22-Diary : Bawang Merah

176K 22.2K 627
                                    

Buat kalian yang belum punya novel Back To School atau I'm not Antagonist bisa pesan di toko online karena lagi ada promo nih.  Kamu bisa borong buku terbitan Akad harga mulai dari Rp.69 RIBUAN aja!

Tersedia di:

@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@zahrabooks
@tokotmindo

🚫#STOP BELI NOVEL BAJAKAN YA# 🚫

Dear diary....

Aku tidak pernah ingin melakukan ini. Menurut ku ini sesuatu yang gila. Hanya saja kebencian ku tidak bisa terbendung lagi. Senyum Alskara saat bersama gadis itu masih bisa ku ingat. Kenapa Alskara tersenyum seperti itu saat bersama Aina? Kenapa hanya Aina yang bisa melihat senyuman manis Alskara? Sangat tidak adil.

"Kenapa kalian melakukan ini?" aku melihat Aina mendongak menatap ku dengan ekspresi menahan tangis.

Bukan rasa ibah yang aku rasa. Justru aku semakin membencinya. Aku benci wajah polos Aina. Aku benci Aina yang dicintai Alskara.

"Ya lo sadar diri lah!"

"Beraninya lo deketin Alskara?"

"Cari perhatian! Lo itu cuma cewek miskin. Nggak pantes buat Alskara!"

Aku tidak sendirian. Ada Tifa, Gisal dan Gira yang ikut membully Aina. Alasan kami sama. Kami sama-sama membenci Aina yang dekat dengan Alskara. Alasan klasik yang biasanya terjadi di novel atau film. Tapi memang kami bersama hanya karena alasan yang sama. Tidak lebih.

Aku menuangkan jus tomat ke atas kepala Aina. Ini bukan pertama kali aku menyakiti Aina. Aku sering melakukannya. Aku sering menyakiti Aina. Semua itu aku lakukan sejak Alskara dekat dengan Aina. Aku tidak terima Alskara direbut orang lain.

"Gua nggak bakal pernah biarin lo rebut Alskara dari gua."

"Hanya karena Alskara kalian melakukan ini sama aku? Aku nggak ada hubungan apapun sama Alskara!"

Omong kosong. Aku tidak akan percaya. Aina hanya menyangkalnya. Tidak ada hubungan? Jelas-jelas mereka dekat. Jelas-jelas Alskara selalu mengejarnya. Bahkan Alskara marah saat aku merencanakan sebuah pertunangan. Alskara juga terang-terangan mengaku jika dia mencintai Aina.

"Gua udah sering bilang sama lo. Jauhi Alskara. Kenapa lo masih tetap dekat sama Alskara?"

Aina bungkam. Tidak bicara. Lihat? Aina pasti berbohong. Aku yakin terjadi sesuatu dengan mereka. Aku yakin Aina juga mencintai Alskara. Aku tidak akan membiarkan mereka bersatu. Aku tidak akan membiarkan Aina bahagia.

"HAURI!!!"

Aku sontak terkejut mendengar suara Alskara membentak ku. Aku membalikan badan dan tertegun melihat Alskara berjalan ke arah ku dengan raut ekspresi marah. Alskara tidak datang seorang diri. Ada Nevan, Gibson dan Liam di belakangnya.

Aku berdiri menghalangi Alskara yang hendak menghampiri Aina. Aku tidak akan membiarkan Alskara membela Aina. Aku tidak akan terima.

"Minggir!" bentak Alskara.

"Aku nggak suka lihat kamu bela Aina!"

"Lo gila? Lo lakuin ini sama Aina. Lo nggak punya otak dan nggak punya hati?"

"Kalo iya kenapa? Aku bakal lakuin apapun untuk nyingkirin Aina di hidup kamu."

Alskara dengan kasar menyingkirkan aku dari jalannya. Hati ku sakit melihat Alskara berjongkok di depan Aina. Membuka jaketnya dan memakaikannya pada Aina.

"Alskara!" aku meraih tangan Alskara yang hendak pergi membawa Aina.

"Lepasin!" Alskara menepis kasar tangan ku.

Aku tidak akan tinggal diam. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Aku menarik tangan Aina dan mengangkat tangan ku untuk menampar gadis itu. Tapi Alskara berhasil menahan tangan ku.

"Kenapa lo terus bersikap kayak gini?" Alskara membuang tangan ku dengan kasar.

"Aku nggak perduli. Aku akan menggila sampai aku bisa milikin kamu."

"Gua bukan peliharaan lo!"

"Aku calon tunangan kamu, Al."

Alskara menggeleng. "Nggak. Yang gua sayang cuma Aina. Lo cuma orang asing bagi gua. Lo cuma orang jahat yang gua benci."

Tubuh ku membeku. Sekalipun aku ingin menyusul mereka. Aku tidak bisa melangkahkan kaki ku. Terasa sangat berat. Yang bisa aku lakukan hanya menatap nanar Alskara yang menjauh.

"Hauri, lo baik-baik aja?"

Aku menoleh ketika Liam menanyakan keadaan ku. Aku baik-baik saja? Tentu tidak. Tapi aku adalah Hauri. Aku tidak akan terlihat terluka di depan siapa pun.

"Siapa lo nanyain keadaan gua?" pertanyaan ku berhasil membuat Liam menjadi malu dan canggung.

"Hauri lo tenang aja. Gua pasti bantu lo rebut Alskara dari Aina." Tifa menyentuh pundak ku.

Aku menyingkirkan tangan Tifa. "Tanpa bantuan lo gua bisa nyingkirin Aina sendiri." kata ku sombong.

Benar. Aku bisa menyingkirkan Aina. Aku bisa merebut Alskara lagi. Bahkan sekali pun aku harus menjadi bawang merah yang menggunakan cara jahat. Aku akan jadi bawang merah yang menghancurkan bawang putih.  Aku tidak perduli. Asalkan bisa mendapatkan cinta Alskara. Aku akan berubah jadi apapun.

-ANTAGONIS-

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang