37-Lampu Lalu Lintas

189K 24.5K 4.1K
                                    

Buat kalian yang belum punya novel Back To School atau I'm not Antagonist bisa pesan di toko online karena lagi ada promo nih.  Kamu bisa borong buku terbitan Akad harga mulai dari Rp.69 RIBUAN aja!

Tersedia di:

@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@zahrabooks
@tokotmindo

🚫#STOP BELI NOVEL BAJAKAN YA# 🚫

Diam-diam Hauri melirik ke arah Alskara yang sedang duduk tenang di sampingnya. Dia perhatikan wajah Alskara yang memar dan terdapat banyak cakaran. Hauri tertawa malu. Antara senang dan sedih sudah membuat Alskara babak belur.

Kemaren dirinya benar-benar lepas kendali seperti preman. Bahkan langsung trending topik di sekolah. Tadi pagi saja banyak pasang mata yang menatapnya penasaran. Hauri merasa sangat malu.

Lebih malu lagi saat Hana, ibu Alskara bercerita jika Alskara pulang dengan babak belur. Awalnya Hana ingin memarahi Alskara karena disangka berantem lagi. Namun Alskara beralasan kalau dia tidak berantem. Dia babak belur karena dicakar kucing yang lagi ngamuk.

Meski merasa malu, ada perasaan lega di hati Hauri. Lega karena sudah mengeluarkan perasaannya yang terpendam. Hauri sudah puas balas dendam kepada Alskara.

Secarik kertas mengenai tangan Hauri. Sontak Hauri langsung menunduk dan membaca tulisan di kertas tersebut.

Kenapa liatin gua? Ngerasa bersalah?

"Nggak! Gua malah senang." Hauri menatap tajam Alskara yang sedang meliriknya.

Alskara menulis lagi di kertas. Membiarkan Hauri membacanya.

Udah keluar jinnya dari badan lo?

"Gua nggak kesurupan. Gua emang mau menghajar lo sampai puas!" geram Hauri.

Alskara menulis lagi di kertas.

Maaf

Hauri melotot, beberapa kali membaca ulang yang baru saja ditulis Alskara di kertas. Ini tidak salah lihat? Alskara meminta maaf? Hauri melirik Alskara yang sedang pura-pura memperhatikan ke depan papan tulis dengan serius.

Hauri menggelengkan kepala. Jangan terlena dengan Alskara. Hauri harus ingat perbuatan jahat Alskara kemaren. Alskara memang berubah-ubah seperti lampu lalu lintas dan Hauri tidak boleh sampai baper oleh perubahan Alskara yang tidak menentu.

"Lo disuruh Aina minta maaf sama gua?" itu yang Hauri pikirkan. Jika tidak dipaksa, rasanya sulit membayangkan Alskara mengucap maaf.

Ini tulus

Hauri mengerutkan kening, masih tidak yakin. "Buat apa lo minta maaf sama orang yang lo benci?"

Alskara menghela napas. Dia menulis lagi di kertas.

Meminta maaf dengan orang yang dibenci namanya kebajikan

Hauri langsung menatap tidak percaya. Sikap Alskara yang tiba-tiba sok bijak membuat Hauri ingin muntah. Ngomong-ngomong kenapa mereka jadi main surat-suratan? Kenapa Hauri seperti berbicara dengan orang gagu, ya? Lebih bodoh lagi Hauri baru sadar.

"Kenapa lo jadi kayak orang gagu?" celetuk Hauri.

Mulut gua sakit abis dikeroyok kucing betina kemaren

Otot kepala Hauri ketarik penanda betapa kerasnya ia menahan emosi. Dia tersenyum kesal dengan tangan mengepal. Baru beberapa menit yang lalu Alskara membuat Hauri terharu karena sudah meminta maaf. Sekarang cowok itu membuatnya kesal lagi. Hauri mengambil kertas tersebut dan langsung merobeknya dengan kekuatan cakaran kucing betina.

Alskara hanya diam. Tidak berani bersuara atau menulis lagi. Dia tidak mau menambah luka di wajahnya.


-antagonis-

"Hauri!!" Aina berlari mengejar Hauri yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Apa?" tanya Hauri yang sudah berhenti melangkah.

"Aku dengar kemaren kamu berantem sama Alskara. Gara-gara aku, ya? Maaf." Aina menundukkan kepala. Wajahnya yang terlihat murung membuat Hauri tidak tega.

"Iya salah lo. Alskara selalu marah-marah sama gua karena lo. Lo itu kayak pembawa sial. Jadi lebih baik lo ngejauh dari gua."

Aina terkejut mendengar ucapan Hauri. Lalu Aina langsung merasa sedih. "Maaf." Aina sudah seperti anak yang sedang dimarahi kedua orang tuanya.

Hauri menghela napas. "Gua nggak benci sama lo. Gua cuma mau ngeluarin unek-unek gua aja."

Aina langsung menatap Hauri. Ada perasaan senang di hatinya. "Aku senang kamu mau bicara sama aku. Dulu sebelum kamu hilang ingatan. Jangankan mengobrol. Membalas senyuman aku aja kamu nggak mau." Aina tersenyum senang.

Hauri mengerutkan keningnya. Ini dia baru saja mengatakan sesuatu yang kejam kepada Aina loh. Tapi kenapa Aina sama sekali tidak sakit hati dan justru terlihat senang? Hauri merasa silau oleh kebaikan hati pemeran heroin.

"Hauri, kamu masih membenci aku?" tanya Aina dengan pupy eyes.

"Dulu sih kayaknya benci banget." jawab Hauri tidak yakin.

"Sekali lagi aku minta maaf, Hauri." Aina membungkukkan tubuhnya.

Hauri sama sekali tidak tahu harus ngapain sekarang. Dia memang berharap Aina menjauh darinya. Namun melihat Aina sebaik ini ia jadi tidak tega. Kenapa Hauri jadi seperti Alskara yang berubah-ubah, ya? Seperti lampu lalu lintas.

-ANTAGONIS-

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang