T I G A

867 135 30
                                    

Sepeninggalan Alrich dan si kembar, Bianca terus saja mengoceh membuat Keynara jadi tidak fokus mendengarkan materi matematika yang sedang berlangsung.

"Key, lo tuh cewek beruntung yang ada di muka bumi ini tau ga?"

"Bayangin, Key. Seorang Alrichhhh!! Dia sendiri yang datengin lo kesini, terus minta nomor lo pake senyum maniss lagi. Ahh!! Yaampun, Key meleleh hati akoh."

"Kenapa ga lo kasih nomor lo aja sih, Key? Kalo lo emang ga mau tadi kasih nomor gue aja,"

"Gue tuh kas-" mendapat tatapan tajam membunuh Nara, membuat Bianca refleks menghentikan ocehannya.

"Ok, maap" ucap Bianca sambil menutup mulutnya. "Udah dong, Key. Lo jangan liatin gue kek gitu ah serem," pinta Bianca yang terus ditatap intens oleh Nara.

"Lo bisa diem ga, Bi? Gue ga fokus gegara lo ngoceh terus," ucap Nara sebal. "Lo bisa dihukum kalo kegab ga nyimak materi Bu Gita," sambungnya.

"Ya, kan gue ngomongnya bisik - bisik jadi dia gamungkin ta-"

"Bianca!" sentak Bu Gita.

"Barusan gue mingkem. Lo sih ga mau denger," gumam Nara yang hanya bisa didengar oleh Bianca yang sudah pucat pasi. Bu Gita merupakan salah satu guru killer yang selalu totalitas saat memberi hukuman.

"Ibu perhatikan dari tadi kamu tidak memperhatikan pelajaran, malah sibuk mengobrol. Sekarang kamu maju, kerjakan soal yang ada di papan tulis!" perintah Bu Gita

"Aduh, Key gimana nih? Lo kan tau sendiri gue buta dan tuli kalo soal matematika," ucap Bianca lesu.

Melihat Bianca, membuat Nara jadi tak tega. Biar bagaimana pun, hanya Bianca lah satu - satunya sahabat yang ia punya selama ini.
"Maaf, Bu-"

"Sudah, Key. Kamu tidak perlu membela temanmu itu. Dia harus belajar bertanggung jawab. Ayo Bianca maju jangan cuma cengar - cengir kamu!" ujar Bu Gita.

Bianca berjalan gontai menuju papan tulis. Ia hanya bisa melongo melihat deretan angka lengkap dengan si x dan y yang merepotkan itu.
Bambang, apaan nih? Aduh, mati gue. Please God, help me- seru Bianca dalam hati.

Tiga puluh menit telah berlalu dan Bianca belum menulis apapun, Nara hanya geleng - geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Duh, Bu Gita ngapain sih ngeliatin gue terus. Kalo gini kan gue gabisa nanya Nara," decak Bianca.

Tet.... Tet...
It's time to have break. Throw the rubbish into the been. Bell istirahat berbunyi.

"Akhirnya!" pekik Bianca refleks lalu mendapat lirikan tajan Bu Gita.

"Baik, anak-anak. Materi hari ini sudah selesai kita sambung lagi minggu depan. Oh, ya. Hari ini kamu selamat, Bianca. Tapi jika kamu mengulangi lagi kesalahan yang sama, saya akan memberikan hukuman berat supaya kamu jera. Kembali ke tempat dudukmu! Kalau begitu saya permisi. Selamat siang," ucap Bu Gita lalu meninggalkan kelas XII MIPA 2.

"Siang, Bu," jawab mereka serentak.

"Hufftt.. Gila lemes gue, Key. Pala gue mau meledak rasanya," keluh Bianca saat sampai di bangkunya.

Nara memutar bola matanya jengah.
"Lebay lo," dengusnya.

"Ya lo enak udah bff sama itu MTK, lah gue? Kenal aja kagak, gimana bisa akrab," ujar Bianca dengan gaya personifikasinya.

"Nar, kantin yuk. Laper nih tenaga gue terkuras habis," sambungnya sembari menarik pergelangan tangan Nara.

"Pelan-pelan kali, Bi," tangannya yang ditarik Bianca membuat Nara berjalan dengan terseok - seok. Persis macam anak yang ketahuan kabur dari rumah, lalu dipaksa pulang.

HILANG [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang