BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)
(Completed)
"Tuhan mengizinkan kita untuk merasakan luka, tetapi Ia juga akan memberikan penawarnya."
Ada pada ketidakadaan. Sepi di tengah keramaian. Bagaimana jika kita di tempatkan dalam keadaan tersebut?
T...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lemes gais abis daring awokwok
Happy Reading!!
***
"Lo itu cuma terlalu pengecut untuk menghadapi dunia Key,"
Kalimat Bianca terus terngiang-ngiang di benak Nara. Apa benar Nara sepengecut itu? Sehingga ia selalu menutup diri dari dunia, dan kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya. Padahal Nara hanya ingin terlihat kuat, menyembunyikan luka itu di dasar hatinya.
"Key," panggil Alrich.
Ya, hari ini mereka melakukan diskusi perdana soal Panti. Mengingat ada tanggung jawab yang harus mereka kerjakan.
"Eh, iya. Sampe mana tadi?" tanya Nara tersadarkan dari lamunan.
"Lo kenapa Key, apa ada yang lo pikirin? Dari tadi gue perhatiin lo ngelamun mulu, kalo memang ada masalah lo bisa cerita ke gue. Ga baik mendem masalah sendirian," ujar Alrich.
Membagi sesuatu dengan orang yang baru ia kenal? Nara tidak semudah itu. Pengalaman buruknya membuat ia terlalu takut untuk menaruh kepercayaan pada orang lain. Alrich adalah orang yang baik, dan jujur saja Nara juga nyaman dengan pertemanan mereka. Namun untuk mempercayai Alrich Nara belum bisa. Ia hanya trauma.
"Gue gapapa, bisa kita lanjut aja diskusinya?" ucap Nara.
Alrich menghela nafas, ia tahu sebenarnya ada sesuatu yang Nara pikirkan, namun ia paham itu privasi Nara. Alrich tidak ingin membuat Nara semakin tidak nyaman.
"Oke, kita lanjut diskusi tapi lo harus janji gaakan ngelamun lagi. Kenyang gue Key makan kacang," ucap Alrich sambil terkekeh.
"Skip, jokes lo ga lucu," Nara menyunggingkan senyum tipisnya. Bagaimana pun juga Nara harus menghargai Alrich sebagai patner kerjanya. Ia harus berusaha agar tidak terlalu canggung supaya mereka bisa bekerja sama dengan baik.
"Jadi setelah gue analisa, semenjak perusahaan bokap gue bangkrut pendanaan untuk Panti Pelita Hati itu terus berkurang sampe sekarang. Dana yang masuk dari sumber lain pun sebenernya masih kurang untuk membiayai Panti. Karna kurang dana, akhirnya tenaga pendidik di sini harus di berhentikan dan diambil alih oleh Bu Anggin sendiri. Sedangkan sekarang keadaan Bu Anggin udah ga seperti dulu lagi. Menurut lo gimana, Key?"
Nara terdiam untuk beberapa saat, mencerna setiap kalimat yang Alrich ucapkan. Hingga satu ide terlintas di benaknya.
"Gue ada ide, gimana kalau kita bikin komunitas baca aja? Gue rasa untuk usia anak yang sekolah di bangku SD atau dibawahnya kita masih bisa handle sendiri. Nanti kita bisa minta bantuan ke Bianca sama sahabat-sahabat lo atau kita bisa ajak yang lainnya juga buat join. Menurut gue itu lebih efektif dan efisien karna minim penguaran dana. Nanti kita bisa sambil pikirin lagi gimana caranya supaya kita bisa bikin sekolah yayasan untuk anak-anak panti dan yang kurang mampu," jelas Nara.