83-We Fall

152K 21.5K 802K
                                    

Novel INA sudah tersedia di Gramedia dan toko buku online.

Siap ramaikan setiap paragaf?

Selamat membaca❤️

_________________________

Alskara merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tidak berniat bergerak barang sedetik pun. Hati dan pikirannya sangat sangat kacau. Sampai rasanya ia ingin membenturkan kepala ke tembok dan mencabik dadanya yang sesak. Bibirnya memang tertutup rapat. Namun di dalam hati ia terus merutuki kebodohannya yang terlambat menyadari perasaannya selama ini.

Perasaannya kepada Hauri tidak berubah. Tidak berubah sejak kecil, sejak berpacaran dengan Aina. Bahkan sekarang pun tetap sama. Karena keadaan yang berbeda membuat sudut pandangnya berubah kepada Hauri.

Rasa cemburu dan amarah membuat Alskara mengubur perasaannya kepada Hauri. Merasa begitu dicintai membuat Alskara tidak tahu diri yang suka semena-mena sampai mengabaikan Hauri.

Kini Hauri sudah memutuskan untuk berhenti mencintainya, berhenti mengejarnya. Hauri memutuskan untuk pergi dari pada menetap menahan luka. Kini perasaan yang sempat Alskara kubur kembali muncul. Lebih kuat dari sebelumnya.

"Gua sayang sama lo....Hauri...." gumam Alskara pelan.

Iya. Kalian boleh menertawakannya. Orang yang dulu sangat mengharapkan kepergian Hauri, yang selalu kasar dan kejam kepada Hauri sudah mendapatkan karma. Bukan lagi kata-kata suruhan untuk pergi yang keluar dari mulutnya. Namun permohonan agar gadis itu tidak menghilang dari hidupnya.

"Jangan pergi Hau..."

Alskara tahu kalau waktunya sudah habis. Tidak akan ada permohonannya yang terkabul.

Melihat Hauri menangis malam itu menyadarkan Alskara kalau ia benar-benar tidak memiliki kesempatan sama sekali. Sekarang yang tersisa hanya waktunya untuk merenungi penyesalan atas karma yang ia dapat.


-antagonis-


Liam cuma menyapu tanah dengan lidi yang entah dari mana ia dapat. Tidak menghiraukan teman-temannya yang lain. Liam yang biasanya heboh kalau nongkrong bersama geng Ziver. Sekarang sudah seperti orang gagu. Cuma diam dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang tidak di tempatnya.

Apa Liam keterlaluan saat tiba-tiba menyatakan perasaannya kepada Hauri? Apa ia terlalu terburu-buru?
Liam sendiri tidak tahu kenapa ia jadi sulit mengendalikan perasaannya.

Liam semakin merasa tersingkirkan semenjak Hauri mendapatkan kembali ingatannya. Takut kalau Hauri akan kembali mengejar cinta Alskara. Tanpa sadar dirinya didorong oleh perasaan egois untuk memiliki Hauri. Liam ingin memiliki Hauri seutuhnya dan bahkan ingin mendorong Alskara dari hidup Hauri.

Liam sadar kalau ia salah saat menjadikan Hauri taruhan. Ia cuma kesal dengan Alskara yang plin-plan, yang bermain tarik-ulur kepada Hauri. Liam ingin memastikan perasaan Alskara. Sekarang ia tahu jawabannya.

"Bangsat." Liam menendang tanah. Kesal sendiri.

Tidak pernah ia mengira akan ada di posisi ini. Ia dan sahabat dekatnya akan jatuh cinta dengan gadis yang sama.

"Bangsat!" Liam membuang lidi sembarangan.

"Iam, jangan kayak orang gila deh." sindir Nevan selagi mengunyah bakwan goreng.

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang