08-Berujung Kemalangan

208K 27.6K 3K
                                    

Alskara keras kepala. Memaksa Hauri agar pulang bersamanya. Bahkan tidak memperdulikan penolakan Hauri. Alskara berniat akan menyeret Hauri sekalipun Hauri menolak ajakan pulang bersamanya. Jadi sebelum Alskara benar-benar menyeretnya, Hauri sudah terlebih dulu kabur saat cowok itu ke ruang guru sebentar.

Bagi Hauri dekat dengan Alskara sama seperti memeluk duri. Menyakitkan. Cowok itu memang berwajah malaikat, tapi mulutnya seperti iblis yang akan melukai Hauri yang merupakan manusia biasa.

Bruk!!

Hauri mundur beberapa langkah setelah tubuhnya tertabrak oleh seseorang. Terlalu sibuk menoleh ke belakang membuatnya tidak melihat jalan dengan jelas. Lagi pula bukan dirinya saja yang salah. Orang yang tertabrak dengannya juga salah. Jalan tidak pakai mata.

"Kalo jalan pakai mata dong!" bentak Hauri yang kebawa emosi.

Namun perlahan emosi Hauri mereda melihat gadis yang tertabrak dengannya sedang duduk di bawah. Apa tenaganya sangat kuat sampai membuat gadis itu terjatuh? Melihat gadis asing itu meringis kesakitan menimbulkan rasa bersalah. Hauri menyesal sudah membentak gadis itu.

"Maaf gua nggak maksud bentak. Ayo bangun." Hauri mengulurkan tangannya ke depan wajah gadis itu.

Gadis itu tertegun. Menatap bengong Hauri seolah Hauri melakukan sesuatu yang menakjubkan. Bukannya langsung memegang tangan Hauri, gadis itu lebih memilih melamun.

Apa ada sesuatu di wajah Hauri yang membuat gadis itu tak berkedip?

"HAURI!!"

Hauri terlonjak kaget mendengar Alskara meneriaki namanya. Lebih tepatnya membentak. Suara Alskara bahkan membuat murid di sekitar sampai menoleh. Alskara melangkah dengan gagah dan tegas ke arah Hauri. Tatapan mata Alskara seperti elang yang akan membunuh mangsanya. Di belakang Alskara ada beberapa anak cowok yang sama tinggi dengannya. Pasti mereka anak buah Alskara.

Hauri sempat meringis saat Alskara menepis kasar tangannya agar tidak menyentuh gadis asing itu. Kenapa Alskara sangat marah? Apa Hauri berbuat salah?

Alskara berjongkok. Membantu gadis itu berdiri. Bahkan tersenyum lembut dan hangat. Sikap yang sangat berbeda dibandingkan saat memperlakukan Hauri dengan kasar. "Aina, kamu gapapa?" tanya Alskara khawatir.

"Aina." Hauri bergumam. Ia Tidak bisa melepaskan pandangannya dari sosok gadis di depannya. Jadi gadis yang ditabraknya adalah Aina. Kekasih Alskara. Pemeran heroin dalam cerita ini.

"Aku gapapa, Al." jawab Aina. Bahkan suaranya saja lembut. Pantas Alskara sangat tergila-gila pada Aina.

Alskara tersenyum lega. Kemudian menatap tajam Hauri. "Apa lagi kali ini? Lo masih aja suka nyakitin Aina."

Hauri terkejut. Bukan begitu maksudnya. Dia sungguh tidak sengaja. "Alskara gua nggak sengaja."

"Nggak sengaja? Kata nggak sengaja lo udah nggak berlaku lagi. Lo selalu bilang nggak sengaja setiap habis berbuat jahat sama Aina. Gua ngeliatnya sendiri, lo nabrak Aina."

"Gua beneran nggak sengaja. Gua-"

"HAURI!!" Alskara berteriak sampai membuat Hauri terkejut dan langsung ketakutan. "Gua muak dengar kebohongan lo. Padahal lo habis bangun dari koma, bukannya memperbaiki diri, lo masih aja jadi orang jahat. Apa hati lo udah rusak?"

"Tapi gua..." Hauri menundukkan kepala. Tubuhnya menggigil. Meskipun ingatan Hauri menghilang, tapi hatinya tetap merasa sakit dibentak oleh Alskara. Apa perasaan sakit ini adalah perasaan Hauri yang dulu?

"Gua udah bersikap baik sama lo. Gua udah berusaha menuruti keinginan ortu gua dan ortu lo untuk selalu dekat sama lo. Tapi gua nggak terima kalo lo nyakitin Aina. Jangan buat gua semakin membenci lo." jantung Hauri seperti tertusuk pisau mendapat tatapan dingin tanpa ampun dari Alskara.

"Al, aku gapapa. Aku rasa Hauri emang nggak sengaja nabrak aku."

Seperti pemeran utama wanita pada umumnya. Tetap bersikap baik sekalipun sudah dijahati. Namun Hauri sama sekali tidak senang mendapat pembelaan dari Aina. Hauri justru merasa terhina.

"Aina orang sejahat dia nggak perlu dibela. Bahkan dikasihanin aja nggak pantes." Alskara enggan menatap Hauri. Fokusnya hanya pada Aina.

"Alskara..." Aina menggenggam tangan Alskara, berusaha menenangkan sang kekasih.

"Aina, ayo pulang. Aku anter kamu."

"Kamu bukannya pulang bareng Hauri?"

Alskara melirik tajam Hauri yang sedang menunduk. "Dia punya kaki. Bisa pulang sendiri." Alskara menarik Aina agar pergi meninggalkan Hauri.

Alskara datang membentak Hauri hingga Hauri menjadi pusat perhatian. Kemudian Alskara meninggalkannya. Membiarkan Hauri menjadi pusat perhatian seorang diri. Alskara pergi setelah mempermalukan Hauri. Bahkan ada beberapa murid yang tertawa dan mensyukuri kemalangan Hauri. Hati Hauri terluka. Untuk sekedar mengangkat kepalanya pun Hauri ketakutan. Niat kaburnya berujung kemalangan yang membuatnya semakin dibenci Alskara.

Dimana Siya? Kenapa Siya pulang duluan? Hauri butuh seseorang. Hauri butuh seseorang untuk menarik tangannya. Hauri tidak mau sendirian di tengah keramaian yang penuh sesak.

"Mau gua anter pulang?"

Hauri mengangkat kepalanya. Seorang cowok asing berdiri di depannya. Dia cowok yang berjalan di belakang Alskara tadi.

"Hm." gumam Hauri lemah.


-ANTAGONIS-

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang