32-Terluka

185K 24.2K 565
                                    

Btw, untuk visual alskara emang aku ganti jadi taehyung. Karena aku suka taehyung. Biar samain juga sama INA2. Jadi nanti pas baca INA2 gak kayak keong "hah? Hah? Hah?" Gituu hehehe

Buat kalian yang belum punya novel Back To School atau I'm not Antagonist bisa pesan di toko online karena lagi ada promo nih.  Kamu bisa borong buku terbitan Akad harga mulai dari Rp.69 RIBUAN aja!

Tersedia di:

@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@zahrabooks
@tokotmindo

🚫#STOP BELI NOVEL BAJAKAN YA# 🚫

Jangan lupa vote dan komen

Selamat membaca

||

"Kamu abis berantem?"

Alskara tidak menjawab. Dia memilih bungkam sembari menundukkan kepalanya. Dia sudah menyiapkan diri untuk menghadapi kejadian seperti ini.

"Jawab!!" teriak Galang murkah.

"Iya, pah." jawab Alskara pasrah.

Plak!!

Galang menampar Alskara cukup keras. Bahkan membuat pipi Alskara yang terluka semakin terasa perih. Namun Alskara berusaha menahan rasa sakitnya, tidak mengeluh. Bahkan Alskara kembali ke posisi semula. Menghadap depan dengan kepala tertunduk.

"Kamu disekolahkan untuk apa? Untuk jadi preman?"

"Bukan, pah."

"Lalu kenapa kerjaannya berantem terus?"

Plak!!

Galang menampar Alskara lagi.

Dalam hal mendidik, Galang memang sangat keras. Semua ini agar Alskara tumbuh menjadi pria bertanggungjawab yang bisa dibanggakan. Namun beda lagi dengan yang Alskara pikirkan tentang Galang.

Tubuh Hauri menggigil ketakutan dengan kepala terus menunduk ke bawah. Mungkin di masa lalu Hauri sering melihat Galang memarahi atau memukul Alskara. Namun ingatan yang hilang membuat Hauri merasa kalau ini pertama kalinya dia melihat Alskara tidak berdaya di hadapan Galang.

Untuk sekedar mendengar suara Galang yang memarahi Alskara saja Hauri tidak sanggup, apalagi sampai harus mengangkat kepala menyaksikan Alskara ditampar. Air matanya terasa ingin menetes. Kenapa Hauri merasa secemas ini?

"Hauri? Kamu gapapa? Maaf, ya buat kamu melihat kejadian ini. Pasti kamu mencemaskan Alskara, ya?" Hana mengelus punggung Hauri, berusaha menenangkan Hauri yang ketakutan.

"Bukan gitu tante. Hauri cuma...." Hauri kehabisan kata-katanya. Suaranya bergetar menahan tangis.

"Om Galang keras sama Alskara karena Alskara pewaris keluarga. Alskara juga seorang kaka yang harus menjadi contoh untuk adiknya." Hana memberikan penjelasan yang masuk akal kepada Hauri.

"Iya tante." jawab Hauri lemas.

Hauri tahu jika Alskara pewaris perusahaan keluarganya. Hanya saja hatinya tetap sakit melihat Alskara ditampar dalam keadaan terluka. Mungkin Alskara salah karena sudah berkelahi. Namun Hauri yakin jika Alskara punya alasan kuat untuk berkelahi. Alskara bukan orang yang akan memukul tanpa alasan. Itu yang Hauri yakini.

Alasan Hauri ada di rumah Alskara saat ini bertujuan untuk mengembalikan dasi yang dipinjamnya tadi di sekolah. Karena Alskara belum pulang, Hauri berakhir dengan mengobrol dengan Galang dan Hana.

Awalnya semua berjalan lancar. Mereka mengobrol dengan nyaman dan diselingi canda tawa. Hingga semuanya berubah oleh kedatangan Alskara dengan wajah babak belur dan seragam yang berantakan. Galang pun langsung sangat marah saat itu juga.

"Alskara akan baik-baik aja. Ini nanti kamu tolong obati dia ya?" Hana memberikan kotak P3K kepada Hauri.

"Iya tante."

Setelah menunggu di ujung pintu ruang keluarga beberapa menit akhirnya Alskara keluar tidak lama sesudah Galang keluar dari ruangan. Alskara yang melihat Hauri berdiri di dekat pintu langsung menghentikan langkahnya. Ekspresinya yang sayu menatap Hauri.

"Mau apa?" tanya Alskara dingin.

Hauri mengangkat kepalanya. Melihat memar di wajah Alskara membuat matanya berkaca-kaca. "Lo berantem?" tanyanya parau.

"Bukan urusan lo." Alskara memalingkan wajahnya.

Perasaan benci Hauri terhadap Alskara meleleh karena melihat Alskara yang seperti ini. Alskara yang dikenalnya adalah ketua geng Ziver penguasa sekolah yang ditakutin, cowok dingin yang selalu mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Hauri, cowok menyebalkan yang selalu curiga kepadanya, cowok posesif yang takut Hauri melukai kekasihnya dan juga cowok yang terkadang bisa berbuat baik kepada Hauri.

Namun semua itu tidak ada apa-apanya saat Alskara berdiri di hadapan ayahnya. Alskara di depan Galang hanya anak biasa yang dipaksa menuruti keinginan kedua orang tuanya.

Hauri melirik tangan Alskara. Terdapat luka di punggung tangan Alskara. Hauri meraih tangan Alskara dan membalut luka tersebut dengan dasi milik Alskara. "Gua ke sini cuma mau kembaliin dasi lo."

Alskara hanya diam memperhatikan Hauri yang sedang serius membalut tangannya dengan dasi.

"Makasih udah pinjemin gua dasi."

"Katanya nggak mau berterimakasih." sindir Alskara telak.

Hauri tersentak seperti terkena sengat lebah. Alskara memang suka merusak suasana, dan ingatan Alskara yang tajam bisa membuat orang lain kesal. Memang Hauri sebelumnya bilang begitu, tapi tetap saja dia merasa harus berterimakasih.

"Gua....gua pernah bilang begitu, ya?" Hauri tersenyum canggung. Dia sudah selesai membalut luka di tangan Alskara.

"Iya. Di tangga. Setelah lo nyelengkat Fela. Lo bilang-"

"Iya, iya udah nggak usah diperjelas!" Hauri sangat malu jika Alskara menjelaskannya serinci itu.

"Terus kenapa berterimakasih?" Alskara masih saja memojokan Hauri. Membuat wajah Hauri menjadi merah lantaran malu.

"Dan sekarang gua nyesel udah berterimakasih. Emang cowok kayak lo nggak pantes diucapin terimakasih. Lo nggak pernah menghargai rasa terimakasih gua!" sekarang Hauri jadi marah-marah tidak jelas.

"Terus lo ngambek karena gua nggak menerima rasa terimakasih lo?"

Hauri tidak bisa berkata-kata lagi. Kalau begini kesannya Hauri ngambek sama Alskara yang tidak bersyukur saat ia berterimakasih. Sama saja seperti Hauri mengharapkan sesuatu dari Alskara. Jika terus begini Alskara bisa besar kepala. Hauri harus cari alasan yang tepat untuk menyudahi pembicaraan tentang topik ini.

"Y-yaudah pokoknya gitu!" Hauri tidak tahu harus jawab apa lagi.

"Gitu gimana?"

Hauri menatap tajam Alskara dengan wajah memerah. Masih saja cowok itu membahasnya. "I-ini P3K." Hauri buru-buru memberikan kotak P3K kepada Alskara. "Dari tante Hana. Jangan ngarep gua bakal ngobatin lo. Gua nggak mau. Gua mau pulang!" Hauri melarikan diri dari Alskara

Langkah Hauri terburu-buru. Dia ingin secepat mungkin keluar dari rumah Alskara karena wajahnya sudah sangat panas.

Padahal Alskara sedang terluka. Padahal Hauri mencemaskannya. Namun dengan wajah terluka seperti itu Alskara masih mencari gara-gara dengan Hauri. Membuat kacau detak jantung Hauri.

Alskara menyebalkan.

-ANTAGONIS-

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang