Novel INA sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online.
Ini kisah yang garis besarnya tentang karma. Yang disakiti, akan disakiti.
Btw, aku sengaja gak revisi bahasanya yang kek aneh gitu. Sebagai jejak sejarah kalau tulisanku pernah begini. Bisa kalian liat perkembangan tulisanku di cerita Pluto Projector atau nanti pas cerita INA 2 : The Last Rute.
Klik votenya harus yaa✌️✌️
So, selamat membaca~
__________________________________
Alskara dan anak-anak Ziver sedang sibuk membagikan undangan ulang tahun yang akan diadakan nanti malam. Alskara mengundang seluruh murid di Brawijaya untuk meramaikan pestanya.
Banyak siswi-siswi yang sengaja berjalan di depan anak Ziver agar mendapatkan undangan. Sekalian cari perhatian sama anak Ziver yang populer. Lebih banyak siswi-siswi centil itu cari perhatian ke Alskara atau Liam. Bahkan sekalipun Alskara sudah punya pacar, mereka tidak perduli dan tetap cari perhatian.
Tak terkecuali tiga cewek genit yang selalu menggilai Alskara. Sebelum mendatangi Alskara, Tifa terlebih dulu memoles bibirnya dengan liptin dan menyemprotkan minyak wangi yang sangat banyak sampai wanginya tersebar kemana-mana, untung tidak ada yang keracunan gara-gara minyak wangi Tifa.
"Hai Al!" Tifa merebut kartu undangan yang semula ingin Alskara kasih ke siswi yang lewat di depannya.
Gira dan Gisal ikutan merebut kartu undangan yang ada di tangan Alskara. Tidak lupa memamerkan senyuman terbaik mereka.
"Nanti malam aku pasti dateng. Aku bakal dandan yang cantik biar serasi sama kamu." ujar Tifa manja. Tentu saja tidak ditanggapi Alskara. Alskara kembali sibuk membagikan kartu undangan.
"Maap, maap nih. Gua sekedar mengingatkan. Alskara udah punya pacar. Biar lo tau diri." ketus Gibson yang langsung dapat pelototan dari ketiga cewek itu.
"Berisik banget sih lo! Gua nggak ngomong sama lo!"
"Tau!!"
Aina, Fela dan Jiran yang habis dari kantin tak sengaja melihat anak Ziver tengah membagikan kartu undangan ulang tahun. Fela dan Jiran mencolek Aina, lalu menunjuk ke arah depan. Sekedar memberi tahu kalau Alskara juga ada di sana.
"Na, lo dateng ke ultahnya Alskara?" tanya Fela.
"Kenapa nanya gitu?"
"Ya, lo ingetkan tahun lalu? Si Hauri yang dampingin Alskara dari acara potong kue sampai dansa. Lo pasti sakit hati kalo kejadiannya keulang lagi."
Benar. Aina terluka dan sedih. Ia cemburu pada Hauri yang selalu ada di samping Alskara sepanjang acara ulang tahun. Berharap dirinya lah yang ada sisi Alskara. Namun Aina merasa senang saat menyadari kalau tatapan Alskara hanya terus ke arahnya sekalipun ada Hauri berdiri di samping Alskara.
"Aku tetap dateng." Aina memamerkan senyuman. Kemudian mendatangi Alskara.
"Aku duluan Al. Dadah!" dengan genit Tifa melambaikan tangan, sambil mengedipkan mata. Lalu pergi bersama kedua temannya.
"Dasar cewek centil!" pekik Gibson. Tifa sempat menolah ke belakang untuk menatap sinis Gibson. Kemudian meneruskan langkahnya.
Alskara hanya tersenyum kecil. Sudah terbiasa menghadapi cewek-cewek centil. Tingkah mereka bertiga tidak ada apa-apanya dibandingkan sikap Hauri yang dulu.
Aneh, lagi-lagi dengan tak terduga Alskara memikirkan Hauri. Ada yang aneh dengan dirinya.
"Alskara!" Aina dari belakang melompat merangkul leher Alskara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Teen Fiction*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* ( JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRITIKNYA. MAKASIH) *Mulai dari 5 Agustus 2020 Rank 1 in #change tgl 15/9-2020 Rank 1 in #broken heart tgl 29/9-20...