling.
"Tenang kita lagi nyusun strategi." Aksara menjawab pertanyaan Adit.
"Agatha bawa kuas sendiri kalo bisa," ucap Adit mengingatkan Agatha. Cewek itu mengangguk patuh.
"Oke yang lainnya bisa dukung tim basket di lapangan, jangan lupa bagian konsumsi untuk membawa air minum." Cowok itu berusaha mengatur kelasnya agar bisa kompak semua.
"Kalau sudah selesei persiapannya kalian boleh pulang." ucap cowok itu.
Siang ini Agatha datang bersama Galen, rencananya setelah latihan mereka mampir ke kafe lebih dulu. "Len udah belum?" tanya Agatha. Cewek itu sudah selesei dengan persiapannya untuk lomba besok.
"Bentar lagi," jawab Galen.
Agatha menunggu Galen di depan kelas, sambil menonton drakor yang belum dia seleseikan tadi malam. Sudah biasa cewek itu ngedrakor di mana saja, kalau ada kesempatan pasti dia gunakan untuk melanjutkan nonton drakor. Dia tersenyum sendiri, Galen memperhatikannya daribambang pintu kelas sejak tadi.
"Ayo Tha." ajak Galen setelah beberapa saat memperhatikan Agatha.
"Eh udah selesei ya?" tanya Agatha mendongakkan kepalanya.
"Udah Tha." Agatha melepas headset yang dia gunakan, lalu memasukkan ke dalam tas.
"Ayo." Agatha berdiri, menyampirkan tasnya di bahu.
Mereka berdua jalan berdampingan menuju parkiran. Matahari yang tadi di tepat berada di atas kepala kini mulai turun. Di SMA Garuda terlihat masih banyak murid yang mempersiapkan untuk lomba besok. Bila, Agam, dan Aksara masih berada di kelas katanya masih mau bermain, Agatha dan Galen memutuskan pulang karena tugas mereka sudah selesei.
"Tha mampir di kafe itu saja ya?" tanya Galen menunjuk ke kafe yang berada di sebrang jalan.
"Iya Len." Cewek itu mengiayakan saja.
Galen menyebrang ke kafe tersebut, lalu memarkirkan motornya di lapangan yang luas khusus untuk parkir motor. Galen melepaskan helm Agatha, lagi-lagi jantung Agatha dibuat disko oleh cowok berhoodie hitam itu. Setelah itu mereka berdua masuk ke dalam kafe itu. Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka, bukan-bukan lebih tepatnya ke arah Galen.
"Tunggu aja di sana biar aku yang pesan." Galen menunjuk kursi yang ada di dekat jendela. "Mau pesan apa?" tanya Galen melihat ke arah menu yang terpampang jelas.
"Itu." tunjuk Agatha pada menu yang tersedia.
"Nggak mau makan?" tanya Galen lagi
"Nggak gue pengin es krim saja," ucap Agatha dengan mata berbinar.
"Dasar kaya anak kecil." Galen mengacak-acak rambut Agatha gemas.
"Bodo." cewek itu berjalan ke arah kursi yang ditunjuk Galen dan dia duduk di sana.
Setelah memesan makanan Galen menghampiri Agatha, cowok itu berjalan dengan sangat cool. Satu tangannya dia taruh di saku, dan satunya lagi membawa kunci motor. Diam-diam Agatha menatap kagum ke arah Galen.
"Lo pesan apa?" tanya Agatha, saat cowok itu sudah duduk di depannya.
"Makanan, gue laper. Lo serius gak mau makan?" tanya Galen memastikan, cewek itu menggelengkan kepalanya.
Tak lama menu yang mereka pesan datang, Galen menesan ayam geprek. Agatha langsung mengambil es krim rasa coklat itu dan memakannya dengan mata berbinar. Agatha tidak suka makanan manis, namun lain hal jika berurusan dengan es krim. Dia mampu menghabiskan beberapa porsi sekali makan.
Galen tersenyum tipis melihat kelakuan Agatha yang seperti anak kecil. Reflek tangannya terulur ke arah bibir Agatha, membersihkan es krim yang belepotan. Agatha menghentikan kegiatannya dan menatap ke arah Galen.
"Pelan-pelan," ucapan Galen mampu membuat cewek itu terpaku. Tidak ada jawaban dari Agatha cowok itu melambaikan tangannya di depan wajah Agatha.
"Hooh," ucap Agatha kaku.
Agatha melanjutkan acara makan es krimnya, dia melihat Galen yang sangat menikmati Ayam geprek. "Len," panggil Agatha pada cowok itu.
"Paan?"
"Mau ayamnya hehehe." cewek berkuncir kuda itu menyengir lebar, memperlihatkan giginya yang rapi.
"Kata lo kagak mau, dasar cewek plin-plan."
"Bodo! Boleh minta gak?" tanya Agatha tetap menyengir lebar.
"Gue pesenin aja lagi," jawab cowok itu.
"Nggak mau!" Agatha memanyunkan bibirnya lima cm. Tingkahnya bener-bener seperti anak kecil.
Galen mengambil ayam itu dan dikasih ke pada Agatha. Membuat cewek itu tersenyum lebar memperlihatkan lesung pipitnya. Dengan senang hati Agatha menerima ayam itu. Tak jauh dari meja mereka ada dua cewek yang menatap ke arah mereka iri. Kemudian Agatha menatap balik dengan sinis, membuat kedua cewek itu gelagapan.
"Tha kayaknya mau hujan deh," ucap Galen memperhatikan langit yang tiba-tiba menghitam. Padahal saat pulang tadi masih cerah.
"Pulang sekarang aja," ajak Agatha, dia takut nanti terjebak hujan.
"Ayo." Galen menuju kasir untuk membayar pesanan mereka, sedangkan Agatha keluar dari kafe itu dan menunggu Galen di dekat motornya.
Galen memakai helmnya, lalu menaiki motor hitam itu. "Ayo Tha naik." Glen menengok ke arah Agatha, cewek itu terlihat kesulitan memakai helm. Galen turun dari motornya, menyingkirkan tangan Agatha dan membantu pacarnya memakai helm.
"Ayo naik." Agatha naik ke motor Galen. Dan mereka pergi dari kafe itu. Baru beberapa meter saja, rintik hujan mulai turun. Semakin lama semakin deras, Galen menghentikan motornya di depan sebuah bangunan kosong.
"Kita berteduh dulu ya Tha," ucap cowok itu turun dari motornya.
"Hooh."
"Kita lanjut kalau sudah reda aja," kata cowok itu menatap ke arah Agatha saat sudah berada di depan sebuah rumah. Dia melihat cewek itu kedinginan, Galen melepas hoodienya dan memakaikan ke pada Agatha.
"Nggak usah Len, nanti lo kedinginan."
"Nggak apa-apa Tha." Galen tetap memasangkan hoodine ketubuh mungil Agatha. Galen tersenyum geli setelah memakaikannya karena Agatha tenggelam ke dalam hoodienya.
"Kenapa?" tanya Agatha mengernyitkan dahinya.
"Lo lucu." kata-kata Galen membuat Agatha terbang tinggi. "Tapi boong." seketika dinatuhkan, Agatha mencubit perut Galen.
"Aw sakit Tha."
"Biarin!" seru Agatha.
Tidak ada tanda-tanda hujan berhenti, sedangkan hari sudah mulai sore. Agatha takut jika kakaknya sampai rumah duluan dan mencarinya, apalagi ini hujan. Mereka sepakat akan menunggu setengah jam lagi kalau tidak berhenti, mereka nekat untuk menerobos hujan.
Detik demi detik berlalu, jarum jam terus berdetak. Namun hujan tak kunjung reda, malah semakin menjadi-jadi. Cewek itu mulai bersin-bersin. Galen membawa Agatha ke pelukannya agar tidak kedinginan. Awalnya terkejut, tapi dia tak melepaskan pelukan Galen.
"Len pulang sekarang aja."
"Tapi kan masih hujan Tha nanti lo sakit," peringat Galen. Dia tidak tega jika cewek itu sakit, apalagi besok ada lomba.
"Nggak apa-apa Len pulang sekarang aja." Galen menuruti Agatha, mereka pulang menerjang derasnya hujan.
***
TBC
Selasa, 22 Desember 2020
17:22
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN
Teen Fiction(Revisi) Bagaimana jika dua manusia yang tak pernah akur terikat oleh perjanjian? Sangat mengesalkan bukan. Itulah yang dialami Agatha. Kesialan itu datang saat dirinya benar-benar membutuhkan bantuan. Galen cowok yang selama ini menjafi rival Agat...