Luka

1.4K 123 53
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto

Story by Cacacillya

Happy reading.

____________________________________

Shisui meletakkan dua gelas berisi coffe late di atas meja. Pemuda itu mendudukkan diri di sofa yang bersebelahan dengan Shikadai.

Saat ini mereka tengah berada di ruang VIP sebuah Kafe. Shikadai yang menyeret Shisui ke tempat itu.

"Jadi, kenapa kita ke sini?" Shisui bertanya untuk kesekian kalinya. Ia menatap Shikadai yang masih asyik merokok.

"Aku hanya ingin menenangkan diri saja," sahut Shikadai.

"Memangnya kau kenapa?" balas Shisui dengan nada malas."Sudah berapa bungkus rokok yang kau habiskan untuk hari ini?" Kali ini nada yang dikeluarkan terdengar datar.

Shikadai malah tertawa. Pemuda itu meletakkan rokoknya di asbak saat tersadar jika Shisui mulai tidak menyukai dirinya terus merokok.

"Shi." Shikadai menatap mata Shisui dengan lekat, membuat yang ditatap menaikkan alis."Kau ingat gambaran tentang cinta yang kau sebutkan? Yang terakhir," tanyanya.

"Pengorbanan?" balas Shisui. Dia sedikit heran kenapa tiba-tiba Shikadai bertanya seperti itu.

"Kau tahu? Sepertinya aku akan mengambil langkah sepertimu," ucap Shikadai.

Kening Shisui mengkerut. "Kau ... menyerah?" katanya ragu.

Shikadai mengangguk. "Sepertinya."

"Kenapa?"

"Kau tidak menyadarinya, Shi?" balas Shikadai. "Aku sudah kalah lebih dulu bahkan sebelum bertindak," ucap pemuda itu dengan senyuman miring.

"Maksudmu?" Sungguh. Shisui benar-benar tidak mengerti maksud dari ucapan Shikadai.

"Aku baru menyadarinya jika tatapan Neji, semua yang ada di matanya ... hanya ada dua orang yang ia lihat secara spesial. Yaitu; Ookurikara dan Hidan." Shikadai menatap langit-langit Kafe. "Saat ini, yang ia butuhkan adalah pelukkan, penghibur dan perlindungan dari Hidan. Bukan orang lain atau aku." Pemuda itu kembali memperlihatkan senyuman miris.

"Daiー"

"So, buat apa aku terus mencoba mendekatinya, memperjuangkan cintaku padanya kalau sejak awal saja dia tidak pernah menatapku dengan spesial? Jadi, mundur adalah pilihan yang tepat, Shi." Shikadai memotong perkataan Shisui. Ia menutup matanya kala merasakan angin berhembus masuk dari jendela Kafe yang terbuka. "Sama seperti dirimu, kan?" Ia terkekeh.

Shisui terdiam menatap Shikadai, tapi kemudian ia mendengus.

"Lagi pula, dengan aku yang terus maju, yang ada malah tambah runyam. Aku bahkan tidak segan-segan melukai temanku sendiri karena emosi dan cemburu, kan? Sangat konyol. Hanya karena cinta aku hampir merusak pertemanan kita." Shikadai tertawa. Pemuda itu menoleh pada Shisui yang tengah menatapnya. Ia tersenyum kecil. Aneh rasanya. "Hidup tanpa cinta bukanlah hal buruk selagi kau ada bersamaku."

Shisui mendengus. "Perkataanmu yang terakhir terdengar ambigu," katanya mencibir.

Shikadai terbahak. "Tapi, serius. Itu yang aku pikirkan sekarang."

"Tidak biasanya otakmu bekerja normal," cetus Shisui. "IQ 170 milikmu akhirnya tidak sia-sia."

Shikadai kembali terbahak. Tangan kanannya bergerak ke arah tangan Shisui, lalu memegang lengan kiri pemuda itu.

"Kau akan terus bersamaku, kan?" kata Shikadai. Jari-jarinya ia selipkan di jari-jari milik Shisui. "Aku rasa ... ini terasa nyaman." Ia bergumam.

Shisui mendengus. "Kita teman. Tentu saja akan terus bersama, walau di masa depan nanti kita memiliki kehidupan sendiri-sendiri," sahutnya.

CLOSER! [NSOS'Book2'] (ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang