Buat kalian yang belum punya novel Back To School atau I'm not Antagonist bisa pesan di toko online karena lagi ada promo nih. Kamu bisa borong buku terbitan Akad harga mulai dari Rp.69 RIBUAN aja!
Tersedia di:
@novely.young
@bumifiksi.jakarta
@melstorebook
@zahrabooks
@tokotmindo🚫#STOP BELI NOVEL BAJAKAN YA# 🚫
Dear diary...
Jantung ku terus berpacu cepat ketika melihat Alskara baru saja turun dari motornnya. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan ini salah atau tdak? Aku hanya ingin mengancem Alskara, aku hanya ingin memberi sedikit Alskara pelajaran karena tidak mau mendengarkan keinginan ku untuk menjauh dari Aina.
"Alskara." aku menghalangi jalan Alskara.
Alskara hanya menatap ku dingin tanpa membuka mulutnya.
"Aku ngadu ke om karena aku nggak suka kamu perduli banget sama Aina sampai bayarin dia SPP."
"Terus?" Alskara tertawa kecil. Seolah menganggap remeh perkataan ku.
"Dia cuma manfaatin kamu, Al. Dia cuma butuh uang kamu. Dia itu matre. Jadi kamu jangan terpengaruh sama muka polosnya."
Aku tidak suka saat mendengar kabar jika Alskara membayarkan SPP Aina. Aku tidak suka Alskara mengeluarkan uang untuk gadis itu. Aku tidak suka Alskara berkorban demi Aina. Pasti Aina hanya memanfaatkan Alskara. Oleh karenanya aku harus membuat Alskara sadar. Aku tidak mau Alskara terus dimanfaatkan, karena itu aku ngadu ke om Galang tentang masalah ini.
"Gua sendiri yang mau bayarin. Tanpa paksaan."
Alskara hendak melangkah melewati ku. Cepat-cepat aku menyusulnya dan berdiri di depannya lagi.
"Aku bisa bantuin kamu. Aku bakal cari alasan ke om dan tante biar kamu nggak dimarahin. Asal kamu mau dengarin aku untuk menjauh dari Aina. Aku bakal belain kamu."
"Nggak perlu."
"Orang tua kamu marah banget pas tau kamu bayarin SPP Aina. Mereka pasti ngehukum kamu, Al."
"Dan semua itu karena lo."
"Aku cuma nggak mau kamu terus dimanfaatin."
"Udah cukup. Gua capek dengarin lo." Alskara kembali melangkah melewati ku.
"Al, kamu bakal terluka. Kamu butuh bantuan aku."
Langkah Alskara terhenti. Dia menoleh ke arah ku. "Gua lebih baik terluka dari pada minta bantuan sama lo."
Memang aku yang mangadu ke om Galang dan tante Hana kalau Alskara membayarkan SPP Aina. Namun aku juga yang terluka dan sakit saat melihat Alskara dimarahi kedua orang tuanya di depan mata ku. Bahkan om Galang menampar Alskara beberapa kali. Alskara hanya diam tidak membalas. Ujung bibirnya terluka. Pasti Alskara menahan sakit.
Tante Hana meminta maaf kepada ku atas sikap Alskara. Tante Hana meminta maaf kepada ku karena Alskara buat aku sakit hati. Padahal yang harusnya meminta maaf adalah aku. Harusnya aku minta maaf sama Alskara. Gara-gara aku Alskara dihukum.
"Alskara."
"Apa lagi? Belum puas lihat gua dipukulin kayak tadi? Lo mau gua kayak gimana lagi? Mau lihat gua digantung bokap gua? Iya?"
"Aku udah bilang sama kamu. Aku bisa nyelamatin kamu. Tapi kamu yang lebih milih terluka demi Aina."
"Gua capek. Mulut gua juga sakit kalo ngomong. Jadi lebih baik lo pulang. Jangan ganggu gua." Alskara menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.
Aku membututi Alskara dari belakang. Masih banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadanya. Tapi yang lebih utama, aku ingin mengobati luka di pipinya.
"Alskara." aku menahan tangan Alskara.
"Apa lagi?" Alskara berbalik menatap ku dingin.
"Aku minta maaf udah buat kamu dipukul sama om Galang. Aku mau obatin luka kamu. Tolong ijinin aku, Al." ujar ku memasang wajah memelas.
"Gua nggak butuh simpati lo. Ini semua juga karena lo yang pengaduan."
"Kamu kenapa sih Al berubah? Kamu kayak bukan Alskara yang dulu." aku berusaha keras menahan tangis.
Alskara benar-benar berubah. Sampai aku sulit mengenalinya lagi. Aku tidak tahu kenapa Alskara berubah? Kenapa hubungan kita jadi buruk seperti sekarang?
"Gua emang udah berubah. Bukan Alskara yang dulu. Kita udah dewasa. Bukan anak kecil lagi. Keadaan kita udah nggak sama lagi. Begitu pun perasaan kita. Jangan maksain untuk terus sama. Karena itu nggak mungkin. Waktu membawa perubahan dalam hidup dan itu yang terjadi sama hubungan kita."
"Aku nggak mau kita berubah."
"Gua nggak bisa jadi Alskara yang dulu lagi. Gua juga nggak bisa selalu ada di samping lo. Lo udah remaja, jadi tolong jangan bersikap kayak anak kecil. Kalo lo terus kayak gini. Lo cuma nyakitin diri lo sendiri. Jadi lebih baik lo terima keadaan kita yang udah berbeda ini. Kita jalanin kehidupan kita masing-masing."
Bahkan tanpa perlu diperjelas lagi aku memang sudah tahu. Keadaan kita berubah sejak hari itu. Kamu perlahan menjauh dan menjadi sosok asing yang tidak aku kenali. Namun apa salah jika aku ingin kembali seperti dulu? Apa salah jika aku menolak kenyataan jika kita sudah berbeda?
Aku rindu kamu yang dulu, Al.
-ANTAGONIS-
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)
Novela Juvenil*SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE* ( JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRITIKNYA. MAKASIH) *Mulai dari 5 Agustus 2020 Rank 1 in #change tgl 15/9-2020 Rank 1 in #broken heart tgl 29/9-20...