73-Tidak Ada Yang Berubah

146K 23.1K 35.8K
                                    

Novel INA sudah tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online.

Jujur sebenarnya agak kesel sama sikap Hauri yang maju mundur mau lupain Alskara. Tapi di dunia nyata, emang sesulit itu melupakan seseorang yang kita cinta. Perjuangan move on Hauri aku ambil dari kisah nyata aku dan teman-teman ku di dunia nyata :)


Beberapa jam sebelumnya

Hauri mengerjapkan matanya beberapa kali. Membuka paksa matanya yang terasa berat. Hal pertama yang dirasakannya adalah sakit di kepala. Sedangkan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Hanum dan Gesia yang menatapnya cemas. Hauri tersenyum kecil. Tiba-tiba ia merasa dejavu.

"Hauri! Sayang gimana keadaan kamu? Ada yang sakit?" Gesia menggenggam erat tangan Hauri.

"Kenapa kamu sampai begini? Sampai kepala kamu terluka begitu? Dad dan mami mencemaskan kamu." Hanum duduk di samping Gesia, juga menggenggam tangan Hauri.

Air mata Hauri terjatuh. "Maaf...." lirihnya.

"Hei, sayang? Kamu kenapa nangis? Minta maaf buat apa?" Gesia mengusap pipi Hauri yang basah.

"Maaf karena buat kalian cemas. Maaf karena sempat ngelupain kalian. Aku benar-benar minta maaf." Hauri menangis.

"Hauri? Ada apa sayang?" Gesia berusaha memahami apa yang terjadi dengan Hauri.

"Aku udah ingat mih. Aku ingat semuanya. Ingatan aku kembali....aku....udah sembuh...."

"Sayang." Gesia memeluk erat Hauri. Ikut menangis. Bahagia Hauri sudah kembali.

"Maaf..." lirih Hauri.

"Kenapa minta maaf? Kamu nggak salah. Mami senang kamu sudah sembuh."

"Maaf udah lupain kalian....Hauri kangen mami dan dad."

Hanum tersenyum bahagia melihat putrinya sudah baik-baik saja. Ia ikut memeluk putri dan istrinya. "Selamat kembali Hauri. Makasih sudah kembali mengingat kami." ucap Hanum.

-antagonis-

Setelah Hauri pingsan, ia dibawa ke rumah sakit. Tidak sampai dirawat. Karena setelah tiga jam pingsan yang kemudian siuman Hauri meminta pulang ke rumah. Mungkin sekitar jam satu malam ia baru sampai rumah.

Sesampainya di rumah, Hauri langsung pamit ke kamar. Bilangnya mau istirahat. Padahal yang terjadi kemudian adalah ia menangis di atas ranjang ketika kembali mengingat kenangan masa lalunya. Ia menangis sambil mencengkram dadanya. Perasaannya campur aduk.

Hingga tangisnya terusik ketika pintu kamar terbuka. Memunculkan dua cowok yang tidak diundang masuk ke kamarnya.

"Hauri." panggil Alskara.

"Ingatan lo udah kembali?" tanya Liam.

Hauri mengangkat wajahnya. Ia berusaha tersenyum sekalipun pipinya sudah basah. Senyum dan air mata Hauri membuat kedua cowok itu mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Mereka mengerti apa yang terjadi.

Alskara merundukkan kepalanya. Tidak bisa melihat air mata Hauri. Bahkan sebenarnya ia tidak pantas ada di sini, apalagi sampai bertanya keadaan gadis itu.

"Liam." panggil Hauri. "Boleh gua minta tolong sama lo?" tanyanya.

"Apa?"

"Gua mau ngomong sama Alskara berduaan. Bisa?"

Liam terdiam sejenak, memperhatikan Hauri. Apa sekarang Hauri akan kembali kepada Alskara? Tiba-tiba saja ada rasa nyeri di dadanya. "Iya." jawab Liam. Ia beranjak pergi dari kamar Hauri, menutup rapat pintu kamar.

I'm not Antagonis (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang