D U A P U L U H D E L A P A N

318 48 24
                                    

Hai semua!!
Apa kabar? Jeje cuma mau bilang, please jangan jadi silent readers ya:(
Karna dukungan dari kalian sangat berharga buat aku hehe..
Makasih ya yang udah setia mau terus support aku. Jan bosen nunggu jeje up ya gengs💜

Happy Reading!!

***

Alrich menatap cemas layar handphonenya. Sejak kemarin Nara tidak mengirimkan pesan ataupun membalas pesan darinya. Hal yang Alrich takutkan adalah gadisnya salah paham tentang insiden kemarin, yaitu Zia yang tiba-tiba memeluknya. Pasti Nara melihatnya kemarin, pantas saja sambungan video callnya langsung di matikan.

"Lo kenapa sih, Al? Gue perhatiin dari tadi murung mulu. Pasti masalah Nara ya? Tenang aja James pasti gaakan berani macem-macem kok sama Nara," ujar Kevin menghampiri sahabatnya di rooftop sebuah cafe.

"Bukan karna itu."

Kevin menangkat sebelah alis matanya. "Lah terus?" tanyanya bingung.

"Lo tau kan kemaren Zia tiba- tiba meluk leher gue? Dan waktu itu pas banget gue lagi vidcall sama Nara. Keknya dia salah paham, dari situ Nara ga ngasih kabar apapun ke gue, chat gue aja kagak di bales. Gue telpon ga di angkat," jelas Alrich lesu.

Kevin terdiam sejenak berusaha menganalisis masalah percintaan sahabatnya itu. Ya, meskipun otaknya low budget tapi masih lebih berguna dari pada kembarannya.

"Sebelumnya gue mau nanya deh, sedeket apa sih lo sebenernya sama Zia itu?" tanya Kevin.

"Gue sama Zia sahabatan dari gue pindah ke Aussie. Dan gue udah anggep dia kek adek kandung gue sendiri, makanya gue deket banget sama dia."

"Lo yakin diantara kalian berdua gaada yang terjebak friendzone?" tanya Kevin.

Alrich mendongak, menatap Kevin bingung. "Maksud lo?"

"Iya kalo gue ngeliat lo sih keknya lo emang pure sahabatan doang. Tapi kalo gue ngeliat dari gerak-gerik si Zia, keknya dia suka sama lo," jelas Kevin yang justru membuat Alrich terbahak.

"Idih, ngadi-ngadi aja lu. Ga mungkin Zia suka sama gue, kita tuh udah kek adik-kakak banget. Jan ngaco dah Kev." Alrich menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan hipotesis Kevin.

"Ya, itu kan perasaan lo aja. Gimana kalo Zia nganggepnya beda? Kita kan ga bisa nebak perasaan seseorang Al," tukas Kevin.

Alrich bungkam, apa yang Kevin katakan memang benar. Tapi, apakah mungkin Zia memiliki perasaan padanya?

"Tapi masa iya sih Zia suka sama gue Kev? Keknya ga mungkin deh," ucap Alrich yang masih belum menyadari hal itu.

"Iya, keliatan banget Al. Lo mungkin ga sadar aja."

Dering ponsel menghentikan pembicaraan mereka.

"..."

"Serius lo? Oke shareloc ke gue sekarang."

"..."

"Oke gue otw."

Tut..

"Kenapa Al?" tanya Kevin penasaran.

HILANG [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang