T I G A P U L U H D U A

362 44 41
                                    

"Jatuh cinta berarti juga harus siap terluka."

Happy Reading!!

***

Semalaman Alrich berada di rumah mata-matanya itu hingga pukul dua dini hari ia baru tiba di rumahnya. Kedatangannya di sambut khawatir oleh seorang gadis berparas cantik, Kezia.

"Kamu tuh kemana aja sih, Al? Pergi pagi pulang pagi lagi, aku tuh khawatir nungguin kamu," semprot Kezia begitu Alrich memasuki rumah.

"Ku rela pergi, pagi pulang pagi. Hanya untuk mengais rezeki," jawab Alrich sambil bernyanyi, membuat Kezia semakin kesal.

"Serius, Al."

Alrich langsung menghentikan aksi bernyanyinya melihat raut kesal pada wajah gadis yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu.

"Aku ada urusan Zia. Yaudah, aku ke kamar dulu ya, ngantuk nih. Kamu juga balik ke kamar gih, istirahat." Alrich mengacak puncak kepala Zia sekilas lalu beranjak ke kamarnya.

Zia mendengus sebal di tempatnya. "Pasti ini ada hubungannya sama cewek itu. Kenapa sih Alrich peduli banget sama tuh cewek? Setau gue Alrich paling susah buat deket sama cewek. Atau, jangan-jangan dia emang udah beneran jatuh cinta sama cewek itu? Gue ga akan pernah biarin hal itu terjadi. Alrich milik gue. Ya, cuma milik gue!"

"Kezia?" Sebuah panggilan membuat gadis itu terkejut. Ia menoleh, dan mendapati Tania berdiri tak jauh darinya.

"Eh, Bunda. A-ada apa, Bun?" tanya Kezia gugup.

"Bunda tadi ga sengaja liat kamu pas mau ambil minum. Zia ngapain disini? Kok ga tidur?"

"Eh-itu Bun, tadi bukain pintu buat Alrich," jawabnya.

"Bunda udah dari tadi disitu, Bun?" sambungnya.

"Engga kok, barusan lewat. Yaudah kamu balik ke kamar gih, biar Bunda aja yang tutup pintunya."

Zia mengangguk lalu segera berbalik ke kamarnya. Ia membuang segala pikiran buruknya. Semoga saja Bunda Alrich memang tidak mendengar ucapannya tadi, kalau sampai iya bisa-bisa reputasinya jadi buruk.

***

Nara menggendong tasnya dengan penuh semangat. Pagi ini ia aka kembali bersekolah seperti biasanya. Sebetulnya tidak banyak yang ia rindukan dari sekolah ini. Tapi rasa rindunya pada Kailas sudah tidak bisa di bendung lagi, membuatnya semakin tidak sabar bertemu dengan mereka.

Langkahnya berkurang menjadi sedikit pelan begitu sampai di lorong dekat kelasnya. Tumben sekali suasana di sana sangat sepi, padahal biasanya sebagian murid dari kelasnya sudah ramai berlalu-lalang. Di depan kelasnya juga terlihat sepi, pintunya juga masih tertutup. Apa teman-temannya memang belum berangkat? Nara mengabaikan itu semua lalu segera membuka pintu kelasnya.

Dorr!!

"WELLCOME BACK NARA!"

Nara sangat terkejut sekaligus terharu. Baru kali ini ia mendapatkan perlakuan semanis ini oleh teman-teman sekelasnya. Satu per satu dari seluruh teman-temannya memberikan setangkai mawar putih kepadanya. Sampai kemudian seseorang muncul dari balik kerumunan, lalu memberikannya sebuah buket mawar putih yang cukup besar. Ia merasa seperti de Javu dengan situasi ini. Dan pelakunya juga masih sama, Alrich.

"Aku harap ini menjadi awal yang baru buat kebahagiaan kamu Ya," ucap Alrich diakhiri dengan senyuman manisnya.

Nara bersemu, lengkung sabit itu tak berhasil ia tahan untuk terbit. "Amin. Makasih Al. Dan makasih banget buat kalian semua," kata Nara dengan senyum yang sangat tulus untuk teman-temannya.

HILANG [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang