Novel INA sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online.
Ini kisah yang garis besarnya tentang karma. Yang disakiti, akan disakiti.
Btw, aku sengaja gak revisi bahasanya yang kek aneh gitu. Sebagai jejak sejarah kalau tulisanku pernah begini. Bisa kalian liat perkembangan tulisanku di cerita Pluto Projector atau nanti pas cerita INA 2 : The Last Rute.
Selamat membaca❤️
Jangan lupa follow :
@palupiii07
@alskarabanyu
@aina.wayan
@imhaurii
@liam.aarav
@nevanoktavino
@siya.aprilia
@jiran.amanda
@gibson.jzn
@fela_murnia
Selamat membaca❤️❤️
______________________________________
Alskara duduk di pinggir lapangan, sekedar melepas lelah setelah pengambilan nilai olahraga. Meluruskan kedua kakinya sambil memperhatikan Hauri yang asik main basket seorang diri. Ada keinginan untuk menghampiri gadis itu. Namun dirinya tidak memiliki keberanian.
"Alskara!"
Alskara menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Ia bangkit dari duduknya begitu melihat Aina melambaikan tangan kepadanya. Alskara pun berjalan ke arah Aina dengan senyuman manis.
"Kamu kenapa ada di luar kelas sendirian?" tanya Alskara.
"Lagi pelajaran kosong. Tadinya aku dan Fela habis balik dari kantin. Terus lihat kamu, jadi mampir dulu deh. Kalo Fela langsung ke kelas."
"Oh." Alskara mengangguk mengerti.
"Kamu mau?" Aina menyodorkan es krim miliknya ke depan wajah Alskara.
Alskara tersenyum. Lalu mengigit sedikit es krim milik Aina. "Dingin." keluh Alskara, meringis saat giginya terasa ngilu.
"Namanya juga es krim Al." Aina terkekeh, mengelap ujung bibir Alskara yang ada sisa cokelat.
Dari kejauhan Hauri memperhatikan sepasang kekasih yang nampak romantis itu. Entah kenapa instingnya selalu kuat setiap merasakan kehadiran Alskara atau Aina. Sekarang ia menyesal sudah menoleh sampai akhirnya melihat kejadian yang membuat hatinya nyeri.
Hauri menunduk lemah. Alskara benar-benar membuatnya bingung. Sikap Alskara berubah-ubah tidak menentu. Baru beberapa hari yang lalu Alskara membuat Hauri berharap. Kini Alskara menghancurkan harapan Hauri.
"Jangan bengong." Liam datang untuk mengetuk kepala Hauri. Membangunkan Hauri dari lamunan.
"Liam?" Hauri kaget melihat kehadiran Liam. Ia jadi teringat lagi kejadian kemaren saat Liam mencium keningnya. Cepat-cepat Hauri memutar tubuhnya untuk kabur. "Ah-" tapi sayangnya tangan Hauri keburu dipegang Liam, jadi tidak bisa kabur.
"Lo mau kemana?" tanya Liam penasaran.
"K-kemana kek!" Hauri berusaha menarik tangannya dari Liam, tapi susah.
"Lo mau kabur dari gua?"
"Biarin!"
"Karena gua nyiu-"
"Aaarrrghhh! Udah! Udah jangan bahas!" Hauri berbalik badan, memotong perkataan Liam. Benar-benar memalukan mendengar Liam membahas soal itu.
"Kenapa emangnya?" tanya Liam sok tidak tahu, menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* ( JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRITIKNYA. MAKASIH) *Mulai dari 5 Agustus 2020 Rank 1 in #change tgl 15/9-2020 Rank 1 in #broken heart tgl 29/9-20...