76. Sejak Hari Itu

158K 23.1K 55K
                                    

Sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online.

*Flashback setelah kematian ka Aina*

Kehidupan Alskara seperti neraka sejak kematian kaka perempuannya, Aina. Kedua orang tuanya berubah menjadi pengekang yang merebut kebebasan Alskara. Diusianya yang masih sangat muda Alskara dipaksa untuk terus belajar, belajar dan belajar sampai menjadi sempurna. Namun sekeras apapun usaha Alskara. Tidak ada kepuasan dari sang ayah.

"Cuma dapat 80? Buat apa dibeliin banyak buku kalo cuma dapat nilai segini?" lembaran kertas dilempar ke wajah Alskara.

"Aku udah berusaha keras-"

Plak!!

Tamparan telak mengenai pipi Alskara cukup kencang.

"Siapa yang menyuruh mu bicara?!" hardik Galang. "Dimana sopan santun mu? Sudah SMP kau masih tidak ada etika?!"

Alskara menunduk. Diam merasakan ujung bibirnya yang terluka.

"Kamu jangan bikin malu keluarga Mahaprana!" tegas Galang.

"Kaka kamu pasti kecewa melihat kamu kayak gini Al." ujar Hana ikut mengomel.

Tubuh Alskara menegang begitu Hana membawa-bawa kakanya dalam perbincangan. Hatinya begitu nyeri. Membuatnya sadar kalau ia baru saja kehilangan kaka yang paling disayangnya.

"Maafin Al mah, pah." Alskara menunduk semakin dalam. Kedua tangannya saling berpegangan.

Galang sudah memegang kayu. "Maaf kamu bilang? Papah udah memberikan kamu yang terbaik dan ini balasan kamu. Lalu minta maaf?" hardik Galang.

"Maaf..." lirih Alskara.

"Luruskan kedua tangan kamu!!" teriak Galang.

Kemudian Alskara meluruskan kedua tangannya. Galang memukul kedua telapak tangan Alskara sangat kencang tanpa belas kasih. Tanpa perduli tangan kecil Alskara memerah bahkan sampai luka dan berdarah. Galang terus saja memukul tangan Alskara penuh emosi. Seolah melampiaskan segala hal kepada Alskara.

"Maaf.....maaf....maaf...." sedangkan Alskara terus meminta maaf dengan suara tangisan yang lirih.

Setelah puas memukul Alskara. Galang langsung melempar kayu itu ke sembarangan. Kemudian pergi begitu saja. Hana juga ikutan pergi bersama Galang. Sama sekali tidak bertanya bagaimana keadaan anaknya yang masih kecil itu. Bahkan sama sekali tidak berniat mengobati Alskara.

Pernah suatu hari Alskara Pulang sekolah sampai pukul delapan malam. Alskara yang merasa tertekan karena selalu dipaksa terus belajar memilih main dulu sepulang sekolah. Kemudian saat ia masuk ke dalam rumah. Ia sudah ditunggu oleh Galang  dan Hana.

"Bagus kamu baru pulang jam segini?!" bentak Galang sangat marah.

"Al kenapa kamu jadi anak sangat liar! Kamu masih SMP tapi udah nakal! Gimana nanti kalo sudah SMA?" Hana juga marah.

"M-maaf mah....pah...Al...cuma mau main sebentar..." ujar Alskara ketakutan.

"Sini kamu! Sekarang!" teriak Galang.

Perlahan Alskara menghampiri Galang. Alskara sangat ketakutan dan menahan tangisnya. Ia bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Galang sangat keras kepadanya. Kalau Alskara tidak menuruti kemauannya atau melanggar peraturan yang dibuat, Galang tidak segan main fisik ke Alskara. Sedangkan Hana bukan seorang ibu yang baik. Hana ada tapi tidak pernah membela Alskara atau mengobati luka Alskara.

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang