Beberapa hari ini setelah pulang sekolah Agatha selalu memyempatkan diri untuk mengunjungi Galen. Tidak lupa dia juga membawa buku catatan yang akan diberikan kepada Galen. Dia selalu pergi ke rumah sakit walaupun tidak ada yang mengantar.
Kalau ditanya soal motornya, cewek itu sudah lama tidak memakai motor karena larangan dari Luna dan Agam. Alhasil motornya itu hanya berada di garasi tidak berguna.
Seperti hari ini di menjenguk Galen di rumah sakit. Sekaligus rencananya akan belajar bersama. Dia hari ini datang sendiri karena semua ada urusan.
Cewek itu masuk sambil mengucapkan salam. "Assalamualaikum." Agatha membuka pintu ruangan itu.
Tidak ada sahutan dari Galen, ternyata cowok itu sedang terlelap. Agatha duduk di kursi samping ranjang Galen. Cewek itu menaruh tangannya di rambut Galen membelainya dengan lembut.
Ternyata cowok itu hanya memejamkan matanya saja, tidak tidur beneran. Galen memegang tangan Agatha, dan menahannya Cewek itu sedikit malu karena ketahuan oleh Galen.
"Ketahuan kan hahaha," tawa Galen menggelegar di ruangan itu.
"Sakit Tha!" Galen memegangi lengan yang digeplak Agatha.
"Eh maaf mana yang sakit." Agatha mengelus tangan Galen.
"Cie perhatian," goda Galen pada cewek itu.
"Ih." Agatha lagi-lagi mengeplak lengan Galen, kali ini cukup keras. Pipinya bersemu merah, jangan tanya soal jantungnya karena jantung cewek itu seperti lepas dari tempatnya.
"Lucu banget sih Tha pipi lo." Galen mencubit pipi Agatha dengan gemas.
"shakwui mlen," ucap Agtha tidak jelas. Cewek itu melepaskan tangan Galen dari pipinya.
"Jangan salahin gue lah. Ngapain sih lo punya pipi tembem bikin gemes aja." Galen terkekeh pelan melihat ekspresi Agatha yang kesal.
"Terus gue harus gimana bambang!"
"Lo sumbangin aja," usul Galen tidak masuk akal.
"Bodo Len bodo! Kata mau belajar bareng!" Agatha menatap Galen datar.
"Mana bukunya?" tanya Galen, cewek itu mengeluarkan buku matematikannya dengan kasar.
"Nih." Agatha mulai membuka buku itu lali dia berikan kepada Galen.
Galen mempelajari catatan milik Agatha dengan raut wajah yang serius membuat kadar kegantengan Galen meningkat. Agatha mengalihkan pandanganya dengan membuka buku sejarah dan membacanya, jika ada yang penting dia menggaris bawahi. Saat serius membaca tiba-tiba dokter masuk. Dokter itu memeriksa kondisi Galen lagi.
"Besok bapak sudah boleh pulang." Agatha langsung mengabarkan berita itu kepada Aksara, Agam dan Bila.
"Baik dok." setelah itu dokter keluar meninggalkan mereka berdua lagi.
"Aksara udah aku kabari," ucap Agatha.
"Hooh Tha, btw mana yang kurang paham?" tanya Galen mengenei materi yang dipelajari tadi.
"Ini," jawab cewek itu sambil menunjuk sebuah persamaan.
Galen menjelaskan dengan sangat runtut, namun Agatha malah fokus ke wajah Galen. Hidung macung, bibir merah, tatapan yang tajam dan yang paling penting adalah rambut Galen yang mengenai jidat mampu membuat Agatha tersihir.
"Paham? Coba kerjain," tanya Galen.
"Eh iya." Agatha gelagapan menjawab Galen, dan membaca pertanyaan. Dalam hati Agatha bingung, dia tidak paham.
"Hey yo whatsup!" Agatha bernapas lega karena akhirnya dia tidak harus mengerjakan soal itu.
"Ngapain lo ke sini?!" tanya Galen sinis. "Ganggu aja," lanjutnya
"Iye iye yang udah kagak jomblo."
"Tha, Bila mana?" pandangan Aksara tertuju pada cewek itu.
"Mana gue tahu." Agatha mengangkat kedua bahunya.
"Lo kan sahabatnya masa gak tahu!" Agatha menatap cowok itu dengan jengah.
"Lo kan PACARnya masa gak tahu!" timpal Agatha menekankan kata 'pacar' pada perkataannya.
***
Besoknya Galen sudah mengemasi barangnya dengan rapi. Dia dijemput oleh Aksara dan Agatha. Sedangkan Bila dan Agam tidak bisa ikut karena ada urusan yang mendadak katanya. Galen berjalan dipapah Aksara, sedangkan Agatha membawa barang milik cowok itu.
"Udah semua Tha?" tanya Aksara pada Agatha.
"Sudah Sa," Aksara yang menyetir mobil hitam miliknnya. Sedangkan Agatha duduk di belakang bersama Galen.
"Lo kira gue supir, duduk depan Tha!" titah cowok itu, kalau dilihat-lihat memang seperti majikan sama sopirnya.
"Lo pantes jadi sopir hihihi," ejek Agatha dengan senyum yang sangat menyebalkan menurut Aksara.
"Duduk sini aja Tha," pinta Galen.
"Agatha lo duduk depan!" Agatha tak beranjak dari tempat duduknya sedikit pun.
"Gue jagain Galen. Kalau jatuh gimana? Terus nanti ke rumah sakit lagi. Kaki Galen kan belum sembuh total." tolak Agatha dengan alasan yang membuat Aksara tidak mampu berkutik.
"Lebay, ya udah lo duduk situ aja." Aksara mulai menjalankan mobilnya menjauhi tempat menakutkan itu.
Sesampainya di rumah Galen, Agatha terpaku sebentar dengan bangunan megah di hadapannya itu. Lalu dia membantu Galen keluar dari mobil, cewek itu juga mengeluarkan barang-barang Galen dan membawanya menuju rumah itu. Bangunan itu langsung menghadap ke jalan raya.
"Den!" seorang wanita berumur sekitar lima puluhan keluar dari bangunan itu.
"Iya bi." Galen tersenyum ke arah wanita itu.
"Sini biar bibi yang bawa saja." bi Sumi hendak mengambil alih tas yang dibawa Agatha, namun Agatha tidak memberikannya. "Biar saya aja yang bawa," ucap Agatha dengan senyuman yang merekah.
"Nggak apa-apa neng biar bibi saja."
"Saya aja." Agatha kekeh tidak memberikan tas itu.
"Ya sudah ayo masuk." bi Sumi membukakan pintu rumah itu. Aksara memapah Galen sampai di kamarnya.
Cewek itu masuk melihat-lihat isi bangunan itu, benar-benar mewah menurutnya. Namun tidak ada satupun foto keluarga yang terpasang. Cewek itu bertanya-tanya kemana ibu Galen. Lima hari Galen dirawat di rumah sakit, tetapi Agatha tidak melihat ibu Galen. Agatha tidak berani masuk ke kamar Galen, dia menunggu di depan pintu. Namun Galen menyuruhnya untuk masuk ke dalam.
"Tha masuk aja," ucap Galen. Agatha masuk ke dalam kamar bernuansa putih, kamar pacarnya itu benar-benar bersih.
"Ini foto siapa Len?" tanya Agatha mengambil sebuah
***
TBC
Dipersilahakan untuk menebak foto itu. Kira kira foto siapa tuh?🤔
Lanjut part selanjutnya.Happy Reading jangan lupa votmen :)
Minggu, 20 Desember 2020
11:34
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN
Teen Fiction(Revisi) Bagaimana jika dua manusia yang tak pernah akur terikat oleh perjanjian? Sangat mengesalkan bukan. Itulah yang dialami Agatha. Kesialan itu datang saat dirinya benar-benar membutuhkan bantuan. Galen cowok yang selama ini menjafi rival Agat...