Pergi dan jangan pernah temuin gue
Melihat satu kalimat yang tertera di layar handphonnya membuat dunia Agatha menjadi runtuh. Setetes buliran bening jatuh dari mata cewek itu. Dia tidak tahu apa kesalahannya, padahal tadi pagi hubungannya dengan Galen masih baik-baik saja. Agatha terus menelpon Galen, sambil mengirimi pesan tanpa henti.
Tak ada jawaban dari pemilik rumah, Agatha menggedori pintu rumah Galen sambil menangis histeris. "Lenn buka pintunya hiks... hiks...!"
"Len buka hiks," suara Agatha semakin melemah. Cewek itu ternduk lesu di depan pintu utama rumah Galen. Dia menyandarkan punggungnya di pintu itu.
Galen yang mendengarkan dari kamar, hanya memasang wajah dingin. Hati cowok itu benar-benar seperti sudah mati.
"Den, kasihan neng Agathanya," ucap bi Sumi datang ke kamar Galen.
"Biarin aja bi." Galen menatap lurus ke depan. Kini perasaanya benar-benar kacau.
"Len!" Agatha tetap saja menggedor-nggedor pintu itu.
Setelah capek berteriak-teriak, dia duduk di lantai sambil menutup wajahanya dengan tangan. Makanan yang dibawa untuk Galen juga sudah tidak dia pedulikan lagi. Air mata mengucur deras, langit mendung seolah-olah ikut merasakan.
Agatha berjalan menjauh dari rumah itu. Sama seperti Galen, perasaannya cewek itu juga benar-benar kacau. Dia menelpon Agam agar menjemputnya sekarang. Dia ke rumah Galen tadi menaiki angkot. Setelah keluar dari gerbang rumah Galen, cewek itu sedikit menjauh dan duduk di sebuah batu.
"Agatha," gumam Agam kebingungan saat melihat seorang cewek duduk sendirian.
"Tha," cowok itu memanggil sambil menepuk pundak Agatha pelan.
"Kak!" Agatha menghambur ke pelukan Agam. Dia menumpahkan air matanya di dada bidang kakanya. Agam mengusap-usap punggu adiknya itu, dia juga tidak mau bertanya lebih banyak lagi.
Mereka berdua meninggalkan rumah itu, saat di dalam mobil pun Agatha masih sesenggukan.
***
Selama beberapa hari ini Galen menatap Agatha begitu dingin. Seolah-olah Agatha adalah musuhnya. Beberapa hari pula Agatha tiba-tiba menangis sendiri, Agam yang sudah tak tahan melihat adiknya itu langsung menghampiri Galen dan mencengkram kerahnya.
"Lo kenapa sih sebenarnya hah!?" bentak Agam di depan anak sebelas IPS 2.
"Benci sama lo berdua!" Galen menjawab Agam. Cowok itu menunjuk kearah Agam dan Agatha. Lagi-lagi air mata Agatha keluar begitu saja. Seperti ada yang mengiris hatinya.
"Kenapa Len?! Lo boleh benci gue! Lo boleh pukul gue! Tapi jangan sakitin adik gue Len! Brengsek!" satu pukulan mendarat di pipi Galen.
"Udah kak!" Agatha berteriak sangat kencang, sambil sesenggukan Agatha memegangi lengan Agam. "Udah kak udah," ucap Agatha begitu lemah.
Bila dan Aksara yang sudah mengetahui masalah mereka, juga ikut melerei keduanya.
"Jangan gini lo cuma nambah-nambahi beban Agatha!" bentak Bila kepada mereka berdua.
"Gue udah nggak tahan lihat Agatha Bil!"
"Nggak gini caranya!" Aksara yang ada di dekat Bila, memegang pundak cewek itu agar tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN
Teen Fiction(Revisi) Bagaimana jika dua manusia yang tak pernah akur terikat oleh perjanjian? Sangat mengesalkan bukan. Itulah yang dialami Agatha. Kesialan itu datang saat dirinya benar-benar membutuhkan bantuan. Galen cowok yang selama ini menjafi rival Agat...