Part 14

68 12 0
                                    

Sepupu Galen yang dari Jogjakarta, datang ke rumahnya. Walaupun bisa dibilang keluarga Galen sudah hancur, namun dia masih berkomunikasi baik dengan sepupunya. Sedari kecil mereka memang sudah sangat dekat, bak seorang kakak adik kandung. Itung-itung buat ngehibur diri atas kejadian kemarin.

Jauh sebelum keluarga Galen hancur, cowok itu bersama orang tuanya hidup di Jogjakarta. Mereka pindah ke  Jakarta saat Galen berumur enam tahun. Setelah satu tahun mereka pindah, keluarga mereka retak dan akhirnya papa dan mama Galen cerai.

"Len! Gue kangen lo!" baru saja Galen membuka pintu, sepupunya yang bernama Kiara itu menghambur ke pelukannya.

"Gue kagak." cpwok itu diam saja ketika Ara sapaan akrab untuk Kiara, memeluknya.

"Ih lo kok gitu sih!" rajuk Ara melepaskan pelukannya.

"Gitu aja lo ngambek." Galen menarik Ara ke dalam pelukannya. Cowok itu mengelus-elus punggung Ara.

"Om Danu kemana Len?" tanya Ara setelah melepaskan pelukannya. Danu adalah nama papa Galen.

"Kerja," jawab Galen singkat, cowok itu sangat malas jika sudah bersngkutan dengan orang tuanya.

"Sorry-sorry, gue lupa Len," ujar cewek itu merutuki omonganya.

"Santay aja." respon Galen membuat Ara menghembuaskan napas lega. Dia kira Galen bakal marah kepadanya. "Lo mau berdiri di sini aja?" tanya Galen, mereka sekarang tengah berdiri di depan pintu utama rumah Galen.

"Kagak lah." Cewek itu masuk begitu saja tak menghiraukan Galen yang masih berdiri di depan pintu.

Ara melihat-lihat rumah itu, sudah lama dia tidak berkunjung ke kediaman Galen. Tatanannya masih sama seperti terakhir kali dia berkunjung pikir Ara. Dia sudah hafal ruangan-ruangan rumah Galen. Jadi dia tidak sulit menemukan kamar tamu untuknya.

Cewek itu berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamar Galen. Koper yang dia bawa sudah diantarkan bi Sumi.

"Len!" panggil Ara saat sampai di depan pintu kamar itu.

"Kenapa?" tanya Galen, Cowok itu menghampiri Ara.

"Temenin gue dulu dong!" pinta Ara, sudah biasa seperti itu. Dia akan manja kepada Galen, tetapi sebagai adik tidak lebih.

"Ogah." tolak Galen.

"Kagak asik lo!" Ara memajukan bibirnya.

"Iye gue temenin elah gitu aja ngambek." Galen berjalan masuk ke dalam kamar itu, disusul Ara di belakangnya.

Ara menata barang-barangnya, rencananya dia akan menginap beberapa hari di rumah Galen. Cowok yang memakai kaos oblong putih itu merebahkan diri ke atas kasur. Setelah Ara membereskan semua barangnya, dia pergi mandi. Sedangkan Galen memainkan handphonnya, dia juga memakai head set hitam miliknya.

Ara mandi dengan cepat, kebetulan hari ini weekend jadi dia bisa mengajak Galen pergi shopping. Setelah selesei mandi Ara keluar dengan memakai celanan pendek, kaos putih, dan handuknya disampirkan di pundak digunakan untuk mengerikan rambut. Dia melihat Galen terbaring, cewek itu menarik head set milik Galen.

"Ke mall yuk Len." ajak Ara sangat exited. "Mumpung lagi di sini bisa belanja banyak." lanjutnya.

"Lo belanja sendiri aja, lo kan juga udah tau mall di sini." tolak Galen, cowok itu sangat-sangat pemalas. Jika tidak dipaksa dia tidak akan mau.

"Lo tega sama gue, masa gue disuruh belanja sendiri!" rajuk Ara, cewek itu bersedekap memunggungi Galen.

"Ya sudah iya iya gue temenin." Galen mengacak-ngacak rambut Ara. Cowok itu sudah menganggap Ara seperti adiknya sendiri.

GALEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang